Indonesia yang kaya sejarah juga cerita. Dari berbagai kerajaan-kerajaan feodal yang masing-masing memiliki pemerintahan dan kekuasaannya sendiri-sendiri. Penuh romantika sejarah dan berbagai peristiwa dramatis.Â
Dari kerajaan-kerajaan yang saling bersaing, kadangkala juga berperang, lalu tumbuh menjadi republik yang lahir atas kesepakatan kultural dari kerajaan-kerajaan itu. Sepakat, menyatakan diri sebagai bagian Republik Indonesia, setelah dalam rentang masa yang panjang melintas sejarah kolonialisasi.Â
Dari sebuah sinopsis pada back cover sebuah buku dimana sahabat saya, Marlon Ririmasse dan saya sendiri menuliskannya, rasanya  menarik saya kutip kembali dalam tulisan ini. Sebuah kalimat yang menggambarkan bagaimana Indonesia, sebagai sebuah negeri yang begitu damai, sebagai berikut:Â
Adalah Indonesia dengan segala potensi kekayaannya, merentang zaman penuh pesona dalam mozaik kaya warna, baik potensi budaya, sosial, ekonomi, politik, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.Â
Nusantara, sejak awal telah menjadi rumah bagi keberagaman. Negeri dengan berbagai latar belakang disatukan. Simpul dimana berbagai asal usul ditautkan. Geografi wilayahnya yang bertaburan pulau-pulau, menggambarkan kemajemukannya.
Indonesia, dimana jati diri sebagai negeri yang memiliki kekayaan melimpah ruah. Nusantara yang pernah begitu makmur karena sumberdaya ekonominya. Â Jati diri sebagai negeri yang pernah paling dicari dan menjadi tujuan utama para pedagang dari berbagai bangsa di dunia.Â
Negeri dimana pengetahuan, budaya, seni dan falsafah bangsa yang beragam dilahirkan. Jati diri sebagai jalan yang pernah menjadi persimpangan mempertanyakan perbedaan. Jati diri sebagai titian dimana perdamaian ditemukan kembali lalu menjadi teladan. Jati diri tentang rumah dengan nafas sejarah yang panjang dan tetap memilih menjadi Indonesia.
Rasa-rasanya, dengan kutipan itu saja, saya merasakan betapa indah dan damainya Indonesia. Fakta-fakta sejarah yang demikian dinamisnya telah menjadi bukti yang nyata. Indonesia, adalah negeri paling indah di dunia. Lalu, benarkah kita ingin pindah warga negara?
Saya, berpikirpun tidak. Apa yang saya impikan ada di Indonesia. Kedamaian, kebahagiaan, kemakmuran, keadilan, keindahan, semangat, suka cita, seluruhnya, saya yakin hanya bisa saya wujudkan di Indonesia.Â
Impian dan cita-cita itu hanya perlu dirawat, seperti kita merawat sebuah pohon yang kita tanam. Kita tanam mulai dari akarnya, kita siram setiap hari, agar perlahan tumbuh subur dan membesar dan berbuah.Â
Kita rawat dengan segenap cinta. Merawat Keindonesiaan, adalah satu-satunya cara agar Indonesia yang adil dan makmur, seperti yang kita impikan terwujud.Â
Indonesia adalah rumah yang teduh lagi sejuk, jika saja kita mampu meneteskan embun di dalamnya. Kita bisa mengalirkan sungai harapan, dimana airnya adalah sumber kehidupan. Jangan dikeruhkan airnya, tapi jaga dan peliharalah kejernihannya. Indonesia adalah negeriku, negeriku adalah rumahku, rumahku adalah istanaku.Â
Indonesia adalah istana, dimana kita menghiasnya dengan aneka perbedaan yang indah. Dimana di setiap perbedaan, kita merajut persatuan. Persatuan dalam perbedaan, berbeda namun tetap satu, adalah Indonesia, dimana kita tinggal di dalamnya.Â
Peristiwa demi peristiwa yang menggoncang adalah ujian kita sebagai warga negara Indonesia. Penghuni sebuah istana megah yang tak boleh kita tinggalkan hanya karena goncangan.Â
Kita harus memperkokoh pondasinya. Pondasi Keindonesiaan. Ideologi bangsa, Pancasila. Menjaga Pancasila adalah menjaga Indonesia. Dan sebenarnya, akar-akar Pancasila itu sudah tertanam sejak dulu kala, oleh leluhur bangsa yang mulia.Â