Kota Balikpapan terletak di tepi Teluk Balikpapan merupakan sebuah kota tepi air yang memiliki perkembangan paling pesat dari sektor ekonomi dan daya dukung kawasan terhadap pertumbuhannya(Pemerintah Kota Balikpapan, 2012). Kota Balikpapan dinilai memiliki jejak sejarah yang jelas yang dimulai dari perkampungan nelayan Bugis, kemudian ditemukannya ladang minyak bumi yang berlimbah yang membuat kota ini tumbung menopang sektor pertambangan minyak bumi besar besaran.
Bentuk perkembangan perkotaan Balikpapan ini wajib dan memiliki urgensi untuk diamati dan ditinjau sebagai bagian dari kontrol pada bentuk kota itu dan dampak-dampak yang akan timbul berdasarkan teori-teori perkotaan yang telah ada. Analisa perkembangan kota dilakukan pada lokasi di kota Balikpapan provinsi Kalimantan Timur.Â
Lokasi yang dipilih dipertimbangkan dengan adanya banyak kemungkinan kota Balikpapan dengan luas 50.330 ha akan bisa tumbuh dan berkembang menjadi kota metropolitan Saat ini Kota Balikpapan tumbuh dan mendapatkan amanat baru sebagai kota penyokong Ibu Kota Negara Baru yang berada di tepi Teluk Balikpapan dan direncanakan menjadi kota yang mendapatkan jumlah limpahan populasi yang tinggi dari 750 ribu penduduk menjadi berlipat dimasa depan (Presiden Republik Indonesia, 2022)., tentunya dalam pembahasan mengenai analisa kota Balikpapan terhadap morfologi Penelitian yang bertujuan untuk melakukan studi bentuk perkembangan Kota Balikpapan berdasarkan sejarah Kota Balikpapan dan berorientasi pada karakteristik fisik perkembangan kota  Balikpapan.
Citra kota umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota. Menurut Lynch (1960) dalam bukunya: Image of the city, menyebutkan ada 5 (lima) elemen pembentuk citra kota secara fisik yaitu path (jalur), edge (tepian/pembatas), district (kawasan), nodes (simpul) dan landmark (penanda/tetenger). dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya. Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut:Â
A. Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB)
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam kawasan Balikpapan ini terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik sosial, ekonomi, poitik dan budaya.
Jauh sebelum dibombardir sekutu, Kilang Minyak Balikpapan juga pernah terbakar. Dilaporkan tak kurang dari 3.500 liter bensin milik BPM hangus. Itu terjadi pada 10 Mei 1919.
B. Daerah Peralihan
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu dalam kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk ini sebagian besar terdiri dari pendatang-pendatang yang tidak stabil (musiman), terutama ditinjau dari tempat tinggalnya.
Sumber: Kawasan Kota Balikpapan 1908. GoDiscover.2016
Lebar jalan raya di sekitar Klandasan sebelum kemerdekaan sekitar 3 meter. Pola jalan ini memanjang seperti Jl Jenderal Sudirman, Yos Sudarso (Jalan Minyak), dan Jl Ahmad Yani.
C. Daerah PabrikÂ
Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi perumahannya disebabkan karena kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari golongan pekerja.
Antara 1945-1946, menjadi masa berbenah bagi Balikpapan. Salah satunya merehabilitasi Kilang Minyak yang masih berstatus milik BPM. Banyak para pekerja dari Jawa dilibatkan. Dari mereka berita proklamasi tersampaikan di Balikpapan. Ditindaklanjuti dengan sebuah rapat raksasa di Lapangan Foni, di Balikpapan Barat, tentang dukungan rakyat Balikpapan atas kemerdekaan Republik Indonesia
D. Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya.
Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik ditinjau dari pemukimannya maupun dari perekonomiannya.
Sumber:Rumah pejabat BPM di Gunung Dubbs 1950. GoDiscover.2013
bagian dari Komplek Pertamina adalah daerah pertama di Balikpapan yang mendapat pengaruh barat. Daerah ini dulunya adalah pemukiman pegawai BPM bangsa Eropa.
E. Daerah Penglaju.
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup daerah disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan, Kebanyakan penduduknya mempunyai lapangan pekerjaan nonagraris dan merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di dalam kota, sebagian penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja di yang sesuai dengan ciri khas daerahnya.
TEORI PERTUMBUHAN KOTA
Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned.Â
Lapangan merdeka menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.
Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas.
ELEMEN -ELEMEN FISIK KOTA