Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulau Ujir yang Misterius

1 September 2020   00:55 Diperbarui: 12 September 2020   16:17 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan bangunan yang dipercaya warga lokal sebagai bekas masjid kuno. Sumber: Dokpri/Balar Maluku

Jafar Hatala, nama kakek itu. Menurutnya kampung lama Ujir (Situs Uifana) adalah kampung ketiga, dan setelah perang dunia II, kampung tersebut ditinggalkan dan masyarakat menempati kampung baru yang sekarang mereka tempati. 

Temuan meriam kuno Belanda dan bekas sumur tua. Sumber: Dokpri/Balar Maluku
Temuan meriam kuno Belanda dan bekas sumur tua. Sumber: Dokpri/Balar Maluku
Tampak terlihat di tepi sungai yang cukup lebar, sebuah puing-puing bangunan tembok. Masyarakat percaya itu adalah bekas masjid tua. Tapi saya dan tim melihatnya itu reruntuhan bekas benteng Belanda. 

Baiklah, mungkin bangunan itu memang bentang Belanda, dan setelah ditinggalkan Belanda, leluhur orang Ujir, menggunakannya sebagai masjid, segera setelah Belanda hengkang. 

Namun selain itu, tampak sisa-sisa reruntuhan dinding batu, mengelilingi area yang cukup luas. Sepertinya renruntuhan dinding batu itu dulunya merupakan pagar kampung. 

Dinding susunan batu, yang mengelilingi kampung yang terbilang luas masa itu. Penduduk menyebut pagar kampung terbuat dari susunan batu itu dengan sebutan lutur. Juga masih terlihat dua buah sumur (parigi) yang dindingnya terbuat dari susunan batu, masih tampak tersusun rapi.  Tampak di bagian lain, reruntuhan tembok, yang kemungkinan bekas  pintu gerbang kampung, yang dekat dengan bibir sungai. 

Pemukiman di wilayah situs menunjukkan pemukiman sudah tertata dan teratur dengan pembagian pola keruangan tertentu. Data di lapangan pemukiman sudah memanfaatkan dinding-dinding susunan batu yang tertata rapi dan berkuran cukup besar dan luas.

Dinding batu adalah susunan batu karang, yang sebagian menunjukkan proses pemangkasan membentuk persegi. Struktur bangunan ini dianggap sebagai bagunan yang paling menonjol dibanding temuan lainnya. 

Ini adalah bangunan batu persegi berukuran besar dengan pintu dan jendela melengkung, yang tersusun dari batu, dengan teknologi perekat atau plester kapur. Jendela melengkung yang awalnya struktur kemudian telah isi dengan batu-batu karang. Ambang besi di jendela melengkung terdapat piring yang dilekatkan di bagian atas jendela, yang menunjukkan piring cina merupakan bagian dari ornamen bangunan tersebut. 

Penduduk desa setempat menyebut bangunan ini sebagai mesjid atau masjid dan menurut penduduk, memperkirakan bahwa bangunan ini merupakan struktur yang paling belakangan didirikan dibanding struktur lainnya di area situs pemukiman lama. 

Tampaknya digunakan sebagai masjid adalah penggunaan kembali struktur yang sebelumnya sudah ada, dan mungkin lebih kompleks dari bangunan yang tampak sekarang ini. Warga setempat boleh saja mengatakan jika bangunan adalah Benteng Portugis, namun struktur bangunan pada umumnya tampak sebagai bangunan non Eropa. 

Reruntuhan bangunan yang dipercaya warga lokal sebagai bekas masjid kuno. Sumber: Dokpri/Balar Maluku
Reruntuhan bangunan yang dipercaya warga lokal sebagai bekas masjid kuno. Sumber: Dokpri/Balar Maluku
Bagian tembok samping, reruntuhan bangunan berciri eropa, tapi dipercaya masyarakat sebagai bekas masjid kuno. Sumber: Dokpri/Balar Maluku
Bagian tembok samping, reruntuhan bangunan berciri eropa, tapi dipercaya masyarakat sebagai bekas masjid kuno. Sumber: Dokpri/Balar Maluku
Namun, temuan dua meriam dan jangkar asal Eropa telah ditemukan di dekat pemukiman. Asal usulnya  dan hubungan dengan struktur bangunannya tidak jelas. Sebuah misteri muncul dengan sendirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun