Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Untukmu Sobat

6 September 2020   18:00 Diperbarui: 6 September 2020   18:36 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://ceentina.com/

Untukmu sobat..
Seorang lelaki muda belia
yang tak kuasa melaju bersama waktu
dan meninggakan dunia fana
bersama harapan yang jauh dari purna
pergi menjadi bayang yang sirna
tepat pada ujung cita mulia
saat kau hendak mengikat janji
melepaskan kesendirianmu
dan menjadi raja semalam
di pelaminan...

Sobat...
tapi waktu telah mengujimu begitu rupa
dalam perjalanan yang melelahkan
tapi kau memilih diam..
dan kau memilih berserah
pada lelah dan kepingan cinta
yang pergi bersama rintik kelam
pada detak waktu yang tak kau tahu
di mana jalan yang jadi penentu
selamat jalan sobat...

kau diam menyembunyikan sakitmu
kau tunjukkan wajah berseri menutupi perih
dan aku tak pernah paham tentang senyummu
menyembunyikan kegelisahan tanpa jejak

Maafkan aku yang tak menjagamu...
Maafkan aku yang tak memperhatikan keluhmu
Tak mendengarkan gelisah dan kesahmu...

Kenapa kegelisahanmu tak kau teriakkan keras-keras
Seperti saat kau marah sama papamu atau adikmu...

Kenapa kau diam, kau pendam
seperti kau jadi penakut pada takutmu
Kenapa....

Maafkan aku yang dalam rupa waktu tak sadar
kau yang masih lemah dalam langkah beratmu
kau pasrah, hanya berjalan mengikuti ketidakpastianmu....

Maafkan aku, yang membiarkanmu maju sendiri
dalam medan pertempuran yang belum sanggup kau menangkan....

Tapi tak apa, kau sudah melampaui setengah pertempuranmu
Kau tetap gagah perkasa dimataku...

Tenanglah disana sobat....
mungkin kau bisa melihat dari kejauhan
bagaimana aku bertarung di medan pertempuranmu....
Kelak, kau akan mendengar sendiri dariku
Bagaimana cara memenangkan pertempuranmu....

Ya...kelak, kita kan bertemu dan berbicara....
Mungkin saat itu kau bisa berteriak
meneriakkan keluh kesahmu yang kau pendam....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun