Mohon tunggu...
WULIDATUL IMROAH
WULIDATUL IMROAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lala_cishlist18616

Orang Yang Kuat Adalah Orang Yang Mampu bertahan Jatuh Bangkit Lagi, Gagal Berjuang Lagi Sampai Bisa mencapai "The Affection Between Love and Understanding"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kakek yang Hebat, Pejuang bagi Keluarganya

18 April 2022   01:03 Diperbarui: 18 April 2022   10:44 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia yang terkenal dengan negara yang kaya, yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan dihuni lebih dari 360 suku bangsa. Kaya akan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya. Kekayaan yang sangat melimpah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia digunakan untuk seluruh rakyat Indonesia beserta penguasanya, sebagaimana yang kita ketahui bahwa hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 33 Ayat 3, yang berbunyi yaitu "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat". Namun, pada faktanya kekayaan yang berada di negara Indonesia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata masih belum bisa untuk memberikan kemakmuran seluruh rakyatnya. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat atau warga atau rakyat Indonesia yang hidup masih dengan keterbatasan dan hidup kurang layak atau kurang mampu. Orang miskin atau bahasa halusnya yakni orang kurang mampu adalah keadaan dimana seseorang tersebut tidak berharta, serba kekurangan, dan berpenghasilan sangat rendah. Dimana seseorang tersebut tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan pangan, sandang, papan (tempat tinggal), pendidikan, dan bahkan kesehatan yang layak.

Pada hari Rabu, 13 April 2022, saya dan teman saya melakukan observasi di Taman Singha Merjosari. Kebetulan sekali pada saat itu, saya dan teman saya bertemu dengan orang kurang mampu yakni seorang pengamen jalanan, beliau bernama Bapak Karim. Beliau tinggal di rumah kos-an daerah Comboran atau Pasar Loak Comboran, Kota Malang, lebih tepatnya sebelah selatannya pasar besar Kota Malang atau 200 Meter dari Alun-Alun Kota Malang. Beliau memiliki 2 anak yaitu anak pertama perempuan dan anak yang kedua adalah laki-laki, namun anak perempuan pertamanya sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu yakni tepat bulan Desember tahun 2020. Sehingga beliau saat ini tinggal bersama kedua cucunya yang berjenis kelamin perempuan semua dan juga tinggal bersama anak keduanya yakni anak laki-laki satu-satunya atau bisa dibilang ayah dari kedua cucunya. Istri Bapak Karim sendiri juga sudah meninggal dunia pada tahun 2006 karena menderita sakit keras.

Kedua cucu dari bapak Karim saat ini sudah lulus jenjang SMP, namun mereka tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya dikarenakan keterbatasan biaya. Selain hal itu, cucu dari Bapak Karim juga mempunyai alasan mengapa hanya memilih sebagai tamatan SMP, karena cucu-cucu dari Bapak Karim mengerti dan memahami bagaimana kondisi atau keadaan dari keluarga mereka sehingga mereka tidak mau untuk memberatkan kakeknya maupun ayahnya guna biaya sekolahnya, meskipun menurut mereka bahkan menurut Bapak Karim sendiri pendidikan itu sangat penting. Dikarenakan rasa sayangnya Bapak Karim kepada kedua cucunya, Bapak Karim meminta keseharian dari kedua cucu beliau adalah menjaga rumah sambil belajar secara mandiri, dan mereka semua belum diizinkan untuk bekerja.

Bapak Karim memutuskan untuk bekerja menjadi atau sebagai pengamen jalanan dikarenakan selain merupakan pekerjaan yang terbilang masih halal, karena beliau juga sudah tidak kuat kalau bekerja yang berat-berat, sehingga menurut beliau hanya menjadi seorang pengamen lah pekerjaan yang masih kuat beliau lakukan atau kerjakan dimasa tubuhnya yang semakin renta dan tenaganya yang semakin berkurang. Bapak Karim memulai mencari nafkah berangkat pada pukul 3 sore sampai dengan pukul 10 malam, dikarenakan pagi dan siangnya beliau habiskan bersama dengan kedua cucunya dan juga beliau gunakan untuk mengurus atau memberekan rumah kos-annya. Bapak Karim sendiri sudah mempunyai rute atau area tersendiri dalam mencari nafkah, yang setiap 3 hari sekali berganti lokasi, jadi dari tempat satu ke tempat lainnya. Beliau berangkat dari rumah menggunakan angkot untuk menuju setiap lokasinya misalnya, jikalau beliau memutuskan untuk ke Taman Singha Merjosari maka beliau naik angkot dari depan Mall Ramayana sampai Swalayan Sardo, atau kalau beliau keliling di Jalan Soekarno-Hatta beliau naik angkot dari sebelah selatannya Mall Ramayana Malang.

Setelah penjelasan singkat terkait kehidupan narasumber beserta keluarganya, disini saya akan menjelaskan tentang Bapak Karim yang tidak pernah menerima bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah Indonesia. Dari hal tersebut, menurut saya ada kemungkinan besar yang  disebabkan oleh data yang belum sempurna seperti halnya, DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) yang masih harus disempurnakan, melalui updating data lapangan yang harus dicermati dan disempurnakan. Tetapi, meskipun Bapak Karim tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah, beliau tetap mensyukuri terhadap hidupnya saat ini yang masih diberi kekuatan, dan kesabaran yang lebih. Beliau merasa cukup dengan apa yang dimilikinya saat ini terutama atas senyum dari kedua cucunya. Bersyukur versi dari Bapak Karim adalah yang terpenting selalu berdoa sama Allah SWT agar semuanya terutama beliau dan keluarganya diberi kekuatan, diberi keselamatan, diberi kesehatan, dan diberi hal yang terbaik serta selalu mensyukuri apapun yang terjadi agar bisa melakukan aktivitas dengan rasa ikhlas dan tidak ada beban dihati.

Bapak Karim yang merupakan bapak yang kuat sekaligus kakek yang hebat, beliau mempunyai sebuah keinginan atau mempunyai harapan yang  besar untuk  mempunyai rumah sendiri, karena rumah beliau yang dulu dijual guna sebagai pengobatan  istrinya yang sakit selama 4 tahun hingga pada akhinya ternyata Allah SWT lebih sayang kepada istri dari Bapak Karim tersebut.  Selain hal tersebut, Bapak Karim juga mempunyai harapan atau keinginan untuk menyedekahkan harta atau rezekinya apabila sudah terkumpul banyak kepada orang yang membutuhkan. Karena bagi beliau sedekah itu sangat penting,  sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su'ul khotimah), Allah SWT akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri," (HR Thabrani). Saat ini Bapak Karim masih dalam tahap berusaha untuk mencari tempat tinggal, apabila sudah mendapatkan tempat tinggal, beliau ingin membalas kebaikan (balas budi) kepada orang yang telah baik kepada beliau, dan insyaallah beliau juga ingin rajin dalam membagi-bagikan rezekinya (sedekah). Dari cerita Bapak Karim, bahwa beliau juga sering membagikan sebagian dari hasil jerih payahnya mengamen kepada orang yang lebih tua dari beliau, atau kepada orang yang sekiranya mempunyai keterbatasan fisik (cacat) dan juga kurang mampu. Beliau membagi uang ataupun makanannya meskipun beliau aslinya juga membutuhkan hal tersebut. Karena bagi beliau berbagi itu indah, seperti salah satu pahala dari berbagi yaitu dibuat gembira oleh Allah SWT pada hari kiamat. Nabi SAW berpesan, "Barangsiapa menjumpai saudaranya yang Muslim dengan (memberi) sesuatu yang disukainya agar dia gembira, maka Allah akan membuatnya gembira pada hari kiamat." (HR. Thabrani).

Masyaallah, inilah hasil observasi dari saya dan teman saya. Apakah kita sudah bersyukur selama ini terhadap apa yang kita miliki pada saat ini??? Apakah kita juga sudah bersedekah terhadap orang yang membutuhkan yang berada disekitar kita???

Sesungguhnya Allah SWT mempunyai tujuan menciptkan orang kaya dan miskin di dunia ini, agar manusia saling berhubungan satu sama lain. Allah SWT memberikan ujian kepada mereka yang kaya untuk dapat memberikan simpati dan berbagi dengan orang yang lebih membutuhkan, tidak sombong dan memberikan ujian kepada mereka yang miskin untuk bersabar dan berusaha agar hidupnya lebih baik. Dan dijelaskan didalam QS. Ibrahim Ayat  7 tentang bersyukur bahwasanya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Selain berdasakan atau berkaitan dengan agama, harapan saya sebagai penulis atau generasi milenial, semoga kemiskinan di negara Indonesia juga bisa ditanggulangi atau dikikis salah satunya dengan cara melakukan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan produktivitas kelompok miskin dan rentan, serta bisa mensinergikan kebijakan dan program dari pemerintah tentang penanggulangn kemiskinan dengan cara mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro kecil. Semoga dari hal tersebut dapat menjadikan angka kemiskinan di negara Indonesia semakin menurun seiring berkembangnya waktu agar bisa tercapai dan tercipta kemakmuran rakyat yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun