Mohon tunggu...
Wulan Magdalen
Wulan Magdalen Mohon Tunggu... Penulis - hujan gerimis

hanya penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Nasrul Abit di Wamena

29 September 2020   13:47 Diperbarui: 29 September 2020   14:25 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kerusuhan di Wamena, Papua, sudah berlalu hampir setahun. Ratusan perantau Minang di sana yang terdampak kerusuhan tersebut. Mereka takut akan keselamatan jiwa mereka dan keluarga mereka. Dalam situasi yang mencekam itu, mereka berdoa agar selamat dari peristiwa mengerikan yang merenggut nyawa sejumlah orang itu. Sewaktu itulah Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, datang ke sana dan menenangkan perantau Minang. Warga Minang yang selamat dari kerusuhan Wamena tidak melupakan jasa Nasrul Abit tersebut hingga kini.

Dari ratusan perantau Minang yang terdampak kerusuhan Wamena, ada anggota keluarga tetangga saya yang ikut mengungsi untuk menyelamatkan diri. Saya ingat betul bagaimana kekhawatiran yang dirasakannya ketika mengetahui bahwa di Wamena sedang terjadi kerusuhan dan ia teringat salah satu anggota keluarganya di sana. Kecemasannya bertambah ketika mengetahui bahwa kerusuhan itu sudah memakan korban jiwa yang berasal dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Jika tetangga saya itu ingin menelepon untuk mengetahui kabar anggota keluarganya di Wamena, jaringan telepon sering sibuk. Kalau ingin mencari informasi lewat media sosial, jaringan internet malah mati. Teknologi ternyata juga bisa berkhianat pada saat-saat genting, ketika manusia sangat membutuhkan bantuannya.

Memang apa yang saya rasakan tidak sama dengan apa yang mereka rasakan. Namun, dari raut wajah mereka, saya bisa membayangkan ketakutan yang teramat dalam. Satu menit terasa seperti satu tahun. Menunggu sebuah kabar baik adalah pekerjaan yang begitu menyesakkan, tentu saja. Barangkali ini pula yang dirasakan keluarga dari para pejuang bangsa kita dalam meraih kemerdekaan Indonesia tercinta.
Di saat semua terasa tidak memungkinkan, hal yang bisa kita lakukan hanya berserah diri kepada Tuhan yang satu. Menghimpun segala harapan ke dalam doa yang khusyuk. Selesai salat saya berdoa di dalam hening. Berharap puja-puji saya mengalir bersama kalimat permohonan orang-orang yang berada di tepi jurang ketidakjelasan. Berilah kami pertolongan, ya, Tuhan!

Harapan itu sepertinya didengar Tuhan sebab tidak lama setelah jatuhnya korban jiwa, Nasrul Abit sebagai Wakil Gubernur merespons hal itu dengan langkah yang berani. Tidak hanya mengucapkan bela sungkawa, beliau juga berencana turun langsung ke Wamena untuk melihat secara langsung warga di tempat pengungsian.

Hari itu pun tiba, tanggal 27 September 2019, Wagub berangkat ke Papua. Pada tanggal 29 September 2019 barulah mereka sampai di Wamena. Kami, saya dan tetangga, hanya bisa memantau dari jauh. Membaca berita dan melihat video yang menampilkan perjalanan Nasrul Abit di Wamena sambil sesekali memperhatikan apakah ada terselip orang-orang yang kita kenal di dalam video dan foto tersebut.
Dunia yang awalnya kelam, perlahan mulai bersinar. Secercah harapan itu mengisi kehampaan wajah mereka. Walau begitu, kami di kampung terus berdoa kepada Tuhan agar perjalanan Wagub dan jajaran turut dijaga pemilik alam semesta.

Ya, kata yang paling saya ingat dari seorang Nasrul Abit adalah jangan mudah terprovokasi. Tentu saya dan Anda sekalian mengerti maksud dari Wagub pada waktu itu bahwa jangan mudah tersulut api dendam dan menganggap bahwa kerusuhan itu adalah peperangan antaretnis. Di sanalah saya menyadari bagaimana seorang Nasrul Abit tidak hanya berusaha menenangkan hati warga yang sedang mengungsi di Wamena sana, tapi juga masyarakat yang berada di kampung halaman di Sumatera Barat. Sebuah kerusuhan mesti dilawan dengan ketenangan.

Akhirnya kami, saya dan tetangga, bisa tenang ketika Nasrul Abit menemui pemerintah setempat untuk membantu memulangkan warga Sumatera Barat ke kampung halamannya. Tetangga saya akhirnya bisa bertemu anggota keluarganya yang selamat. Perasaan yang kacau, hati yang gundah, jiwa yang khawatir, semuanya hilang seketika ketika orang tercinta pulang dalam keadaan sehat.

Sudah hampir setahun, tapi ingatan itu masih jelas terasa seakan-akan peristiwa itu terjadi tadi pagi. Nasrul Abit adalah pemimpin yang sebenarnya. Seperti seorang ayah, ia mengayomi masyarakatnya penuh keberanian dan kasih sayang. Dari keberanian beliau, saya percaya, Nasrul Abit adalah pemimpin yang amanah dan bisa memegang aspirasi rakyatnya. Semoga beliau tetap menjadi pemimpin kita. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun