Mohon tunggu...
WULIDATUL IMROAH
WULIDATUL IMROAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lala_cishlist18616

Orang Yang Kuat Adalah Orang Yang Mampu bertahan Jatuh Bangkit Lagi, Gagal Berjuang Lagi Sampai Bisa mencapai "The Affection Between Love and Understanding"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri Berdikari sebagai Perwujudan Santri Siaga Jiwa Raga

20 Oktober 2021   03:39 Diperbarui: 20 Oktober 2021   16:50 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santri merupakan generasi muda yang menjalani kehidupan dengan memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan hidup bukanlah hanya material saja melainkan hubungan sosial juga. Dilansir dari laman wikipedia.org, bahwasanya santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, yang biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai.  

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "santri" setidaknya mengandung dua makna. Makna pertama adalah orang yang mendalami agama Islam, dan makna kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Jadi, dapat disimpulkan bahwasannya seorang santri itu bukan hanya yang belajar di pesantren saja, melainkan yang tidak di pesantren bisa dinamakan santri karena akhlaknya dan ibadahnya.

Di dalam diri seorang santri sudah pasti memiliki jiwa atau ruh yang menjadi dasar ataupun  landasan seorang santri siap berjuang di jalan Allah SWT. Jiwa atau ruh tersebut meliputi lima nilai yang sering dikatakan sebagai Panca Jiwa antara lain, 1)   Jiwa Keikhlasan, 2) Jiwa kesederhanaan, 3) Jiwa Berdikari, 4) Jiwa Ukhuwwah Islamiah, 5) Jiwa Bebas. Dalam perkembangan keadaan negara Indonesia pada saat ini, terdapat satu dari lima nilai Panca Jiwa tersebut yang benar-benar harus di implementasikan dalam kesehariannya yaitu Jiwa Berdikari atau jiwa sehat dan mandiri.

Jiwa santri pada saat ini harus berdikari yaitu sehat dan mampu berdiri diatas kaki sendiri, yang merupakan sebuah bentuk kebanggaan dan pastinya ingin dimiliki oleh setiap orang tanpa terkecuali, karena dengan sehat dan kemandirian seorang santri itu akan merasa lebih bermartabat.

 Tidak dapat dipungkiri bahwasanya memiliki tubuh yang sehat dan mandiri merupakan kebututuhan setiap manusia. Dengan tetap sehat, maka aktivitas yang dilakukan oleh santri bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan Sehat pula, maka seorang santri tidak harus mengeluarkan waktu dan biaya untuk membeli obat ataupun pergi ke rumah sakit. 

Jadi, dengan sehat menyebabkan untuk santri selalu mensyukuri terhadap nikmat kesehatan yang di berikan oleh Allah SWT. Sebagaimana HR. Bukhari menjelaskan bahwa, Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya, hamba Allah SWT  hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimilikinya dan tidak bersikap kufur. Nabi SAW. bersabda, "Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu yang luang".

Seorang santri juga harus mampu berdiri diatas kakinya sendiri atau sering dikatakan mandiri, yaitu sebuah sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. 

Mandirinya seorang santri juga bisa didefinisikan sebagai usaha seorang santri untuk memecahkan persoalan dan hambatan yang terjadi tanpa bantuan oran lain dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan melepaskan diri dari orang tua ataupun keluarga maupun orang dewasa berdasarkan kebebasan pengambilan inisiatif  untuk mengerjakan sesuatu atas dorongan dari dalam diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa adanya pengaruh dari lingkungan ataupun ketergantungan pada orang lain. 

Jadi, untuk menghadapi tantangan perkembangan revolusi industri kedepan yang semakin maju, kalangan santri harus mampu bersifat tangguh berdiri dan bisa tampil disegala masa, karena keuntungan menjadi manusia yang mandiri adalah akan memiliki wibawa  dan menjadi lebih percaya diri.

Jiwa berdikari khususnya seorang santri, merupakan senjata ampuh dalam menjalani kehidupan. Berdikari bukan hanya dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih, melainkan mampu  mengurus segala kepentingannya sendiri tanpa harus melibatkan yang lainnya. 

Adapun cara untuk mewujudkan santri yang berdikari adalah dengan cara antara lain,  1) Memberikan penyuluhan maupun edukasi tentang pola hidup, berdasarkan cara yang terbiasa dengan pola hidup bersih dan sehat, 2) Memberikan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship), agar para santri dapat mempromosikan dan memasarkan hasil kerajinan tangan kepada masyarakat luas, agar semakin termotivasi untuk berwirausaha, 4) Memberikan pelatihan marketing online kepada santri agar bisa memasarkan produk yang dihasilkan, karena pada saat ini semua serba ada dan terpenuhi dengan mengakses secara online, 5) Memberikan pelatihan pembukuan kepada santri, agar bisa membuat pembukuan terhadap hasil penjualan yang sudah dilakukan.

Menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu diupayakan agar tetap sehat, karena menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit. Sedangkan Semangat kemandirian telah diajarkan oleh panutan yang paling utama, Nabi besar Muhammad SAW yang dalam sabda-sabdanya, mengunggulkan muslim yang giat bekerja, tidak pantang menyerah, dan terus optimis pada usahanya, dan mengajarkan umatnya agar tak terjerumus pada sikap bergantung pada orang lain. 

Mandiri tidak berarti tidak membutuhkan orang lain, hanya saja melatih diri untuk terbiasa tidak berharap pada makhluk. Sebab bila harapan tak terwujud maka kecewa yang akan terwujud, padahal bergantung pada makhluk juga tak dibenarkan. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya seorang santri dalam jiwa berdikari antara lain, 1) mengatur pola makan dan minum, 2) menjaga keseimbangan antara beraktivitas dan istirahat, 3) melakukan olahraga untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif, 4) melaksanakan anjuran menjaga kebersihan dan kesucian, baik lahiriah maupun batiniah, 5) mencoba menyeselesaikan sendiri berbagai persoalan yang terjadi, 6) siap sedia untuk mampu bertanggung jawab terhadap urusan pribadi, 7) berusaha untuk mencari penghasilan yang dihalalkan, 8) merencanakan masa depan dengan baik dan tertata, 9) belajar untuk menerima kritik dari orang lain dan bersabar.

Berjiwa berdikari merupakan salah satu upaya dalam perwujudan santri siaga jiwa raga. Menurut Menteri Agama, K.H Yaqut Cholil Qoumas, yang dimaksud dengan santri siaga jiwa raga adalah sikap santri Indonesia yang diharapkan agar selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia. 

Siaga jiwa raga merupakan komitmen seumur hidup seorang santri untuk membela tanah air yang lahir dari sifat santun yaitu halus dan baik budinya, rendah hati atau tawadhu' yang berarti kesabaran dan jauh dari kesombongan, pengalaman yaitu sesuatu yang pernah dialami, baik dijalani, dirasai, dan ditanggung, serta tempaan santri selama di pesantren maupun kehidupan di luar pesantren. 

Dengan adanya kondisi negara Indonesia yang masih di tempa pandemi Corona Virus Desease (Covid19) saat ini, peranan santri melalui jiwa berdikari sebagai perwujudan makna siaga jiwa raga menjadi sangat penting di mana santri tetap disiplin dan tidak boleh lengah dalam melaksanakan protokol kesehatan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas. 

Sedangkan sebagai tambahannya adalah doa, karena doa seorang santri atau seseorang yang sholeh besar kemungkinan mustajab atau cepat terkabul. Sebagaimana Hadits Riwayat Malik dari Abu Hurairah, yang dalam riwayat tersebut, Rasulullah SAW bersabda, "Ketika anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya". 

Dilansir dalam laman kemenag.go.id. bahwa menjadi seorang santri tidak boleh lengah untuk menjaga kesucian hati dan akhlaknya, selalu berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran agama Islam serta tradisi luhur bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, santri tidak akan pernah bisa memberikan celah pada masuknya ancaman ideologi negara yang dapat merusak pemikiran dan komitmen terhadap persatuan dan kesatuan Indonesia.

Gema Untuk Santri Siaga Jiwa Raga 2021:

Sajak yang koyak, lepas dari paragraf

Lalu lalang, tak sedap dipandang

Uluran menyumbat aliran-aliran

Sela-sela jari perlahan terkunci, oleh ia santri

Luapan abjad yang berabad-abad lenyap, menepi untuk kini

Hingar bingar cobalah tenang

Api berhentilah memancing emosi

Hati jangan egois lagi

Pemberontak silahkan beranjak

Negeri ini bersama santri

Bukan karatan besi

Sumber:

Veni, F., Tri, W., Yayuk S. 2019. "Santri Berdikari: Sebuah Upaya Mewujudkan Santri Yang Sehat Dan Mandiri" dalam Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 3 (hlm 1-2 dan 6-8). Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.

Indah. 2021. "Ini Filosofi Tema dan Logo Hari Santri 2021", https://kemenag.go.id/read/ini-filosofi-tema-dan-logo-hari-santri-2021-yknlp, diakses pada 19 Oktober 2021 pukul 09.23.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun