Setidaknya materi pidato sudah disiapkan, minimal garis besarnya tentang apa yang ingin disampaikan. Orasi? ya hampir sama kali ya dengan pidato..saya tidak paham. Yang jelas, orasi ilmiah, jelas itu terkonsep sekali. Â
Bahasa ngeblog? Bahasa ngeblog, menurut saya itu bahasa teks juga, bahasa yang ditulis. Tetapi gaya bisa saja mengalir begitu saja, seperti percakapan sehari-hari. Tidak semua bahasa ngeblog itu bahasa okem, bahasa lisan atau verbal pergaulan sehari-hari.Â
Kadangkala juga bahasanya ditata sedemikian rupa. Selain mengikuti Ejaan yang disempurnakan (EYD), juga tertib menggunakan strktur SPOK (Subyek, predikat, obyek dan keterangan).Â
Saya tidak paham kategori-kategori soal bahasa. Tapi setahu saya, bahasa ngeblog itu juga mengikuti kaidah. Apalagi blog yang ruang atau domainnya sudah disediakan.Â
Blog yang kita buat sendiripun, ingin agar maksud bahasa kita tersampaikan dengan baik. Â Dapat dipahami dan dimengerti dengan baik oleh pembaca.Â
Sepanjang yang sudah sempat saya baca, platform Kompasiana itu konten-konten bahasanya semuanya teratur. Sangat jarang atau bahkan belum pernah saya jumpai, kalimat yang tertulis di Kompasiana itu, bahasa okem pergaulan sehari-hari.Â
Kecuali mungkin bahasa yang tertulis dalam percakapan atau dialog dalam sebuah cerpen. Namun bahasa dalam berbagai artikel lainnya, opini, reportase, puisi dan topik lainnya, menunjukkan bahasa yang rapi dan terstruktur. Ini pandangan saya yang awam soal ketata bahasaan.Â
Kalimat lu, gue, ente, atau bahasa-bahasa gaul lainnya, sepertinya belum pernah saya temukan. Tidak tahu ya,  kalau ada yang terlewat. Mungkin. Bagi saya yang tidak memahami kaidah bahasa, artikel yang baik adalah ketika maksud  si penulis bisa kita pahami.Â
Juga bisa kita baca dengan nyaman. Kadangkala gaya bahasa juga menentukan, kita senang membacanya atau tidak. Saya sendiri tidak paham soal itu. Tapi taste soal bunyi bahasa itu menjadi penting. Walaupun semua itu tergantung selera.Â
Diksi juga penting. Ah..soal ini tanya ahlinya saja, Khrisna Pabichara. Namun, maksud saya menyampaikan soal itu, karena saya juga pembaca. Soal membaca, kadang tergantung rasa nyaman atau tidak nyaman saya membacanya. Tapi prinsip saya, semua orang punya gaya bahasa. Bahasa kita, itu juga soal tentang siapa kita.Â
Kita tidak perlu menjadi orang lain, dengan mengubah gaya bahasa kita, menjadi seperti orang lain. Bagaimanapun terbatasnya kosakata kita. Kalau ingin memperkaya khasanah kebahasaan, belajar dari Khrisna Pabichara, itu perlu.Â