Jika saja setiap manusia itu arif dan bijaksana, tentu hidupnya akan lebih aman sentosa. Jika saja, kita bijaksana belajar dari kearifan-kearifan lokal masa lalu, bencana bisa dihindarkan.
Tapi lacur, apa mau dikata. Bumi semakin tua, dan manusia yang tinggal di atas bumi, semakin kehilangan kearifan untuk bersahabat dengan bumi. Banyak pelajaran dari masa lalu, dari kearifan-kearifan lokal tentang budaya masa lalu, yang mengajarkan pula tentang kearifan lingkungan.
Padahal sejarah purba, sudah memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang bencana banjir. Sahabat pasti tahu, soal bencana air bah bencana banjir pada masa Nabi Nuh.
Dalam Al Qur'an maupun Al Kitab juga menceritakan kisah tentang air bah dan Bahtera Nuh. Banjir yang paling pertama kali dikenal dalam dunia ini.
Soal Air bah dan bahtera Nuh, mungkin tidak bersangkut paut dengan tata kelola lingkungan dalam mewaspadai banjir. Tetapi setidaknya ada hikmah tentang bagaimana manusia menjalankan perintah Tuhan, Sang Maha Pencipta.
Kita tahu, hanya Nuh dan pengikutnya yang selamat dari air bah, sementara yang lainnya tenggelam dalam lautan air bah. Nuh, sudah diperingatkan sebelumnya dari awal oleh Tuhan, untuk bersiap manakala air bah datang menerjang.Â
Masa lampau mengajarkan banya hikmah, jika saja kita manusia sekarang bijak belajar dari pengalaman masa lalu. Setidaknya, apa yang sudah atau pernah terjadi di masa lampau. Baik yang sudah dibuktikan oleh arkeologi, maupun yang masih menjadi cerita mitos atau legenda turun temurun, bisa menjadi pengingat (reminder) atau rujukan kita yang hidupnya sekarang dalam menghadapi bencana (banjir).Â
Soal bencana bukanlah fenomena yang terjadi di masa sekarang saja. Jejak-jejak peradaban membuktikan bahwa berbagai bencana itu hadir seiring dengan usia bumi dan manusia hadir di jagat raya ini. Namun, manusia adalah mahluk yang berpikir, namun kadang tidak bijak dalam bertindak dan bertingkah laku.Â
Mungkin faktor kebutuhan yang semakin kompleks, membuat segala cara dilakukan untuk mempertahankan hidupnya. Meski kadang berakibat fatal. Berbagai contoh kerusakan lingkungan, itu diakibatkan ulah manusia yang tidak bijak. Tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.Â
Banyak contoh kasus, ulah manusia membongkar hutan yang berpohon besar dan heterogen, menjadi kelapa sawit yang homogen. padahal dengan bentang lahannya yang banyak kelerengan yang tajam. Akibatnya, begitu hujan besar melanda, tidak ada lagi penyerapan air, sehingga banjir menerjang wilayah-wilayah pemukiman dengan permukaan tanah yang lebih rendah.Â