Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melatih Kecerdasan Anak Melalui Puisi Sapardi Djoko Damono

25 Juli 2020   22:55 Diperbarui: 26 Juli 2020   07:37 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Melatih kecerdasan anak melalui Puisi. Sumber: Edukasi.Kompas

Keindahan kata, adalah keindahan rasa, keindahan makna yang penting bagi pendidikan mental anak. Sapardi Djoko Damono (SDD), yang dikenal sebagai pujangga, ibu atau bapak kata-kata, atau sebutan lain untuk Sapardi adalah bentuk penghargaan atas makna-makna yang dilahirkan dari kata-kata yang tersurat ataupun tersurat dalam puisi Sapardi. 

Puisi, adalah seni memainkan kata. Memainkan kata adalah bentuk keindahan cara berpikir sekaligus cara menerjemahkan keindahan tentang hidup. Kenapa, karena dalam puisi, keindahan kata, itu mencerminkan keindahan cara berpikir, sekaligus keindahan menangkap pesan dan makna. Itu kata saya. Apa yang saya katakan, adalah sebuah cara saya mengungkapkan pikiran saya, dalam memahami puisi. Artinya, sebenarnya otak saya mengolah pesan dan makna dalam puisi, lalu menerjemahkannya melalui pesan atau kata. Dengan demikian, sesungguhnya otak atau pikiran saya mencerna dan menerjemahkan apa yang tertulis dalam bait-bait puisi. Dengan kata lain, puisi melatih pikiran saya dan juga sekaligus emosi saya untuklebih peka dan paham tentang makna yang ingin disampaikan dalam kata-kata yang terangkai dalam puisi. 

Di dalam puisi, kata-kata yang indah, itu lahir dari kepekaan rasa. Termasuk dalam kepekaan terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan, persoalan lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Kepekaan-kepekaan itu ditungkan atau diungkapkan melalui jalinan kata yang indah penuh makna. Bisa dikata, semua hal tentang puisi, adalah segala hal tentang keindahan hidup. Bagaimanapun, suramnya kehidupan ini, melalui puisi ada tersirat keindahan, dan itu selalu ada, sengaja ataupun tidak sengaja, pasti tersirat dan juga tersurat keindahan. 

Oleh karena itu, seorang pujangga seperti Sapardi, itu adalah seorang yang melahirkan ungkapan-ungkapan keindahan, bahkan dalam mengungkapkan sebuah kepahitan sekalipun. Sebagai contoh puisi Sapardi : Jangan kau ulang lagi/menjenguk/wajah yang merasa/sia-sia, yang putih/yang pasi itu...Jangan sekali-kali membayangkan/Wajahmu sebagai/rembulan...Ingat,jangan sekali-kali./ Jangan/. Baik, Tuan.  Sapardi menggambarkan seolah-olah sebuah kesia-siaan dan penyesalan itu bukan sesuatu yang harus diperlihatkan. Namun ia menggambarkannya dengan kalimat yang begitu indah, sehingga dalam tangan dan pikiran Sapardi, kesia-siaan menjadi sebuah pesan dan makna yang dalam untuk kita dalam diam merenung, bercermin dan menyadarinya.  

Saya ingin katakan, saya sendiripun yang tidak pernah mengenal puisi sebelumnya, kecuali karena hobi, dan intuisi, setidaknya mampu mengasah kepekaan atas makna bahasa atau teks dalam puisi, walapun dalam penerjemahan yang bebas menurut hati dan pikiran saya. Makna dalam bahasa ini, merupakan cara untuk kita melatih kepekaan dan kecerdasan dalam berpikir. Selain itu tentu saja, adalah makna dalam upaya mengasah kepekaan pikiran dan hati sanubari kita tentang soal-soal kehidupan manusia. Jadi, saya ingin katakan bahwa mengenal Puisi, seperti Puisi Sapardi Djoko Damono, adalah usaha untuk mengasah kecerdasan intelektual, sekaligus kecerdasan emosional. 

Dalam pandangan seperti itu, maka memperkenalkan Puisi, dalam hal ini Puisi Sapardi Djoko Damono, perlu dimulai sejak kanak-kanak. Oleh karena itu, anak kita perlu diperkenalkan tentang Puisi. Hal ini karena, ketika anak-anak sejak dini mengenal Puisi, maka melatih kecerdasan intelektualnya, juga melatih kecerdasan emosional, sekaligus juga kecerdasan spiritualnya.  Puisi Sapardi membuktikan itu, kita lihat contoh misalnya :

Dalam Diriku

Dalam diriku mengalir sungai panjang
Darah namanya;
Dalam diriku menggenang telaga darah
Sukma namanya;
Dalam diriku meriak gelombang sukma
Hidup namanya!
Dan karena hidup itu indah

Aku menangis sepuas-puasnya.

Puisi Sapardi yang indah itu, memiliki makna yang dalam tentang pengenalan diri kita, baik fisik maupun jiwa, sekaligus pengenalan terhadap Sang Khalik yang meniupkan ruh dalam darah dan sukma atau jiwa kita. Memaknai Puisi Sapardi ini, tentu membuat kita juga akan memaknai diri kita sebenarnya. Perenungan atas kata dan makna dalam puisi itu, adalah perenungan yang mencerahkan tentang kehidupan kita. 

Lalu, disinilah titik penting, melatih kecerdasan anak-anak melalui puisi, dan metode yang paling mudah untuk itu adalah melalui puisi-puisi Sapardi. Jadi ketika anak-anak kita sudah menginjak masa mengenal pendidikan usia dini, sejak saat itu, kita bisa perkenalkan Puisi Sapardi Dojoko Damono. Bagaimana mau mengenalkan anak dengan puisi Sapardi, bukankan banyak bahasa kiasan yang justru nanti bisa membuat bingung anak? Mungkin pertanyaan seperti itu yang pertama kali disampaikan. 

Tentu saja, pengenalan-pengenalan itu memiliki tahapan-tahapan. Pengenalan tentang Puisi Sapardi, untuk melatih kecerdasan anak, dimulai pemilihan-pemilihan kata, yang mudah ditangkap oleh anak-anak terlebih dahulu. Pada tingkatan usia dan pendidikan, yang semakin berkembang, maka pemilihan kata dan frase dalam puisi dengan sendirinya juga akan semakin berkembang. 

Sebagai orang tua, kita juga bisa memilihkan satu demi satu kata-kata dalam bait puisi, yang dapat memperkenalkan tentang apa yang ingin kita latihkan atau kita ajarkan untuk mengasah perkembangan mental anak, perkembangan kecerdasan anak. Contoh ketika kita mau mengajari anak  hal ihwal tentang hujan misalnya. Mulai dari terjadinya proses hujan, karena faktor alam, lalu makna lain yang terserap dalam hujan, misalnya soal hujan, itu ciptaan siapa dan bagaimana manusia hubungannya dengan hujan. Kata hujan, yang kita cukil dari Puisi SDD, satu kata itu saja, akan dapat memberi banyak makna yang bisa kita ajarkan kepada anak. Semakin berkembangkan tingkat perkembangan otak dan psikologi anak, maka semakin beragam pula frase-frase dalam bait-bait puisi yang bisa kita perkenalkan. 

Pikiran anak-anak, ibaratnya seperti kertas kosong bukan. Jika kita tuliskan lembar demi lembar dalam pikiran anak, tentang kata-kata keindahan, maka dalam pikiran anak kita, seperti juga menuliskan bait-bait puisi yang indah. Puisi-puisi yang indah, adalah rangakain kata demi kata yang indah yang penuh arti, makna dan pesan mendalam. Puisi lahir dari pikiran yang jernih dan kepekaan hati yang dalam. Saya yakin, tidak ada satupun puisi yang lahir dari pikiran penuh ketiadaan. Semarah apapun kita, ketika kita menuliskannya, atau mengungkapkannya dalam bait-bait puisi, sesungguhnya, sejatinya kita sedang berbisik lirih, tentang isi hati kita yang paling dalam. Kita ingin tentram, kita ingin damai. Oleh karena itu, memilih jalan puisi, adalah memilih jalan kehidupan yang tentram dan damai. Maka, ketika hal ini diajarkan, diperkenalkan kepada anak-anak kita, maka sesungguhnya kita sedang menciptakan generasi bangsa yang penuh ketentraman dan kedamain. Generasi bangsa yang cerdas dengan pikiran, dan peka dengan hatinya. Generasi yang cerdas secara intelektual, secara mental dan cerdas secara sipiritual. 

Selamat Jalan Supardi.... Engkau telah menorehkan berlembar-lembar bait-bait puisi yang mencerdaskan dan mencerahkan generasi bangsa. Engkau bekerja dalam sunyi, namun menghasilkan buah karya yang abadi...yang mampu menjadi bahan pencerdasan, perenungan dan kepekaan yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi sampai akhir nanti...

WH, Bumi Minahasa,  25 Juli 2020, 23: 43 wita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun