Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia dan Peradaban Indonesia: Pesan Masa Lalu untuk Indonesia

17 September 2020   18:14 Diperbarui: 19 September 2020   08:11 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Harry Widyanto/Puslit Arkenas

Adaptasi lingkungan kepulauan, menjadi ciri budaya nusantara yang paling kental. Banyak pelajaran tentang sifat dan sikap leluhur bangsa Indonesia, dalam rangka menerjemahkan kondisi lingkungan kepulauan. Sifat dan sikap adaptasi terhadap lingkungan kepulauan itu, menjadi ciri budaya yang sangat lekat. 

Bagaimana leluhur bangsa Indonesia, memiliki sifat dan sikap keterbukaan, misalnya. Hal ini karena jiwa petualangan leluhur masa lampau dalam menjawab tantangan alam. Perjalanan dari pulau ke pulau dan menemui komunitas penduduk di pulau yang didatangi, membuat leluhur bersifat terbuka. 

Juga tentang ketuhanan dan religiusitas. Kondisi alam yang menantang, menuntut budaya leluhur dulu untuk menengadahkan permintaan dan harapan atas dirinya, keselamatan dan survival terhadap lingkungan, dengan mengharap kekuatan lain di luar dirinya. Demikian, sehingga ideologi Pancasila, dengan sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa, sesungguhnya lahir dari rahim kebudayaan masa lampau nusantara. 

SIkap tak kenal menyerah, juga ciri orang kepulauan. Muncul dari tradisi untuk menempati daerah baru. Jadi nenek moyang austronesia di bumi Indonesia, tahap demi tahap menduduki daerah-daerah baru, terus berkembang dan selalu belajar dari setiap perjalanan dan pengalamannya.

Perjalanan panjang sejarah budaya bangsa, dari nilai-nilai luhur yang membentuk kebangsaan, Keindonesiaan. Juga perjumpaan dengan berbagai anasir dari pengaruh budaya luar dalam perjalanannya. Oleh karena itu cara pandang arkeologi, tidak hanya melihat Indonesia, dalam rentang waktu masa lalu, namun juga masa kini dan masa depan. 

Arkeologi tidak hanya sepenuhnya melihat masa lampau. Selalu ada pesan yang akan kita gali untuk bekal masa kini dan masa depan. Arkeologi selalu melihat perkembangan-perkembangan baru. Mampu mendeteksi perubahan yang berlangsung tidak dalam waktu singkat. Arkeologi memberikan bekal ke masa depan, dengan melihat kembali fenomena masa lalu. 

Arkeologi seperti memberi bekal, melihat masa lampau, bagaimana peradaban-peradaban masa lampau yang collaps. Pengetahuan ini menjadi bekal pengetahuan, bagaimana memperlakukan waktu dan ruang di masa kini dan masa depan. Sebagai contoh arkeologi memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman masa lalu tentang adaptasi manusia terhadap alam. Kalau kita menghancurkan alam, maka sesungguhnya menghancurkan kita sendiri. 

Jika melupakan Tuhan, juga melupakan diri kita sendiri. Arkeologi mengajarkan tentang survival for the cooperatif. Belajar dari waktu yang panjang, maka kita belajar memetik pengalaman untuk survival ke masa depan. Demikian perpespektif arkeologi melihat masa depan. Arkeologi adalah long terms history. 

Menutup diskusi bedah buku itu, I Made Geria, Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, menekankan agar arkeologi menjadi solusi dalam pemecahan persoalan-persoalan kebangsaan. Menjadi solusi di tengah-tengah persoalan yang ada di masyarakat. Jadi melalui Rumah Peradaban, menjadi media untuk memahami peradaban di rumah sendiri. Perlu semua pihak bekerjasama berkonstribusi untuk kepentingan pembelajaran, penguatan pendidikan, pencerdasan dan penguatan karakter bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun