Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Arkeologi dalam Geliat Ekonomi Kreatif, Pemenang di Tengah Pandemi

30 September 2020   17:29 Diperbarui: 3 Oktober 2020   18:46 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Banyak hal hasil kerja-kerja arkeologi yang seharusnya diapresiasi. Arkeologi banyak memberikan konstribusi, dan memberi peluang kerja-kerja kreatif sehingga kita bisa menjadi pemenang di tengah pandemi"

Demikian Sandiaga Salahuddin Uno, menyampaikan apresiasinya terhadap kerja-kerja arkeologi, yang selama ini memberi banyak konstribusi dalam pengembangan industri kreatif atau ekonomi kreatif di tanah air. 

Menurut Sandiaga Uno, seorang politikus yang juga pengusaha sukses itu, bahwa kondisi pandemi sekarang ini, mengakibatkan banyaknya terjadi disrupsi secara hebat. Tidak saja di bidang kesehatan, namun juga ekonomi, bahkan juga sisi kemanusiaan dan kebudayaan. Namun demikian, Indonesia, masih bisa mengembangkan potensi kebudayaan untuk berkonstribusi dalam pembangunan ekonomi. 

Tujuh Keajaiban Dunia, yang kita kenal, dan masih banyak lagi landmark bersejarah yang luar biasa megahnya. Selain sebagai bahan studi, juga sebagai destinasi wisata. 

Meskipun kemasannya adalah destinasi wisata, namun semuanya itu tidak bisa dilepaskan dari hasil kerja arkeologi yang panjang dan serius. Kerja arkeologi yang sangat serius dan penuh komitmen. 

Pariwisata bergerak, salah satu sendinya adalah digerakkan oleh arkeologi, bergerak karena hasil-hasil ekspedisi, salah satunya dihasilkan dari sisi arkeologi.  Dalam ekosistem pariwisata, itu tumbuh beragam aktivitas ekonomi, dan menjadi tumpuan penciptaan lapangan kerja. 

"10 % pertumbuhan ekonomi kita, disumbang oleh sektor pariwisata" ungkap Sandiaga Uno,

Sumber: kanalinfo.web.id
Sumber: kanalinfo.web.id
Saat ini, dalam berbagai perbincangan ekonomi di dunia, salah satu konstribusi arkeologi adalah, soal pengembangannya di bidang industri kreatif atau ekonomi kreatif. Dunia dewasa ini mengenal, Archaeological Creative Tourism, to capture the tangibility of archaeological heritage. 

"Arkeologi adalah salah satu DNA nya indutri kreatif" kata Sandiaga Uno. 

Konsep industri kreatif ala arkeologi adalah, bahwa arkeologi berwawasan global, namun berkearifan lokal. Arkeologi membangun identitas dan kearifan lokal itu untuk kriya, film, animasi, televisi, industri permainan, seni rupa, seni pertunjukan dan digital.  Semuanya itu bisa dikembangkan dari berbagai aspek yang dikerjakan oleh arkeologi. 

Industri kreatif sudah tumbuh dengan sangat cepat, kata Uno. Tahun 2019 sudah tembus hingga mencapai angka 1 trilyun rupiah, meloncak hingga 19, 5 % dalam tiga tahun terakhir. Total pengusaha ekonomi kreatif, mencapai 8-10 juta yang mayoritas ada di usaha mikro dan ultra mikro. 11 % nnya dijalankan oleh generasi milleneal, generasi Z, dibawah usia 30 tahun. 

Hal ini merupakan potensi bangsa kita, dan bisa menciptakan 20 juta lebih lapangan kerja. Namun ironisnya, 20 juta itu yang berpotensi holang karena pandemi. 

Menurut Sandiaga, ada 3 subsektor industri kreatif yang memiliki konstribusi besar adalah, industri kuliner 42 %, fashion, 19% dan kriya 16%. Dan arkeologi kreatif sudah menyumbangkan modal kreatifnya untuk salah satu atau dua dari subsektor itu, terutama fashion dan kriya. 

Dokumen olahan pribadi
Dokumen olahan pribadi
Atina Winaya, seorang peneliti arkeologi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, mengatakan benda-benda arkeologi, yang selama ini dikenal sebagai artefak kuno, sesungguhnya bisa menginspirasi untuk terciptanya produk-produk kreatif. Atina menjelaskan misalnya tentang relief-relief candi, yang menampilkan berbagai corak berbagai model fashion masa ssejarah klasik.

Itulah, arkeologi selain mempelajari sejarah juga bisa menghasilkan manfaat praktis. Manfaat arkeologi secara ekonomi. Tdak hanya sebagai obyek wisata. 

Bangunan masa lampau, yang dikelola sebagai cagar budaya, menjadi destinasi wisata. Contohnya Candi Borobudur, yang bisa dirasakan manfaat ekonominya secara langsung. Namun, tidak hanya itu saja. Obyek arkeologi bukan hanya sebagai obyek tontonan, juga menghasilkan nilai ekonomi. 

Jadi arkeologi sebagai tontonan, juga tuntunan, memberi inspirasi untuk pekerja industri kreatif menghasilkan produk-produk bernilai ekonomi.  

Di Indonesia sejauh ini, perlu lebih didekatkan hubungan pegiat arkeologi dan pegiat industri kreatif saling mengisi kebutuhan mereka untuk "membumikan" arkeologi sekaligus memasarkan produk kreatif.

Sumber: Atina Winaya/Puslit Arkenas
Sumber: Atina Winaya/Puslit Arkenas
Pindi Setiawan, seorang akademisi Seni Rupa ITB, yang selama ini sering bergelut dalam riset arkeologi bersama para arkeolog. Ekosistem Ekonomi kreatif merupakan tantangan bagi arkeologi. 

Kalau arkeologi ingin mengajak Indonesia, membangun industri kreatif, maka perlunya loka, atau ruang untuk menciptakan ruang kreatifitas dengan latar arkeologi. Di Indonesia, yang paling utama diperlukan adalah loka, atau dibukanya ruang kreatifitas itu sendiri.

Di Indonesia menurutnya ada empat subsektor utama industri kreatif, yaitu kuliner, fashion, kriya dan pertelevisian. Tantangan arkeologi dalam pengembangan indutri kreatif itu adalah fakta (on site) dan fantasi (on sreen). 

Sumber: Pindi Setiawan
Sumber: Pindi Setiawan

Sumber: Pindi Setiawan
Sumber: Pindi Setiawan
Industri game atau permainan yang diadaptasi dari obyek arkeologi, juga menjadi obyek yang potensial dalam pengembangan indutri kreatif. Jadi sebagaimana konsep indutri kreatif dari arkeologi, maka film, animasi ataupun video game basisnya adalah kearifan lokal. Dengan berawasan global, mengembangkan indutri permainan, namun tetap berdasarkan inspirasi data arkeologi, basisnya kearifan lokal. 

Jadi tanpa kehilangana unsur menghiburnya, film animasi ataupun video game yang diinspirasi dan dikembangkan dari obyek arkeologi dan kearifan lokal, itu menjadi industri kreatif yang mengembangkan obyek arkeologi bermanfaat ekonomis, sekaligus menpopulerkan di kalangan mileneal sekaligus ada wawasan untuk menjaga dan melestarikannya. 

Game of Thrones, versi Indonesiapun bisa diciptakan. Berlatar belakang tentang Kejayaan Majapahit, misalnya dapat mengadaptasi untuk produk industri kreatif sejenis. Sudah banyak film-film berlatar arkeologi di dunia barat, yang menjadi indutri perfilaman yang maju di Amerika dan Eropa. 

Sesungguhnya di Indonesia, sangat kaya latar sejarah dan budaya, untuk menciptakan industri film yang maju. Dengan kemasan yang mileneal, namun latar belakang Majapahit, Mataram Kuno tentu membuat penasaran. Apalagi kreatifitas anak muda Indonesia sekarang juga tidak kalah dengan anak muda di belahan dunia lain. 

Dalam catatan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Rekam jejak kreativitas manusia Indonesia telah ada setidaknya sejak 22.000-40.000 tahun yang lalu. Mereka sudah mampu menciptakan seni lukis yang menjadi avant garde, bukan hanya di tingkat lokal, melainkan juga di tingkat global. 

Hasil pertanggalan tersebut membuka mata dunia bahwa manusia Indonesia telah memiliki kemampuan kognitif dan kreativitas yang luhur. Sejak saat itu, kemampuan kreatif manusia Indonesia terus berkembang seiring dengan perjalanan budaya yang dilaluinya dari masa ke masa. 

Persinggungan dengan pengaruh kebudayaan asing menghasilkan kreativitas baru yang semakin kaya, namun tetap mengedepankan kekhasan lokal yang menjadi jati dirinya. Hingga kini, industri kreatif Indonesia terus berkembang dan menjadi salah satu yang digadang sebagai kekuatan ekonomi di level internasional. 

Namun, terdapat salah satu tantangan yang dihadapi dewasa ini, yaitu lemahnya “identitas” kreativitas nasional/lokal yang diakibatkan oleh arus pengaruh global yang bersifat mainstream dan – tidak dapat dipungkiri – lebih digemari oleh pasar nasional. 

Indonesia dengan kekayaan budayanya sendiri, dapat mengadaptasi bagaimana kreatifitas di negara Inggris, yang membangun sebuah lembaga khusus untuk pengembangan industri kreatif berdasarkan obyek arkeologi. 

Di Southampton, Inggris, kata Atina, disana dibangun sebuah lembaga khusus Archaeology for Creative Industries, yaitu lembaga konsultan arkeologi untuk para pekerja industri kreatif. Di Indonesia, belum ada, dan bisa menjadi inspirasi untuk memikirkan mengembangkan lembaga non pemerintah semacam ini. 

Sumber: Atina WInaya/Puslit Arkenas
Sumber: Atina WInaya/Puslit Arkenas
Dalam ekonomi kreatif, arkeologi dapat memberikan ide kreatif di dalam industri ini agar dapat berinovasi lebih baik. Kajian arkeologi sebenarnya dapat menyentuh ke-16 subsektor ekonomi kreatif yang telah dikategorisasi oleh pemerintah. Sayangnya, selama ini belum banyak hasil riset arkeologi yang dimplementasikan dan dimanfaatkan dalam industri kreatif Indonesia.

 Padahal tema-tema arkeologi telah banyak diangkat pada budaya populer (pop cultures) dan seni kontemporer dunia di bidang fashion, arsitektur, musik, hingga dunia sinema Hollywood dan video game seperti film Indiana Jones dan Tomb Raider, bahkan game yang sedang digemari anak muda saat ini, Uncharted, dan masih banyak lagi (Puslit Arkenas)

Pada intinya Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. 

Pengembangan indutri kreatif dari arkeologi, sebenarnya dalam rangka menjawab tantangan bahwa sumberdaya arkeologi merupakan asset bangsa yang seharusnya bisa di akses atau dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat, agar masyarakat dapat merasakan manfaat sumberdaya arkeologi secara maksimal. Sama persis seperti yang dikatakan oleh Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional I Made Geria, berikut ini: 

"Sumberdaya arkeologi sebagai warisan budaya merupakan asset budaya yang tak ternilai harganya, oleh karena itu masyarakat harus diberikan akses seluas-luasnya sehingga azas manfaat dari sumberdaya arkeologi tersebut juga dapat dirasakan secara optimal oleh masyarakat”

Di tahun 2019 lalu, Balai Arkeologi Sulawesi Utara, gencar mengkampanyekan pengembangan industri kreatif, yakni pengembangan fashion Batik khas Minahasa, yang diambil inspirasinya dari ragam hias yang tertera pada Waruga. 

Siswa belajar arkeologi di lapangan, sekaligus diajak berkreasi untuk mebuat desain batik dari ragam hias waruga. Sumber: Wuri Handoko
Siswa belajar arkeologi di lapangan, sekaligus diajak berkreasi untuk mebuat desain batik dari ragam hias waruga. Sumber: Wuri Handoko
Hasil kreasi siswa membuat desain batik dari ragam hias waruga. Sumber: Wuri Handoko
Hasil kreasi siswa membuat desain batik dari ragam hias waruga. Sumber: Wuri Handoko
Dari nilai budaya waruga ke karya kreatif. Sumber; Wuri Handoko
Dari nilai budaya waruga ke karya kreatif. Sumber; Wuri Handoko
Pengembangan industri Kreatif dari obyek arkeologi akan berdampak pada meningkatnya manfaat atau dayaguna data arkeologi bagi masyarakat. 

Obyek arkeologi sebagai sumber informasi sejarah masa lampau. Tidak hanya sebagai media pendidikan sejarah budaya, juga dapat dikembangkan pendayagunaannya dalam peningkatan ekonomi masyarakat dan juga talenta generasi muda.

Jadi, begitu luasnya sebenarnya dunia arkeologi di Indonesia. Melalui inovasi arkeologi,inspirasi dari obyek arkeologi untuk  pengembangan nilai-nilai peradaban masa lalu. Juga sebagai upaya penguatan jati diri bangsa. Selain itu dapat menjadi alternatif penguatan dan peningkatan ekonomi melalui industri kreatif.

Salam Budaya...Salam Lestari...Salam Kreatif...salam Inovasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun