"Kota Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara sekarang, dianggap penting pada masanya karena memiliki potensi untuk dijadikan pusat perdagangan, adanya suplai produksi yang dibutuhkan, dan potensi untuk digunakan sebagai pusat pemerintahan lokal. “Juga adanya ancaman yang dihadapi dari orang-orang asing atau ancaman internal dari penguasa setempat" kata Wuri Handoko (Kompas).Â
Benteng Maas yang Misterius
Balai Arkeologi Sulawesi Utara, baru-baru ini melakukan serangkaian penelitian arkeologi tentang keberadaan puing-puing bangunan, yang diduga peninggalan kolonial. Setelah serangkaian penelitian, setidaknya dapat direkonstruksi beberapa bagian dari bentuk bangunan utuhnya.Â
Proses penelitian yang menarik dan isu penelitian yang menggelitik, serta kemisteriusan keberadaan benteng, membuat banyak pula media yang meliput langsung proses penelitian yang berlangsung sejak 2019 ini. Tercatat media yang langsung meliput antara lain Kompas, Tribun Sulut, Kumparan dan beberapa media lokal lainnya.Â
Balai Arkeologi (Balar) Sulawesi Utara melakukan pencarian tiga bastion di reruntuhan Benteng Maas, benteng pertahanan peninggalan masa kolonial yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
"Tiga dari empat bastion Benteng Maas ini, secara fisik sudah tidak ada, namun menarik bagi kami untuk mencari struktur fondasi yang masih bisa dilacak sehingga dapat diketahui posisinya. Di Benteng Maas, bastion yang tersisa adalah yang paling besar untuk mengawasi bagian laut yang juga terdapat muara sungai." ujar Irna Saptaningrum, arkeolog dari Balar Sulawesi Utara (Antara).
Bastion merupakan bagian bangunan benteng yang menjorok keluar, yang biasanya ditempatkan pada sudut-sudut benteng. Berbentuk bulat atau persegi, dengan lantai dan dindingnya yang lebih ditinggikan dari dinding benteng. Fungsinya sebagai tempat pemantauan atau pengawasan.
Setelah rangkaian penelitian oleh Balai Arkeologi Sulawesi Utara itu. kemudian ditindaklanjuti pula oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo. Ekskavasi lanjutan oleh BPCB Gorontalo itu, atas rekomendasi Balai Arkeologi Sulawesi Utara, untuk dilakukan tindakan penyelematan (Kompas).Â
"Ini tidak lazim, dalam berbagai penemuan benteng kolonial", kata M. Chawari, Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, yang kami libatkan dalam penelitian oleh Balai Arkeologi Sulawesi Utara itu. Namun, analisa tidak cukup di situ saja, mengingat bangunan tinggal menyisakan puing-puingnya saja.Â