Dua ekor kambing terbaik, disucikan, yakni dimandikan di sungai, kemudian mendandani dua ekor kambing sebelum disembelih dalam ritual kurban Hari Raya Idul Adha 10 Djulhijah.Â
Dua ekor hewan kurban dipilih untuk mewakili hewan kurban lain untuk melewati proses pensakralan atau pensucian, yakni dimandikan dan didandani dengan hiasan untaian kalung bunga kamboja di tanduk dan lehernya, dan selempang kain putih melingkari tubuh.
Ada 3 (tiga) unsur penting dalam prosesi awal ini, yakni yang melibatkan relasi antara agama (Islam), adat dan pemerintah, dalam hal ini yang ditunjukkaan dalam peran dan fungsi lembaga (Soa), yakni Soa Agama, Soa Pemerintah dan Soa Adat.Â
Hewan kurban itu dihiasi sejak pagi buta, satu ekor kambing didandani di rumah Raja Kaiteu dari Soa Lumaela sebagai Soa Parentah, yakni Marga Lumaela, sedangkan seekor lainnya didandani di rumah Soa Nukuhaly yang dalam silsilah pemerintahan adat negeri Kaitetu, merupakan mata rumah keturunan para penasihat raja atau ada pula yang menyebut sebagai Soa Adat.
Proses merias atau mendandani hewan kurban, secara khusus dilakukan oleh pihak tertentu yang disebut Mae Biang, yakni seorang dukun kampung, yang statusnya juga berdasarkan turun temurun, yang berasal juga dari marga Lumaela.Â
Begitu selesai didandani, hewan-hewan kurban yang akan dipotong bersama kurban kambing ataupun sapi lainnya diarak ke Masjid Jami Hena Lua, yakni masjid jami yang diposisikan sebagai representasi Soa Lumaela (Soa Parentah) dan Soa Hatuwe (Soa Agama) dan Masjid kuno Wapauwe, yang menjadi representasi Soa Nukuhaly (Soa Adat).Â
Pembawa kurban, dengan cara dipikul di pundak, dibawa dengan diarak diiringi barisan tarian hadrat oleh puluhan masyarakat, yang diselingi bacaan shalawat dan takbir oleh para pemuka agama dan pejabat negeri setempat saat mengiringi kurban kambing itu.
Ritual ini sesungguhnya, tidak hanya makna rasa syukur saja kegiatan ritual ini dilakukan, namun juga memiliki makna penghormatan dan penghargaan terhadap pengorbanan Ismail, dengan memperlakukan domba atau kambing selayaknya manusia yang diperumpamakan sebagai Ismail.
Dua ekor kambing yang menjadi representasi simbolik dan mewakili hewan kurban lainnya sebelum dipotong, dimandikan di sebuah sungai yang airnya mengalir, sebagai proses yang dimaknai penyucian. Setelah itu satu ekor dibawa ke rumah Raja Lumaela dan seekor lainnya ke rumah Soa Nukuhaly untuk didandani.Â
Proses mendandani kurban antara lain, kurban ditutupi kain berwarna putih pada bagian badan yakni melingkar dari punggung hingga perut kurban di rumah raja (Soa Lumaela) dan rumah Soa Nukuhaly, kambing juga diberi bedak powder, juga disisir pada kepala bagian atasnya, diantara tanduk ke bawah. Â