Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memerdekakan Sejarah, Pembaruan Historiografi Indonesia

16 Agustus 2020   16:09 Diperbarui: 23 Agustus 2020   17:09 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penemuan Arkeologis Jejak Kerajaan Holing: Contoh Kebaruan Sejarah 
Dalam riset arkeologi, ada novelty yang penting dalam penyegaran sejarah Indonesia, sekaligus pengayaan. Agustiyanto Indrajaya, peneliti arkeologi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, mengatakan, leluhur kita dulu tidak serta merta menerima pengaruh bangsa luar, namun selalu mempertimbangkan dan mengadaptasikan dengan pentingan dan kebudayaan lokal yang berkembang.

Dalam sejarah Hindu Budha dan Mataran Kuno, selalu disebutkan dalam berita-berita Cina, bahwa ada pendahulu dari Kerajaan Sriwijaya, yaitu Kerajaan Holing. Namun data artefaktual Kerajaan Holing, selama ini belum terungkap, sehingga banyak asumsi mengenai kedudukan Holing di pantai utara Jawa ini. Namun dalam riset arkeologi terbaru, menemukan dua situs baru di Batang dan kendal, yakni ditemukan candi-candi yang berbeda dengan candi-candi lainnya di Pulau Jawa. Eksplorasi di Batang dan Kendal, menemukan satu peradaban yang besar di pantai utara Jawa, yang berdasarkan pertanggalan sudah ada sejak abad 7 M, sesuai berita Cina, tentang adanya Kerajaan Holing di abad 7 M.

Jejak Holing dengan demikian, sudah mulai ditemukan. Selain candi, ada indikasi lain, yaitu arca-arca yang berbeda dengan ikonografis arca-arca di Jawa Tengah. Ada beberapa arca yang lebih banyak berkembang di abad 6 dan 7 Masehi. Dengan demikian, ada titik terang, jejak awal hunian pengaruh India di pantai utara, di muara Kali Kuto. Berita Cina menyebutkan, bahwa Kerajaan Holing dikelilingi oleh benteng. Pembaruand ata sejarah berdasarkan riset terbaru arkeologi itu, menjelaskan bagaimana proses hostoriografi sangat dinamis dan riset arkeologi memerankan konstribusi penting untuk menemukan kebaruan dalam proses sejarah budaya Bangsa Indonesia. 

Pembaruan Historiografi
Materi sejarah dari waktu ke waktu tidak berbeda jauh dengan informasi yang dihasilkan. Problemnya bukan di materinya, tetapi cara dan bagaimana tujuan pendidikan sejarah di ajarkan. Menurut Hilmar Farid, kita masih inferior dengan sejarah, tidak bangga dengan sejarah kita sendiri. Kata kunci tentang kearifan lokal itu, relevan atau tidak dengan kondisi kekinian. Ada sains, seberapa besar ini bisa berkonstribusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusian. Pengetahuan rempah, mislanya masih dianggaps ebagai pelengkap saja. Tetapi setelah penemuan cina, untuk pengobatan covid melalui obat-obatan herbal, baru rempah dilirik kembali. Ini pelajaran penting, agar pengetahuan sejarah itu tidak harus diingatkan oleh pengalaman bangsa lain.

Soal jalur rempah, kalau kita perhatikan, jika hanya menelusuri jejak-jejak rempah berdasarkan artefaktualnya, kita akan berhenti sampai disitu, Tapi yang dibutuhkan adalah himpunan-himpunan informasi, himpunan dari kearifan lokal akan memberi bobot yang lebih solid. Pendidikan sejarah, tidak cukup hanya menghapal sejarah, tetapi apa dari tapak-tapak sejarah yang membantu penguatan identitas dan tujuan-tujuan berbangsa. Itu yang penting. 

Pembelajaran sejarah, bukan hanya euforia masa lalu, tetapi untuk penguatan karakter, Ideologi adalah naratif knowledge. Harus menumbuhkan keyakinan, percaya diri, rasa banggga dan juga passion untuk melanjutkan tonggak-tonggak penting dalam perjalanan bangsa. Indonesia itu ada banyak capaian, sehingga itu yang harus dilakukan, menarasikan capaian-capaian keberhasilan nusantara dalam perjalanan sejarah. Para sejrawan harus mampu menarasikan keberhasilan-keberhasilan Indonesia dalam perjalanan sejarahnya.Sebagai contoh, bagaimana Indonesia, mampu menghidupan bahasa persatuan, lingua franca, Bahasa Melayu Indonesia, sehingga bisa menyatukan nusantara dengan begitu banyak etnis dan suku yang berbeda-beda bahasa dan budayanya. Itu contoh bagaimana mengartikulasikan narasi tentang capaian keberhasilan sejarah. 

Dengan demikian, momentum peringatan HUT 75 RI tampaknya menjadi penting untuk memaknai kembali proses sejarah, sebagai proses lahir dan berkembangnya Indonesia. Konsepsi nasionalisme perlu dibangun dalam ranah national identity  yang lahir dari proses perjalanan sejarah berikut dengan capaian-capaian keberhasilan dalam perkembangan peradaban sebagai modal membangun kebanggan nasional. Memaknai sejarah baik berdasarkan data sejarah maupun penemuan arkeologi sebagai sebuah kebanggan akan identitas nasional, menjadi spirit baru untuk membangun peradaban Indonesia yang lebih maju dan semakin berdaulat. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun