Kalau mau terprogram dengan baik, dirikan komunitas pegiat Bahasa Indonesia. Sering-seringlah berdiskusi, undang Khrisna sebagai pembicara. Jangan mau kalah sama forum lain yang sering mengundang beliau. Tidak usah gengsi. Setiap kerang punya cangkangnya masing-masing.Â
Artinya, Karaeng Khrisna lebih piawai soal bahasa, ya kita perlu belajar sama beliau. Tapi anda yang lebih ahli soal tataboga, gantian Khrisna belajar dari anda. Ngobrol-ngobrol, sesuai gak konteksnya ya, ungkapan setiap kerang punya cangkangnya masing-masing dalam soal kita saling belajar? Hehehe
Satu hal yang sangat penting, saya setuju seperti yang dikatakan Karaeng Khrisna, Bahasa Indonesia itu kaya, sangat kaya dan indah, jika kita mampu merangkainya.Â
Kalau Bahasa Indonesia sudah sedemikian kaya dan indahnya, mengapa kita mesti merusaknya dengan bahasa-bahasa oplosan yang tidak pas takarannya? Hanya sekedar memenuhi selera kita, yang tidak jelas pula polanya?Â
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar, menurut saya menjadi keharusan, menjadi prinsip agar maksud tersampaikan. Bahasa ngeblog, yang menggunakan bahasa oplosan yang tidak pas takarannya, menurut saya memang bisa merusak tata bahasa Indonesia yang sebenarnya.
Mungkin suatu ketika, bahasa ngeblog yang oplosan terkesan gaul, ngetrend, okem atau apapun istilahnya akan diminati. Namun saya percaya, segmennya sangat terbatas dan mudah kadaluarsa. Akhirnya, basi dan tulisan kita tidak laku, tidak layak jual dan sepi peminat, sepi pembaca.Â
Yang penting juga, saya kurang sreg dengan gaya tulisan hanya untuk memenuhi selera pasar. Mentang-mentang, segmen tulisannya yang disasar adalah generasi milleneal atau generasi Z, kita ikut-ikutan gaya bahasa anak muda sekarang yang anti mainstream, misalnya.Â
Bahasa yang nyeleneh, bahasa oplosan, bahasa dengan istilah-istilah yang dibuat sendiri, yang penting disukai, namun cenderung merusak tata bahasa dan sebagainya.Â
Bahasa anti mainstream boleh, asal jangan merusak. Nyleneh boleh asal jangan murahan. Oplosan boleh asal jangan melebihi takaran. Tapi lebih baik jangan.
Bahasa Indonesia itu sangat kaya. Daripada menulis hanya untuk memenuhi selera pasar, tapi tidak mendidik atau cenderung menjerumuskan. Mending perkaya khasanah Bahasa Indonesia kita. Susun kalimat yang sebaik mungkin, yang sememikat mungkin.Â
Ajak pembaca untuk 'tergiring' ke pemikiran kita, mengembalikan khasanah Bahasa Indonesia yang kaya. Kita tetap bisa menarik pasar atau peminat untuk menyukai tulisan-tulisan kita, tanpa harus tergiring atau terjerumus ke selera pasar.