Tomohon, sebuah kota di Sulawesi Utara, yang dijuluki sebagai Kota Bunga, kota yang sejuk di kaki Gunung Lokon. Tomohon, menghadirkan kota yang menjadi destinasi wisata, salah satu yang paling memikat di Provinsi Sulawesi Utara.
Tomohon, adalah kota dengan 'seribu' wisata alam yang mempesona, lagi meneduhkan dan mendamaikan. Damai di hati, damai di kaki Gunung Lokon. Gunung Lokon adalah salah satu ikon alam yang sangat lekat di wilayah Kota Tomohon.Â
Berfoto di taman bunga, Amphiteater, latar gunung lokon. Sumber: Dokpri
Pagi hingga senja menjelang, saya dan beberapa sahabat menghabiskan waktu disana, di kaki Gunung Lokon yang memanjakan mata dan meneduhkan rasa.
Tak ada kata yang bisa terucap, untuk menggambarkan bagaimana keindahan alam di kaki Gunung Lokon itu. Tak ada kalimat yang mampu mengalir, untuk melukiskan keindahan kaki Gunung Lokon. Kecuali dengan cara melukis dengan cahaya, memotret alam dengan kamera, lalu kita menyatu bersama dalam bingkai lukisannya.Â
Dari Manado, kami menuju Kota Tomohon, di pagi hari menjelang siang yang masih saja sejuk kami rasa. Hawa udara yang senantiasa kami terima, sejak awal memasuki Kota Tomohon.
Di kejauhan keanggunan Gunung Lokon terlihat. Gunung yang bak seorang ibu bumi yang anggun, menawan, mempesona, walaupun terkadang memendam amarah, di suatu waktu yang tak mampu kita hitung dalam angka waktu yang terus berlalu.
Namun, bak seorang ibu, Gunung Lokon yang memendam amarah, semata uangkapan rasa sayang kepada penduduk bumi, agar paham menjaga keseimbangan alam, dan juga memaknai dengan khidmat Sang Pencipta.
Perbukitan Kakaskasen. Sumber: Dokpri
Sampai di Kota Tomohon, yang kami tuju adalah sebuah perbukitan di kaki Gunung Lokon, yang dikenal dengan nama Kakaskasen. Perbukitan yang indah dan menawan, yang dihubungkan jalanan aspal yang tidak lebar dari wilayah Kota Tomohon menuju Kakaskasen itu.
Sepanjang perjalanan, kami melihat jalanan aspal itu meliuk-liuk bak ular raksasa yang sedang merayap pelan. Semakin menuju ke Kakaskasen, jalanan semakin menyempit dengan aspal jalanan yang semakin tidak merata. Sisi lain dari keindahan Kakaskasen, yang masih perlu di benahi dan ditata. Namun seluruhnya tak mengurangi sama sekali keindahannya.
Sepanjang melewati jalanan yang meliuk-liuk ke atas itu, kami menjumpai di kiri kanan jalan perkebunan masyarakat. Perkebunan tumbuh menggeliat sebagai modal andalam Kota Tomohon dalam menjaga kedaulatan pangan dan sumber pangan yang menguntungkan untuk masyarakat Kota Tomohon dan mensuplai juga untuk kebutuhan masyarakat di daerah lainnya.Â
Hamparan tanaman sayuran di kaki Gunung Lokon. Sumber: Dokpri
Kami melihat lahan-lahan memanjang, lahan yang ditumbuhi sayuran, antara lain kol dan sawi hijau. Kami juga melihat hamparan perkebunan jagung. Lahan-lahan yang luas dan tumbuh subur aneka sayuran di sepanjang kiri dan kanan jalan, menuju wilayah kaki Gunung Lokon di Kakaskasen.Â
Selain itu, sebagai kota yang dijuluki Kota Bunga, di sepanjang jalan, kami juga menjumpai barisan lahan-lahan yang ditumbuhi berbagai bunga dengan aneka rupa dan warna. Merah, putih, kuning, dan ungu. Pandangan kami terus memburu dan rasa yang mengharu biru, tatkala bunga-bunga di sepanjang jalan itu, semakin menuju ke daerah perbukitan Kakaskasen, semakin raya, dan mengumpul dalam satu kawasan obyek wisata di Bukit Mahoni dan Bukit Pelangi.
Taman bunga di Bukit Kakaskasen. Sumber: Dokpri
Kami menuju Bukit Mahoni, tempat para muda mudi, tua muda, jejak pria, kakek dan nenek bergemberia ria dan rupa wajah bahagia dan larut dalam kegiatan swafoto bertubi-tubi tanpa henti dan berganti-ganti latar, bingkai dan resolusi cahaya. Semua itu adalah cara mereka bahagia, dengan sederhana, merumput, mencium bunga, juga canda tawa disertai gerak gemulai melangkah di tepian bunga dan lahan sayuran.Â
Di bukit Kakaskasen, tanaman bunga tertata rapi, juga diletakkan bingkai menawan untuk berfoto ria, melukis dengan cahaya. Dari bukit Kakaskasen, kita bisa melihat hamparan lembah dan pemukiman warga di bawah kaki bukit Mahawu. Bingkai panorama yang memang lengkap dan memikat.Â
Berfoto di taman bunga, Bukit Kakaskasen, Tomohon, Sumber: Dokpri
Setelah puas menghabiskan waktu di bukit Kakaskasen, kami melanjutkan memburu perjalanan ke bagian sisi yang lain dari kaki Gunung Lokon, yakni di bagian Woloan. Kami menari bersama di Amphiteater, Woloan yang kini digandrungi muda mudi dan semakin viral. Lahan parkir mobil yang meskipun belum tuntas, namun tak menurunkan kualitas keindahannya. Begitu memasuki kawasan amphiteater, kita akan disambut bangunan klasik berbahan kayu, sebagai salah satu spot menawan untuk menikmati hidangan kopi khas Woloan dan juga berbagai olahan makanan pisang goreng. Kafe itu memiliki beranda, yang bak panggung menggantung yang langsung menghadapkan wajah kita ke Gunung Lokon.Â
Deretan Waruga, di pintu gerbang pelataran Amphiteater, Tomohon. Sumber: Dokpri
Di pelataran, kita juga akan menjumpai deretan Waruga, di kanan kiri jalan begitu memasuki pintu gerbangnya. Waruga, bagi Orang (Suku) Minahasa, termasuk yang tinggal di Tomohon, adalah tentang sejarah dan budaya leluhurnya. Dalam kacamata arkeologi, Waruga adalah peninggalan kubur batu yang dikenal pada zaman megalitik, dapat menggambarkan asal usul Orang Minasa dari mana berasal. Waruga juga dapat mengungkap identitas, jati diri masyarakat Minahasa. Waruga adalah simbol budaya warisan leluhur nenek moyang masyarakat Minahasa. Pada waruga, juga dapat mengungkap perilaku sosial masyarakat Minahasa masa lampau, yang kemudian terus berlanjut hingga saat ini. Dulu, ribuan tahun yang lalu, awal leluhur Minahasa, menggunakan waruga sebagai bekal kubur. Dan terus berlanjut hingga masa kolonial.Â
Kawasan Amphiteater, Latar Gunung Lokon, Menjelang senja. Sumber: Dokpri
Setelah melewati beberapa deretan waruga, kita akan menjumpai taman bunga, salah satu spot untuk swafoto, berlatar Gunung Lokon, dan di waktu senja adalah cara mengabadikan keindahan tiada tara, bahkan jika kita ingin mengabadikan hitam temaramnya tubuh kita dalam siluet senja yang menawan. Di sebalah kanan taman bunga, ada Amphiteater, pusat segala aktivitas dapat dilakukan. Pagelaran tari kabasaran, olah raga dan aktivitas swafoto dibawah temaran senja, atau kabut pagi Gunung Lokon yang aduhai memikat lagi mempesona. Keindahan tiada habisnya.Â
Foto dibawah senja Aphiteater, berlatar Gunung Lokon. Sumber: Dokpri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya