Mohon tunggu...
wulansaputri
wulansaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

nama saya baiq wulan saputri, tempat tanggal lahir manngkung 11 agustus 2004, saya mahasiswa semester 5 program studi pendidikan biologi universitas pendidikan mandalika

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Gili Meno: Pemulihan Terumbu Karang Pascabencana di Gili Meno, Lombok Utara

6 Januari 2025   13:44 Diperbarui: 6 Januari 2025   13:44 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/eo9W9nY6LBZguzLp8

Abstrak

Gili Meno, salah satu dari tiga gili terkenal di Lombok Utara, merupakan kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati laut dan memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata bahari. Ekosistem laut di Gili Meno meliputi terumbu karang, padang lamun, dan perairan dangkal yang menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan, penyu, dan invertebrata laut. Kondisi lingkungan yang relatif masih alami membuat Gili Meno menjadi salah satu lokasi favorit untuk kegiatan snorkeling dan menyelam.

Kata kunci: Gili Meno, keanekaragaman hayati laut, pariwisata bahari, konservasi, ekosistem pesisir.

Pendahuluan

Gili Meno, yang terletak di Lombok Utara, merupakan salah satu tujuan wisata bahari utama di Nusa Tenggara Barat, dengan keindahan alam bawah lautnya yang memukau, terutama terumbu karang yang kaya akan keanekaragaman hayati. Terumbu karang di kawasan ini berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies biota laut dan sebagai pelindung pantai dari erosi. Namun, pada tahun 2018, Gili Meno, bersama dengan wilayah Lombok lainnya, dilanda gempa bumi besar yang menyebabkan kerusakan signifikan pada ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut. Selain itu, faktor eksternal lain seperti perubahan iklim dan pencemaran turut memperburuk kondisi terumbu karang yang sudah rentan (Pratama, 2019).

Pembahsan

Pemulihan terumbu karang pascabencana di Gili Meno, Lombok Utara, memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, mengingat dampak besar yang ditimbulkan oleh gempa bumi 2018 serta ancaman lainnya seperti perubahan iklim dan eksploitasi berlebihan. Terumbu karang, yang berfungsi sebagai habitat bagi banyak spesies biota laut, telah mengalami kerusakan signifikan di kawasan ini. Oleh karena itu, pemulihan ekosistem ini memerlukan berbagai strategi yang melibatkan teknik restorasi karang, pengelolaan kawasan pesisir, dan partisipasi masyarakat lokal.

https://images.app.goo.gl/n5WGdM8Y4SpLaEvS6
https://images.app.goo.gl/n5WGdM8Y4SpLaEvS6
Dampak Gempa Bumi Terhadap Terumbu Karang Gempa bumi yang mengguncang Lombok pada tahun 2018 menyebabkan kerusakan struktur terumbu karang di Gili Meno. Penurunan kualitas air dan pergeseran dasar laut memperburuk kondisi terumbu karang yang sudah rentan terhadap perubahan suhu air laut. Terumbu karang yang terdampak mengalami pemutihan karang dan penurunan keanekaragaman hayati, yang berdampak pada spesies ikan dan organisme lainnya yang bergantung pada ekosistem tersebut.

Di Gili Meno, beberapa program restorasi terumbu karang telah dimulai sejak pascagempa dengan melibatkan para ahli, masyarakat lokal, serta organisasi konservasi. Salah satu program yang berhasil adalah penanaman kembali terumbu karang dengan memanfaatkan teknik transplantasi menggunakan struktur buatan yang mendukung pertumbuhan karang, seperti rangka logam atau terumbu karang buatan dari bahan alami yang ramah lingkungan (Susanto, 2021).

Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Peran Masyarakat Selain teknik restorasi, pengelolaan kawasan pesisir yang efektif juga penting untuk mendukung pemulihan terumbu karang. Pengaturan zona perlindungan terumbu karang dan pelarangan kegiatan yang merusak seperti penggunaan bom ikan atau pukat harimau dapat membantu mengurangi ancaman terhadap ekosistem karang yang sedang dipulihkan. Partisipasi masyarakat lokal dalam pengawasan dan pemeliharaan kawasan terumbu karang juga memiliki peran yang sangat penting. Masyarakat dapat dilibatkan dalam kegiatan edukasi, pemantauan, dan konservasi ekosistem laut, yang memungkinkan terciptanya kesadaran bersama mengenai pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang (Yulia, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun