Dua lelaki itu, tiba-tiba melemparkan pedangnya masing-masing ke tanah. Serempak, bersamaan, seperti diberi aba-aba sebelumnya. Pandangan mereka terarah kepada penduduk kota yang melingkarinya. Wajah-wajah cemas dan tegang. Serta merta, wajah penduduk kota berubah, saat kedua lelaki itu melemparkan pedangnya ke tanah. Beberapa orang menyeka wajahnya penuh debu, raut muka berseri-seri dan ceria. Wajah cemas dan tegang seketika berubah. Wajah ceria dan penuh semangat.
Tiba-tiba, dari tengah kerumunan, seorang pemuda setengah berlari melangkah maju ke depan lingkaran, sambil berteriak " Hidup Ki Dodjo, Hidup Ki Probo". Setelah teriakan itu, satu persatu penduduk kota yang berkumpul itu, ikut berteriak, "Hidup Ki Dodjo, Hidup Ki Probo". Seketika langit mendung dan menumpahkan hujan ke kota itu. Penduduk kota bersorak sorai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H