Mojokerto, 14 Juli 2024 - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya kembali menunjukkan kontribusi mereka dalam memberikan solusi inovatif bagi masyarakat pedesaan. Dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berlangsung di Desa Kesimantengah, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, para mahasiswa ini berhasil mengembangkan dua inovasi unggulan: briket arang dari sekam padi dan teknologi pengelolaan sampah organik untuk mengurangi bau di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) desa tersebut. Program ini mengusung tema "Penerapan Inovasi dan Teknologi Guna Mendukung Pencapaian SDGs Desa" dengan Bapak Novan Andrianto, S.I.Komp, M.I.Komp, sebagai Dosen Pembimbing Lapangan.
Sekam padi, yang selama ini dianggap limbah pertanian tak bernilai, diubah oleh para mahasiswa Untag menjadi briket arang yang ramah lingkungan. Proses pembuatan briket arang ini melibatkan pembakaran sekam padi pada suhu tinggi dalam kondisi minim oksigen, sehingga menghasilkan arang yang padat dan memiliki nilai kalori tinggi. Briket arang ini kemudian dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan dibandingkan dengan arang konvensional.
Berikut adalah tahapan untuk menghasilkan briket arang dari sekam padi:
- Persiapan Sekam Padi: Kumpulkan sekam padi dari area pertanian lokal dalam kondisi kering. Jemur jika masih basah di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
- Pembakaran: Tempatkan sekam padi yang sudah kering dalam tempat pembakaran dengan lubang ventilasi untuk sirkulasi udara. Bakar dengan api kecil hingga berubah menjadi arang, memastikan kontrol suhu yang stabil.
- Pemurnian: Matikan api setelah sekam padi berubah menjadi arang. Biarkan arang mendingin di dalam tempat pembakaran secara alami.
- Penggilingan dan Pencampuran: Hancurkan arang menjadi serbuk halus. Campur dengan bahan perekat alami seperti tepung tapioka dalam perbandingan 90% arang dan 10% perekat. Tambahkan air sedikit demi sedikit hingga adonan lembab dan dapat dipadatkan.
- Pembentukan Briket: Masukkan adonan arang ke dalam cetakan briket, tekan kuat untuk membentuk briket yang padat dan kompak.
Tidak hanya berhenti pada inovasi briket arang, mahasiswa Untag juga mengembangkan teknologi pengelolaan sampah organik yang efektif untuk mengatasi masalah bau di TPA Desa Kesimantengah. Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme pengurai yang dipilih secara khusus untuk mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Selain itu, para mahasiswa juga melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada warga desa tentang cara-cara pengelolaan sampah yang baik dan benar, mulai dari pemilahan sampah hingga proses pengomposan yang efektif.
Warga Desa Kesimantengah menyambut baik inisiatif para mahasiswa Untag ini. Mereka merasa terbantu dengan adanya solusi praktis dan efektif untuk mengatasi masalah limbah pertanian dan bau sampah yang selama ini mengganggu. Dengan adanya inovasi briket arang dari sekam padi dan teknologi pengelolaan sampah organik, mahasiswa Untag telah menunjukkan bahwa solusi untuk masalah lingkungan bisa datang dari ide-ide kreatif dan upaya kolaboratif antara dunia akademik dan masyarakat. Proyek ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk menerapkan teknologi serupa dalam mengatasi masalah limbah dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H