Jakob Oetama Meninggal Dunia. Satu lagi Indonesia kehilangan tokohnya. Jakob Oetama, seorang tokoh media yang legendaris tutup usia. Â Meninggal di usianya yang ke 88 tahun.Â
Dalam usia yang terbilang panjang umur itu, tentu perjalanan panjang seorang Jakob Oetama itu sebuah inspirasi tersendiri untuk generasi Indonesia umumnya, dan generasi media khususnya.Â
Dalam kacamata saya, seorang Jakob Oetama adalah seorang tokoh media sejati. Seorang idealis yang layak dinobatkan sebagai Pahlawan Pers. Beliau tidak hanya layak dimakamkan di TMP Kalibata, sebuah tempat pemakaman khusus bagi tokoh-tokoh bangsa yang sangat berjasa dan dianggap sebagai pahlawan.Â
Bukan hanya karena beliau pemegang penghargaan Bintang Mahaputra,sehingga di makamkan di TMP Kalibata. Lebih dari itu beliau memang seorang pejuang sekaligus pahlawan Pers.Â
Dari beliaulah, arti media sebagai agen perubahan mengalir dan terlihat jelas. Dari beliaulah, profesi jurnalis mendapat tempat terhormat dan menjadi profesi yang bergengsi. Jakob Oetama, membangun ruang dan melahirkan konsep, paradigma, dan perspektif yang kuat soal peran penting media bagi pembangunan bangsa.Â
Media sebagai alat kontrol, sebagai salah satu agen perubahan sangat jelas terasa. Media Kompas menjadi media terbesar di tanah air, dan diperhitungkan dalam khasanah kebangsaan, Keindonesiaan.Â
Karena seiring perjalanan bangsa, Jakob Oetama dan Kompas adalah salah satu garda terdepan, dalam melakukan pengawalan proses membangun Indonesia.Â
Jakob Oetama, adalah representasi tokoh media yang layak menjadi tauladan. Seorang idealis sejati, sebagai orang yang mengabdikan diri untuk media. Membangun Indonesia melalui media dan jurnalistik.Â
Seluruh perjalanan hidupnya didedikasikan untuk pengembangan media. Sebagaimana ditulis oleh Wikipedia, Jakob adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta.Â
Karier jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956 dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong, yang mungkin diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika.Â
Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama Ojong, Jakob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya hingga kini. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi.Â