Mohon tunggu...
Wulan Siti Khodijah
Wulan Siti Khodijah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student who love to learn. Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jangan Salah Membedakan: Katanya Bercanda, tapi Kok Nyakitin, Itu Humor atau Bullying?

10 Juli 2023   20:09 Diperbarui: 10 Juli 2023   20:29 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Bullying adalah salah tindakan kejahatan yang terasa ringan saat melakukannya namun memiliki dampak yang besar bagi individu yang menjadi korban. Bullying dapat dikatakan 5sebagai tindakan negatif yang merugikan baik secara fisik mau psikis. Menurut Stroey, bullying memiliki 3 karakteristik, yaitu adanya kecenderungan dari seorang pelaku bullying untuk menyakiti korbannya (deliberate), orang yang ditargetkan untuk dibully sering kali merupakan orang yang sama (repeated) dan yang terakhir adalah adanya seleksi dalam memilih korban bullying yang biasanya merupakan seseorang yang lemah dan rentan (Power imbalance)Di Indonesia sendiri, fenomena bullying menjadi semakin mengkhawatirkan.

         Bullying tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa namun juga anak-anak. Dampak yang ditimbulkan pun tidak main-main. Kasus terbaru terjadi pada bulan Februari 2023 kemarin, seorang siswa SD di Banyuwangi ditemukan bunuh diri di rumahnya. Setelah diselidiki, motif dibalik tindakan anak tersebut adalah karena frustasi lantaran sudah lama dibully oleh teman sebayanya karena tidak mempunyai ayah. Kejadian tersebut membuat hati siapa saja yang mendengarnya ikut merasa pilu. 

Anak yang seharusnya sedang senang-senangnya belajar dan bermain bersama teman-temannya ternyata telah lama memendam kesakitan yang tidak bisa lagi ditolelir sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dari kejadian tersebut kita semua seharusnya bisa belajar untuk lebih berhati-hati dalam berucap. Kita bisa saja menganggap apa yang kita katakan kepada orang lain merupakan hal wajar, namun belum tentu orang tersebut berpandangan sama dengan kita. Beberapa tahun terakhir, sedang ramai diperbincangkan mengenai motif baru dalam perilaku bullying, yaitu dengan menggunakan candaan.

Seorang pelaku bullying sering kali mengelak dan berlindung dibalik kata "bercanda" untuk menutupi perilaku bullying yang dilakukannya. Hal tersebut tentunya sangat disayangkan bisa terjadi. Padahal dalam ranah Psikologi Positif, candaan merupakan salah satu kekuatan positif yang di miliki oleh individu, yang apabila kekuatan tersebut dimaksimalkan maka akan membantu meninngkatkan kualitas hidup. Seligman mengklarifikasikan humor kedalam kekuatan positif yang termasuk ke dalam vitrtues trancendence. 

Jika dulu humor masih dianggap sebagai mekanisme pertahanan atau konflik yang digagas oleh para freudian yang memperlihatkan dominasi dan kekasaran.  Maka dengan adanya psikologi positif, pandangan mengenai humor kemudian berubah. 

Kini, humor dianggap sebagai sesuatu kekuatan positif yang dapat membuat individu lebih berani dalam menghadapi tantangan, tetap berdiri tegar di tengah kesulitan dan dapat membuat hubungan interpersonal menjadi lebih memuaskan.Humor bukanlah sesuatu  yang jika dilakukan akan menyakiti dan membuat orang lain menderita. Humor merupakan kekuatan yang dapat membantu seseorang untuk melihat sisi yang lebih cerah ditengah-tengah masa yang sulit. Humor juga dapat membawa kebahagiaan melalui senyuman dan tawa. Untuk itu penting sekali bagi kita untuk memahami bagaimana cara untuk bercanda tanpa menyakiti orang lain.

         Psikologi positif memandang bahwa jika humor dilakukan secara benar, maka hal tersebut dapat mendatangkan manfaat yang besar bagi kehidupan individu. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli seperti Martin Seligman, Nansook Park, Christopher Peterson dalam Jurnal Greater Strengths of Character and Recovery from Illness yang menyatakan bahwa Humor merupakan satu-satunya kekuatan yang memiliki korelasi tertinggi diantara kekuatan yang lain dalam subjective wellbeing dan kepuasan hidup.

Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh seorang ahli humor yaitu Willibald Rich dan timnya, menemukan bahwa humor memiliki dampak terhadap kesejahteraan dan dapat membantu mengurangi depresi. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan latihan-latihan kepada subjek selama 1 Minggu. Dengan melakukan latihan ini, individu akan diarahkan untuk dapat meletakkan humor dalam konteks yang positif sehingga akan nantinya akan berpengaruh positif juga bagi dirinya sendiri. Latihan-latihan tersebut diantaranya :

1.Di penghujung hari, catatlah 3 kejadian paling lucu yang kamu alami sepanjang hari itu. Lalu jelaskan bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi

2.Hitunglah hal-hal lucu yang terjadi di sepanjang hari, lalu hitunglah ada berapa total kejadian lucu yang kamu alami di penghujung hari

3.Cobalah untuk menjadi humoris dengan berlatih mengenali hal-hal lucu. Kamu dapat mencari referensi humor dengan menonton film komedi atau konten humoris lainnya, kemudian terapkan pengetahuan tersebut ketika berinteraksi dengan teman-temanmu.

4.Simpanlah dan ingat-ingatlah kembali kenangan-kenangan lucu yang pernah terjadi di hidupmu. Semakin rinci dan jelas kamu mengingatnya, maka semakin efektif pula kenangan lucu tersebut dalam memberikan dampak positif terhadap kehidupanmu.

5.Atasi stress dengan humor. Jika pada suatu hari kamu mengalami stress, lihatlah stress tersebut dari sudut pandang humor atau cobalah menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu. Jangan mengeluh! Carilah sisi lucu dalam situasi tersebut.

        Dari latihan-latihan yang telah disebutkan di atas, diharapkan individu dapat menggunakan humor dalam ranah yang positif. Ingatlah bahwa bercanda itu tidak seharusnya dapat menyakiti orang lain. Jika ada orang lain yang bercanda namun menyakiti hatimu, berbicaralah kepadanya untuk menghentikan candaan tersebut dan mulailah bercanda dalam konteks yang baik sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Psikologi Positif.agar candaan tersebut juga dapat berdampak baik terhadap diri sendiri.

REFERENSI
Edwards K.R dan Martin, R.A. (2014). The conceptualization, measurement, and role of humor as a character strength in positive psychology. Europe's Journal of Psychology 10 (3), 505-519
Gibson, J.M. (2016). Getting Serious About Funny: Psychologists See Humor as a Character Strength. Diakses pada tanggal 29 Juni 2023 https://scitechconnect.elsevier.com/psychologists-see-humor-character-strength/
Hertinjung, W.S., dan Susilowati, S. (2014). Profil Kepribadian Siswa Korban Bullying. Jurnal Psikologi Integratif 2 (1), 2014
Miller, R dan Ruch, W. (2011). Humor and Strange of Character. The Journal of Positive Psychology, 6 (5) 368--376
Peterson, C., Park, N., Dan Seligman, M. EP . (2006). Greater strengths of character and recovery from illness. The journal of positive psychology 1 (1), 17-26.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun