Pontianak - Masalah kesehatan jiwa saat ini telah menjadi salah satu issue penting diberbagai belahan dunia. Badan kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya menyatakan bahwa terdapat 25% orang berisiko mengalami gangguan jiwa pada waktu tertentu disepanjang kehidupannya. Masalah kesehatan jiwa tidak saja terjadi pada penduduk usia dewasa, akan tetapi awal mula munculnya masalah kesehatan jiwa seringkali muncul pada usia anak-anak atau remaja, dan ini seringkali tidak disadari baik oleh individu tersebut dan juga orang tua atau orang-orang disekitarnya. Hal ini diperkuat oleh hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang melaporkan bahwa terdapat lebih dari 19 juta penduduk yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta yang mengalami depresi.
Data tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa pada remaja harus mendapat perhatian yang serius dan harus segera dicari solusi untuk meningkatkan kesehatan jiwa pada remaja sehingga risiko munculnya masalah kesehatan jiwa dapat dicegah mengingat bahwa remaja merupakan generasi penerus bangsa dan masalah kesehatan jiwa yang tidak terdeteksi sejak dini akan menjadi masalah yang lebih serius  dimasa mendatang.
Deteksi kesehatan jiwa merupakan cara untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang. Deteksi kesehatan ini dilakukan sedini mungkin pada usia remaja sebagai dasar upaya promotive dan preventif dalam rangka meningkatkan ketahanan remaja terhadap risiko munculnya masalah kesehatan jiwa. Selain itu, dengan dilakukannya deteksi sedini mungkin pada masa anak-anak dan remaja maka penanganan yang tepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan kekambuhan berulang bisa dilakukan terutama pada remaja yang telah mengalami masalah kesehatan jiwa.
Melihat urgensi kesehatan jiwa khususnya pada remaja, maka dosen dan mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKes Yarsi Pontianak melaksanakan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara kolaboratif pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Pontianak pada 21-24 November 2022 sebagai salah satu upaya promotive terhadap kesehatan jiwa khususnya remaja. Kegiatan ini dilakukan pada beberapa SMP di Kota Pontianak diantaranya ialah SMPN 1, SMPN 3, SMPN 7, SMPN 21, SMPN 12 dan SMP Muhammadiyah 1 Kota Pontianak.
Kegiatan penelitian yang dilakukan bertujuan mengetahui kondisi kesehatan jiwa dan ketahanan jiwa remaja serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa. Selain melakukan penelitian, tim penelitian dan pengabdian masyarakat yang diketuai oleh Dr. Ns Florensa, M.Kep., Sp.Kep.J juga melakukan edukasi kesehatan jiwa pada remaja SMP tersebut. Kegiatan edukasi yang merupakan bagian dari bentuk pengabdian kepada masyarakat ini mengusung tema "Edukasi Kesehatan Jiwa dalam Meningkatkan Kemampuan Resiliensi Remaja di Kota Pontianak" yang bertujuan meningkatkan kesadaran remaja terhadap pentingnya kesehatan jiwa dan kemampuan mengatasi stres yang dialami remaja dalam kehidupan sehari-hari.
"Kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan kegiatan rutin sebagai bentuk implementasi dari Tri Dharma perguruan tinggi selain pengajaran. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sering terabaikan. Masyarakat kita lebih aware terhadap masalah kesehatan fisik dibandingkan dengan masalah kesehatan jiwa yang dialami. Untuk itu perlu adanya kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa khususnya pada remaja" ungkap Dr. Ns Florensa, M.Kep., Sp.Kep.J
Selain itu, ia menambahkan bahwa kesehatan jiwa remaja dapat dioptimalkan dengan membangun resiliensi salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan remaja mengenal masalah kesehatan jiwa sehingga akan mampu mendeteksi adanya risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwanya. Kemudian, dalam edukasi juga diselipkan hal-hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk meningkatkan kesehatan jiwanya, salah satunya adalah manajemen stres.
"Peningkatan kesehatan jiwa khususnya pada remaja merupakan tugas bersama yang memerlukan kerjasama dan koordinasi berbagai pihak. Untuk itu, sekolah merupakan lingkungan dimana remaja menghabiskan sebagian besar waktunya berperan besar dalam membangun generasi penerus yang tidak saja memiliki kemampuan kognitif yang baik akan tetapi juga berperan meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan jiwa remaja melalui peran UKS. kami sangat bersyukur karena sekolah sangat mendukung kegiatan yang dilakukan dan kami berharap bahwa kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan sehingga tujuan untuk menciptakan generasi emas dapat tercapai" ungkapnya pada akhir pertemuan. Â