Pada tahun 1998, Indonesia benar-benar sedan gberada di puncak krisis keuangan, dimana keadaan pada waktu itu sangat memprihatinkan dan "chaos" terjadi dimana-mana. Melemahnya nilai rupiah terhadap dora, dan ketidakstabilannya politik di Indonesia menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan ini.
Krisis yang terjadi pada saat itu tentu menjadi suatu pelajaran yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia akan betapa pentingnya menjaga stabilitas sistem keuangan. Biaya ekonomi yang besar sampai konflik sosial membuat kita sadar akan Pentingnya stabilitas sistem keuangan.
 Oleh karena itu, sistem keuangan yang stabil jelas harus tetap terjaga. Bagi saya sendiri, stabilitas sistem keuangan tidak hanya tanggung jawab institusi tertentu saja, namun juga merupakan kewajiban seluruh elemen yang ada di Indonesia termasuk kita sendiri sebagai warga negara Indonesia.
Lalu bagaimana sih caraku berpartisipasi menjaga stabilitas sistem keuangan?
1. Melihat kedepan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membenahi pengaturan keuangan pribadi terlebih dahulu. Dengan cara melihat kedepan atau "looking forward", dalam konsep ini maksudnya adalah kita harus pintar-pintar dalam mengambil keputusan agar tidak mudah terlena dengan segala kemudahan yang ada pada zaman milenial ini.
Terlebih lagi sebagai mahasiswa yang hidup di tanah rantau seringkali mudah kalap dengan segala fasilitas yang ada tanpa pikir panjang dan melihat kedepannya akan seperti apa. Padahal bisa saja kemudahan tersebut akan menjadi boomerang dimasa yang akan datang.
2. Needs vs Wants
Untuk dapat menahan diri dengan segala fasilitas yang ada tersebut kita harus mengetahui mana yang "Needs" (kebutuhan) dan mana yang "wants" (keinginan).
Needs adalah sesuatu yang benar-benar kita butuhkan seperti makan 3 kali sehari. Sedangkan wants sesuatu yang ingin dimiliki seperti makan di sebuah restoran mewah. Mulailah membedakan mana kebutuhan dan keinginan kita, misalnya saat ingin membeli sesuatu pikirkan kembali apakah ini benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan saja? Dengan membedakan needs dan wants dalam kehidupan kita maka kita dapat mengurangi tingkat konsumsi yang tidak "bermanfaat".
3. Bergaya Sesuai Kemampuan
Caraku dalam berpartisipasi menjaga stabilitas sistem keuangan adalah dengan menanamkan dalam diri untuk bergaya sesuai kemampuan. Sejalan dengan needs vs wants, terkadang yang membuat hidup ini sulit adalah gaya hidup. Seringkali untuk memenuhi tuntutan gaya hidup di zaman milenial, orang-orang memaksakan diri untuk tampil lebih gaya dan sok "ngaya" dan akhirnya menimbun hutang disana sini, padahal itulah yang membuat keuangan semakin tidak stabil.
Hiduplah sesuai dengan kemampuan kita. Hal ini sangat penting, berhenti mengukur kemampuan diri dengan standar hidup orang lain. Menerima diri sendiri akan membuat kita terhindar dari gengsi yang justru menghambat kita untuk sukses. Dan hiduplah dengan sederhana. Tidak perlu ikut-ikutan demi terlihat keren. Membeli barang yang tidak dibutuhkan demi terlihat keren dan menarik. Seperti Kata orang bergayalah sesuai dengan isi dompetmu bukan gengsimu. Dan aku selalu yakin, gengsi tidak akan pernah menjamin masa depanku.
4. Mengurangi Penggunaan Kartu Kredit
Kenapa hal ini sangat penting sekali? Karena bila seseorang mempunyai banyak kartu kredit, lalu tidak bisa membayar dan minimbulkan kredit macet itu akan merusak stabilitas sistem keuangan negara. Oleh karena itu saya sendiri sangat setuju dengan pemerintah yang membatasi penggunaan kartu kredit untuk orang yang berpenghasilan di bawah 10 juta per bulan hanya boleh memiliki kartu kredit paling banyak 2.