Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Renungan Tentang Mahluk Tak Kasat Mata

25 Juli 2020   21:21 Diperbarui: 25 Juli 2020   21:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diam-diam ia merasuki jantung dan paru-paru
Bedebah, mahluk tak kasat mata yang bikin gerah
Menebarkan aroma kematian di jalanan penuh keangkuhan
Entah ingin menakuti atau menghembuskan nafas renungan
Tapi mahluk itu sudah menakutkan jauh sebelum muncul terdengar

 Manusia-manusia kehilangan arah jalan
Sembunyi jadi kecut, apatah lagi maju membuat takut
Pada siang ia menghadang, pada malam ia mengancam
Biadab, mahluk tak kasat mata itu menghasut
Menebarkan maut membuat nyali panglimapun ciut

Diantara hutan apel dan hutan bambu…
Mahluk itu lahir, merambat, membesar dan menyebar
Lalu menjadi pertengkaran dan saling meributkan..
Tentang siapa yang berbuat dosa dan membuatnya beranak pinak
Sialan, mahluk tak kasat mata yang jadi kicauan dan adu domba..
Antara percaya dan tidak, nyatanya sudah berjuta- juta kematian

Manusia manusia kehilangan harapan
Berpikir salah, tidak berpikir pasti akan jatuh terbelah
Pada ladang tanaman ia meracuni, pada halaman rumah ia menghancurkan
Manusia-manusia kehilangan pegangan
Pohon-pohon akarnya membusuk, pagar-pagar pasaknya terlepas
Bangsat, mahluk tak kasat mata itu menertawakan
Di langit ia menggelapkan, di laut ia mengkeruhkan
Di sungai-sungai ia menyumbat, di sumur-sumur ia mengeringkan
Manusia-manusia kehilangan sumber kehidupan

Diam-diam ia merasuki darah dan pembuluh
Bah, mahluk tak kasat mata itu sudah menyelinap ke ubun-ubun
Menusuk hidung tanpa terendus, mencekat mulut tanpa tercegat
Wajah-wajah manusia tak paham wajah alam
Saat ini alam tak jelas sedang mengarah pada rupa apa
Siapakah pendosa, siapakah pengamal, wajah mereka bak bayangan

Ku tundukkan wajah dengan sangat dalam ke dalam bumi
Dan suara lirih batin merintih kuperdengarkan menembus langit
Semoga mahluk tak kasat mata itu sirna ke dalam bumi berlapis-lapis dalamnya
Dan semua nyawanya tak lagi bergentayangan, diserap langit berlapis-lapis tingginya
Kepada bumi, kepada langit…terangkanlah kembali hidup ini
Jauhkan perang, jauhkan permusuhan, hidupkan persaudaraan
Agar manusia-manusia menemukan jalan, menemukan pegangan..
Hingga akhir bumi dan langit menyatu dalam ketiadaan yang sempurna…

             

 

             

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun