Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kota Ternate dan Gunung Gamalama: Kosmologi Kota Tua nan Magis

26 Agustus 2020   23:09 Diperbarui: 27 Agustus 2020   12:26 1963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta kerawanan bencana erupsi G. Gamalama. Sumber: Baharudin, Direktorat Vulkanologi, 1996 Sumber:

Menurut catatan yang ditulis oleh Rinto Thaib, yang saat ini menjabat sebagai kepala Museum Rempah Ternate, tradisi masyarakat Gamalama warisan nenek moyang ini berupa sebuah ritual tradisional mengitari Gunung Gamalama sambil mengunjungi sejumlah tempat dan makam-makam keramat.

Ritual ini dilakukan sebagai pengharapan agar Gamalama tidak meletus. Gunung Gamalama dipercaya memiliki banyak nilai-nilai keramat. Tak heran jika banyak mitos yang beredar, dan semakin memperkuat kekeramatan gunung ini.

Penempatan pusat kota di kaki gunung Gamalama sebelah timur, tentu dengan pertimbangan tertentu, diantaranya jika merujuk teori Catanese, 1986. Gunung Gamalama, mewakili aspek astrobiologis : konsep kosmologi berdasarkan ramalan dan pengetahuan tentang keadaan atau sifat dunia.

Dalam sejarah tidak ditemukan catatan bahwa daerah pusat kota, lokasi berdiri kedaton Ternate, terkena dampak letusan Gunung Gamalama. Nama Gunung Gamalama diambil dari kata Kie Gam Lamo ("negeri yang besar").

Gamalama sudah lebih dari 60 kali meletus sejak letusannya pertama kali tercatat pada tahun 1538 M. Erupsi yang menimbulkan korban jiwa setidaknya sudah empat kali terjadi, dengan korban terbanyak jatuh pada tahun 1775.

Kedaton Ternate dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada tahun 1813 M, melalui pertimbangan dan perencanaan yang matang, penempatan kedaton sebagai pusat kota kemungkinan mempertimbangkan faktor keadaan alam pada masa itu, yakni keadaan yang secara faktual menjelaskan bahwa meskipun seringkali gunung Gamalama meletus, namun daerah pusat kota tempat kedaton Ternate berdiri, terhindar dari dampak langsung letusan Gunung Gamalama.

Peta kerawanan bencana erupsi G. Gamalama. Sumber: Baharudin, Direktorat Vulkanologi, 1996 Sumber:
Peta kerawanan bencana erupsi G. Gamalama. Sumber: Baharudin, Direktorat Vulkanologi, 1996 Sumber:
Kondisi demikian, semakin menguatkan faktor keseimbangan kosmos dalam kepercayaan lokal, bahwa meskipun Gunung Gamalama seringkali meletus, namun sebagai simbol Ibu, gunung Gamalama juga melindungi pusat kota, yakni lingkungan Kedaton, Masjid Sigi Lamo dan alun-alun yang menjadi tanda wilayah sakral.

Meskipun pada masa Belanda, campur tangan pihak kolonial sangat kuat, namun dalam penentuan pusat kota, otoritas kekuasaan Islam dan pertimbangan aspek lokal sangat dijunjung tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun