Mohon tunggu...
DW.
DW. Mohon Tunggu... Lainnya - sedang sekolah (gizi)

menulis untuk #mengenal-Nya, menulis untuk #belajar, menulis untuk #bahagia, menulis untuk #menemukan diri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Life is Connected

11 Januari 2023   13:06 Diperbarui: 11 Januari 2023   13:20 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis di Surakarta, September 2014.

Di titik ini saya berpikir bahwa hidup ini adalah suatu mata rantai yang tak terpisahkan. Bahkan Allah tidak pernah melarang kita untuk mendapatkan inspirasi dari orang-orang di luar Islam. Selama yang kita ambil adalah ilmu dan bukan sikap orang tersebut yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam (QS.17:36).

Di titik ini, saya menyadari ada sebuah inspirasi yang tidak pernah terputus. Dan mungkin ini juga yang diakui oleh ulama-ulama kita terdahulu..

Ketika kita mengetahui Copernicus mendapatkan inspirasi mengenai teori bahwa bumi bulat atau matahari sebagai pusat tata surya dari ilmuwan Muslim.

Bagaimana Wiliam Harvey mendapat inspirasi mengenai sirkulasi pulmonal dari Ibnu Sina.

Bagaimana ide penjelajahan bumi yang dilakukan oleh Barat terinspirasi dari petualangan Ibnu Batutah.

Tapi di balik itu semua, ilmuwan-ilmuwan Islam bisa berkembang juga karena membaca pemikiran-pemikiran para ilmuwan Yunani Kuno, seperti Aristoteles, Socrates, dan Plato.

Mereka hidup sekitar tahun 400 SM. Dan pada saat itu mereka mempunyai pemikiran kompleks dalam berbagai bidang (pemerintahan, logika, kedokteran, filsafat) seperti yang dimiliki oleh Aristoteles adalah hal yang luar biasa!

Bagaimana mereka bisa mencetuskan ide-ide pengklasifikasian hewan-hewan. Bahkan ajaran Aristoteles mengenai penalaran logika sudah dikategorikan ke dalam enam cabang, yaitu kategori-kategori, tentang penafsiran, prior analytics, posterior analytics, topics, sophistical refutations.

Entahlah bagaimana mereka bisa mendapat pemikiran yang begitu luar biasa seperti itu jika mereka bukanlah seorang jenius.

Saya jadi teringat kata-kata seorang tokoh revolusioner Iran, Ali Syari'ati bahwa kecerdasan Thomas Alva Edison berada di bawah murid tingkat ketiga Aristoteles. Tapi kenapa Edison yang lebih dulu mencapai tujuan? Itu karena ia telah memperoleh jalan yang tepat, sedangkan Aristoteles belum mendapatkan jalan yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun