Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membudayakan Inovasi, Menginovasikan Budaya

30 Juni 2020   10:49 Diperbarui: 9 Januari 2021   01:41 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://bukantulisanilmiah.blogspot.com/

Dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, turun pula tuntutan yang sama untuk Balai Arkeologi di 10 Provinsi. Balai Arkeologi Sulawesi Utara, tempat saya mengabdi juga menghadapi tuntutan yang sama. Meskipun kami hanyalah instansi satuan kerja di level eselon 3, namun tanggungjawab di pundak kami juga besar. 

Sebagai instansi penelitian arkeologi yang melingkupi tiga wilayah provinsi, yakni Provinsi Sulaswesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo, tentu ini menjadi tantangan, sekaligus sekali lagi juga peluang yang baik. Selain melakukan penelitian, juga ada visi pengembangan hasil penelitian arkeologi. 

Visi itu salah satunya dijalankan melalui misi pendayagunaan hasil penelitian arkeologi. Kata pendayagunaan, adalah kata kunci yang memberikan tantangan sekaligus peluang. Saya terjemahkan sendiri, kata pendayagunaan, adalah tingkatan lebih tinggi dari kata pemanfaatan. Mendayagunakan, artinya menerapkan manfaat agar langsung menjawab kebutuhan. Artinya berdayaguna, yaitu dapat digunakan atau dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. 

Lalu, bagaimana hasil penelitian arkeologi, bicara pada ranah masa lampau dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat? Digunakan langsung oleh masyarakat dalam hal apa? Tentu saja ini bicara soal memenuhi hajat hidup masyarakat. Soal-soal ekonomi, adalah yang terpenting. Hasil penelitian arkeologi harus bisa memberikan pilihan atau alternatif pendapatan dan  peningkatan ekonomi masyarakat..

Kembali menyoal inovasi, artinya penelitian arkeologi juga harus berinovasi untuk dapat didayagunakan secara langsung memenuhi kebutuhan masyarakat. Tentang peningkatan ekonomi. Tentu saja tanpa melupakan nilai penting budaya, yang dihasilkan dari penelitian arkeologi. Tentang akar-akar identitas, kearifan lokal dan sebagainya. Itu yang kami maksudkan sebagai menginovasikan budaya. Kita harus mampu berinovasi. Dari kumpulan artefak warisan budaya leluhur yang kita teliti. Meskipun kita menggali nilai penting budayanya, tetapi juga dapat memperoleh manfaat ekonomi untuk masyarakar secara langsung.

Bagaimana menerapkannya? Kami mengambil contoh tentang bentuk menginovasikan budaya, mislanya tentang kubur batu waruga. Waruga, kalau kita hanya melihatnya sebagai artefak produk budaya masa lampau, ia merupakan kubur batu, yang digunakan dalam tradisi penguburan leluhur orang Minahasa, sejak ribuan tahun lalu. 

Tentu kita memperoleh pengetahuan tentang nilai-nilai budaya identitas, tradisi, budaya etnik, agama dan sebagainya. Nilai edukasi dari artefak itu. Namun, masyarakat tidak cukup memperoleh manfaat soal itu saja. Tuntutan kekinian, kita juga harus menjawab kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat. Contoh soal kebutuhan ekonomi yang dimaksudkan. Oleh karena itu kami berpikir, bagaimana kubur batu itu dapat memenuhi kebutuhan ekonomi secara langsung kepada masyarakat. 

Kami lalu mencermati, bahwa dari kubur batu itu ada peluang untuk pengembangan industri kreatif batik. Hal ini karena, ragam hias waruga sangat cantik, manis dan beragam. Semua itu peluang untuk diinovasikan, dikreasikan, dikembangkan sebagai produk desain seni batik dan dikembangkan menjadi brand Batik Waruga (lihat artikel saya sebelumnya di Kompasiana).

Tidak itu saja, kami juga mendorong munculnya komunitas-komunitas kreatif di setiap situs arkeologi untuk mengembangkan berbagai produk industri kreatif dari artefak-artefak warisan budaya. Kubur batu waruga, tidak saja untuk industri kreatif batik, namun juga inovasi lainnya, seperti seni kriya. Atau bentuk sederhana, replika waruga, miniatur waruga sebagai souvenir, sekedar replika untuk gantunga kunci dan sebagainya. Semua itu produk industri kreatif yang dapat dikembangkan. 

Justru dari situ, sebenarnya praktek pelestarian warisan budaya dapat berkembang. Artinya, waruga dapat terus dilestarikan sebagai cagar budaya, dan masyarakat secara ekonomi dapat memperoleh manfaat langsung dengan pengembangan industri kreatif sebagai bentuk inovasi budaya. 

Dilestarikan sebagai praktek menjaga nilai-nilai budaya lokal, identitas, nilai-nilai keluhuran nenek moyang dan sebagainya. Sekaligus manfaat memperoleh manfaat secara ekonomi. Itulah sesungguhnya yang dimaksudkan sebagai pendayagunaan artefak-artefak warisan budaya sebagai media pengembangan industri kreatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun