Posmodernisme masa yang muncul satelah adanya masa modernisme. modernisme muncul sejak jaman Yunnani, di mana masa ini kita diajak untuk mengenal para dewa Yunani. Kata postmodernisai merupakan adopsi dari bahasa asing yang alam bahasa dikenal dengan kata postmodernism
Postmodernisme sendiri adalaha gabungan daritiga suku kata, yakni post, modern, dan isme. Kata post sendiri berarti kata serapan dari bahasa inggris yang berarti setelah sesudah pasca. Sedangkan kata modern adalah kata baku dari bahasa Indonesia yang dalam kamus besar bahasa Indonesia disejajarkan dengan sesuatu yang paling terbaru, mutakhir. Begitu pula dengan kata isme yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kata sifiks pembentuk nomima yang berarti suatu system kepercayaan yang berdasarkan pada situasi politik, sosial, dan eknomi.
Ciri-ciri masyarakat Posmodernisme
Terdapat delapan karakter sosiologis postmodernisme yang menonjol, yaitu :
- Timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas; memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat transenden (meta-narasi); dan diterimanya pandangan pluralisme relativisme kebenaran.
- Meledaknya industri media massa, sehingga ia bagaikan perpanjangan dari sistem indera, organ dan saraf kita, yang pada urutannya menjadikan dunia menjadi terasa kecil. Lebih dari itu, kekuatan media massa telah menjelma bagaikan “agama” atau “tuhan” sekuler, dalam artian perilaku orang tidak lagi ditentukan oleh agama-agama tradisional, tetapi tanpa disadari telah diatur oleh media massa, semisal program televisi.
- Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi atau alternatif ketika orang semakin meragukan terhadap kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah penindasan.
- Munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi serta keterikatan rasionalisme dengan masa lalu.
- Semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban) sebagai pusat kebudayaan, dan wilayah pedesaan sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga berlaku bagi menguatnya dominasi negara maju atas negara berkembang. Ibarat negara maju sebagai “titik pusat” yang menentukan gerak pada “lingkaran pinggir”.
- Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau kelompok untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas. Dengan kata lain, era postmodernisme telah ikut mendorong bagi proses demokratisasi.
- Era postmodernisme juga ditandai dengan munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya eklektisisme dan pencampuradukan dari berbagai wacana, potret serpihan-serpihan realitas, sehingga seseorang sulit untuk ditempatkan secara ketat pada kelompok budaya secara eksklusif.
- Bahasa yang digunakan dalam waacana postmodernisme seringkali mengesankan ketidakjelasan makna dan inkonsistensi sehingga apa yang disebut “era postmodernisme” banyak mengandung paradoks
TOKOH-TOKOH POSTMODERNISME
Tokoh-tokoh memegang peran penting sebab tokohlah, sebagai subyek, yang bertugas untuk mengakumulasikan konsep-konsep sehingga menjadi teori. Setiap tokoh adalah mata rantai terakhir dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuam demi kemajuan umat manusia secara keseluruhan. Tokoh – tokoh periode postmodernisme antara lain:
- Charles Sanders Peirce
Peirce lahir di USA ( 1839-1914). Sebagai ahli semiotika, logika, dan matematika, Pairce lahir sezaman dengan saussure tetapi Peirce melangkah lebih jauh daripada Saussure dengan latar belakang sebagai ahli filsafat, ia dapat melihat dunia di luar struktur sebagai struktur bermakna. Berbeda dengan Saussure dengan konsep diadik, Peirce menawarkan konsep triadik sehingga terjadi jeda antara oposisi biner. Pierce jugalah yang mengembangkan teori umum tanda-tanda, sebaliknya Saussure lebih banyak terlibat dalam teori linguistik umum.
Pada dasarnya Peirce tidak banyak mempermasalahkan estetika dalam tulisan-tulisannya. Akan tetapi teori-teorinya mengenai tanda menjadi dasar pembicaran estetika generasi berikutnya. Menurutnya makana tanda yang sesungguhnya adalah mengemukakan sesuatu. Tanda harus diinterpretasikan agar dari tanda yang orisinil berkembang tanda-tanda yang baru. Tanda selalu terikat dengan sistem budaya, tanda-tanda tidak bersifat konvensional, dipahami menurut perjanjian, tidak ada tanda yang bebas konteks. Tanda selalu bersifat plural, tanda-tanda hanya berfungsi kaitannya denga tanda lain.
- Roman Osipocich Jakobson
Jakobson adalah seorang linguist, ahli sastra, dan semiotikus yang lahir di Rusia (1896-1982). Pusat perhatiannya adalah integrasi bahasa dan sastra sesuai dengan tulisannya yang berjudul “Linguistics and Poetics”. Jakobson melukisakan antar hubungan tersebut dengan mensejajarkan enam faktor bahasa dan enam fungsi bahasa yang disebut poetic function of lenguage.
Enam faktor bahasa, yaitu:
Contecx