Euis, kembang desa yang terpaksa harus pergi meninggalkan kampung halaman agar menghindari perjodohan yang dibuat oleh kedua orangtuanya. Pelarian mereka yang tidak tahu tujuannya kemana disebut sebagai Alak Paul karena Alak Paul merupakan sebuah peribahasa Sunda yang berarti sebuah tempat yang sulit dijangkau. Katarji dan Euis pergi meninggalkan desa dan akan menjelajahi Alak Paul.
Sebuah film dapat dikatakan sebagai film jika memenuhi unsur atau aspek-aspek film. Film pendek Alak Paul memenuhi karakter film karena terdapat sutradara, aktor, dan cerita sebagai gagasan pembuatan film tersebut. Dari segi pertunjukkan, tata cahaya, tata musik, pengambilan video, sudah terdapat dalam film yang diciptakan.Â
Namun, berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, proses pembuatan film hanya membutuhkan satu hari dengan teknik pengambilan gambar menggunakan handphone seadanya tanpa naskah yang disiapkan menjadi faktor yang menentukan bagaimana kualitas dari film pendek tersebut. Sutradara mengakui karena adanya pertimbangan waktu dan kepentingan para aktor.
Sesuai dengan misi Jamuga, di balik kelemahan tersebut, ada tujuan yang ingin dicapai oleh tim produksi Jamuga yakni mengangkat budaya setempat dan melestarikan peribahasa Sunda menjadi poin utama pembuatan Alak Paul demi kesusatraan Indonesia. Dialog yang digunakan walaupun improvisasi terdapat pengenalan budaya setempat untuk masyarakat luas.Â
Pengambilan menggunakan gawai sederhana guna untuk mengedukasi kepada masyarakat sekitar bahwa jika berkarya bisa memanfaatkan sesuatu yang berada disekitar kita untuk mengangkat potensi peradaban Desa Sukamurni.
Begitulah penjelajahan Alak Paul, tempat yang akan dituju Katarji dan Euis. Berangkat dari visi dan misi Jamuga untuk memperkenalkan kepada masyarakat diharapkan dapat diterima dengan baik dan dipahami dengan benar oleh para penikmatnya. Alak Paul, walaupun tidak diketahui keberadaannya, semoga tetap aman. Â
Berikut link film pendek Alak Paul, selamat menonton.
Jamuga Cinema: Alak Paul (Film Pendek)