Semakin tinggi teknologi  saat ini,  maka semakin banyak  pula fasilitas yang diberikan kepada manusia, baik dalam melakukan pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.Â
Contohnya dengan diciptakannya berbagai alat bantu dalam berbagai kegiatan yang mempermudah kehidupan manusia  seperti escalator dan lift yang menggantikan fungsi tangga yang menggunakan gerakan otot dan sendi manusia,  mesin cuci pakaian dan mesin cuci piring yang meminimalkan tenaga yang digunakan manusia  dan yang paling sering membuat remaja tidak melakukan pergerakan otot dan sendi  adalah  dengan adanya gadget atau handpone dengan berbagai aplikasinya yang membuat minimnya pergerakan.Â
Tanpa mereka sadari, remaja-remaja ini tidak menggerakkan sendi dan otot dalam jangka waktu rata-rata 6 jam dalam sehari, hal ini akan menyebabkan tidak lancarnya pembuluh darah dan kurang aktifnya persyarafan disekitar otot yang kaku.
Kondisi ini akan mempengaruhi tulang dan otot remaja yang masih dalam proses pembentukan, dan akan mengakibatkan keluhan musculoskeletal seperti kurang elastisnya sendi dan otot  yang mengakibatkan nyeri, kaku, kebas.Â
Jika berlanjut akan mengakibatkan tidak lancarnya peredaran darah dan penurunan kerja sistem persyarafan yang mengakibatkan  penurunan kebugaran  dan kualitas hidup remaja serta menjadikan remaja  kurang motivasi dan  kreatifitas.
Dari hasil penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat  yang di lakukan oleh Tim Dosen ITEKES Muhammadiyah Kalimantan Barat (Ns. Wuriani, M.Pd., M.Kep Ns. Indri Erwhani, M.Pd., M.Kep, Ns. Usman, M.Kep )  pada siswa kelas dua belas di SMA Muhammadiyah 1 Kota Pontianak, didapatkan hasil : siswa yang kurang fleksibel dalam pergerakan otot dan sendi berjumlah 20 orang dari 38 orang atau 50% dan siswa yang cukup fleksibel berjumlah 12 orang  atau 30% serta siswa yang sangat fleksibel sendi dan ototnya ada delapan siswa atau 20%. Â
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang merupakan remaja berusia 17 sampai 18 tahun yang mengalami kekakuan otot dan sendi, akibat kurang bergerak dan kurang melenturkan sendi dan otot tubuh.
Maka dari itu, penting dilakukan edukasi dan sosialisasi  "MAGERLAH" manajemen gerak  disekolah yang dilakukan minimal lima menit sekali dalam setiap dua mata pelajaran untuk memperlancar peredaran dan sirkulasi darah, sehingga remaja akan terbiasa melakukan pergerakan setiap hari dan membuat fleksibel otot serta sendi yang berimbas pada kebugaran tubuh. Dengan tubuh yang bugar akan meningkatkan kreatifitas remaja  yang merupakan generasi penerus bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H