Mohon tunggu...
Wulandari
Wulandari Mohon Tunggu... Administrasi - Cita-cita Reporter.

Bisa membaca maka aku harus bisa menulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Komunikasi Politik dan Politik Media Massa

16 Mei 2020   20:04 Diperbarui: 16 Mei 2020   21:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana politik itu? | dokpri

Oleh : Kelompok 4 (KPI VI A) 

Matakuliah : Sistem Komunikasi Indonesia 

Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu 

Mei, 2020.
=========================================================
Dalam pembahasan materi ini terdapat tiga point yang menjadi pokok pembahasan,
yakni :
A. Retorika Politik
B. Gerilya Politik dibalik Isu-isu Kemanusiaan
C. Film Nasional dan Tayangan Youtube

Dalam literasi yang dibaca tersampaikan bahwa sistem komunikasi Indonesia merupakan bagian-bagian yang saling berinteraksi yang tujuan akhirnya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam bingkai NKRI, baik pemerintah maupun media komunikasi
mainstream utamanya.

Nurudin membagi sistem komunikasi Indonesia menjadi tiga bagian :
1. Segi wilayah geografis; sistem komunikasi bisa dibagi menjadi dua. Sistem komunikasi di perdesaan dan diperkotaan.
2. Media yang digunakan; ada sistem media cetak, elektronik dan lain-lainnya.
3. Pola komunikasinya; komunikasi dengan diri sendiri, antar pribadi, kelompok dan sistem komunikasi massa.

Dari kaitannya bahwa sistem komunikasi berkaitan dengan media massa, pemimpin dan politik. Untuk itu kita akan mengetahuinya dalam pembahasan dimateri kali ini.

a. Retorika Politik
Retorika. Seni berbicara atau yang lebih dikenal sebagai salah satu contohnya yakni “pidato”, sebab retorika adalah pers yang sifatnya tidak tertulis tetapi dipidatokan.

Banyak definisi para ahli terkait dengan retorika politik. Kami ambil salah satu definisi dari Onong Uchyana Efendi yang mengatakan “Retorika politik/propaganda politik ialah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang/khlayak/bangsa agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran tanpa paksa untuk kepentingan politik. 

Contonya, pas waktu 2019 lalu pada pilpres. Ada diluncurkannya pernyataan politik #2019GantiPresiden oleh politisi partai keadilan sejahtera
(PKS) Mardani Ali Sera. Sebagai contoh lainnya retorika politik menurut Aristoteles adalah seni menipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengindentifikasi pembicara dengan pendengar pidato. Contohnya, julukan “Singa Podium” untuk Ir. Soekarno, dan julukan “PakEsBeye” untuk Presiden ke-6 Indonesia.

Kemudian bagaimana retorika politik disetiap kepemimpinan Presiden RI kita??

Setiap pemimpin mempunyai retorikanya masing-masing dalam menyampaikan pidato, terutama untuk kepentingan politik. Kita telah merdeka
hampir 76 tahun, melalui beberapa era sistem kepemimpinan, mulai dari zaman pak Soekarno hingga sekarang dimasa kepemimpinan pak Joko Widodo. Dari kepemimpinan Era Orde Lama => Orde Baru => Era Reformasi => Era Pasca Orde Baru => sekarang Era Demokrasi.

Hingga saat ini ada total ada 7 presiden yang pernah dan masih menjalankan tugas menjadi seorang pemimpin atau orang nomer satu di RI. Masih ingat siapa-siapa saja presiden RI?? Ada bung karno, pak harto, bapak BJ Habibie, pak gusdur, ibu Mega, pak SBY dan pak jokowi.

b. Gerilya Politik dibalik Isu-isu Kemanusiaan
Jika pembahasan di atas mengenai retorika politik, ada juga tentang gerilya politik. Apa itu? Berkaitan dengan retorika politik sebab sama-sama dibahas dalam politik. Nah jika retorika politik itu telaah dari sosok seni bebicara dalam pidato politik seseorang, maka gerilya politik ini telaah dari perang masing-masing gagasan di setiap pihak/ oposisi dalam tata politik. 

Gerilya politik disebut sebagai gerakan politik ilegal atau seperti gerakan yang bertujuan merongrong (merusak/merugikan/menjatuhkan secara berangsur-angsur) dengan jalan terselubung utnuk memasukkan keinginan politiknya. Intinya dia melakukan sesuatu ada niat dibaliknya. Pahamlah kita sebagai yang pernah ikut dalam pesta demokrasi. 

Apalagi kita sendiri belajar memaknai suatu tanda-tanda dalam politik. Terkait dengan isu-isu kemanusiaan. Isu kemanusiaan ada bebarapa
macamnya, antara lain isu terkait dengan kemiskinan, konflik atau perang, dan wabah penyakit. Kaitannya dengan gerilya politik bagaimana? Biasanya sering kita jumpai saat katakanlah musim politik, itu cukup banyak ada beberapa program bantuan atau sumbangan atau kegiatan-kegiatan yang digencar/digenjotkan. Ini dilakukan oleh seseorang yang maju atau yang bakal calon, katakannlah sebagai contoh pilgub.

Kami pemateri belum pantas membicarakan hal yang cukup dalam terkait dengan politik, hanya saja kami memberikan refresentasi dari hasil apa yang kami lihat, rasakan, baca dan lainnya. Kami minta maaf jika ada salah ungkapan dari kata maupun kalimat dalam naskah presentasi materi kami ini.Lanjut dengan pembahasan. Sebagai salah satu contoh saja, sekarang kita sedang dilanda dengan cobaan atas hadirnya wabah virus corona atau Covid-19.

Nah jika kita telaah banyak sekarang bahkan banyak sekali orang-orang yang memberikan sumbangan/bantuan kepada masyarakat dalam membantu mengahadapi pademi virus corona. Namun saat kita melihat adanya suatu tanda katakanlah contoh bantuan sembako dari walikota Bengkulu, dimana terselip di kardus yang berisi bantuan itu ada label. 

Memang hak-nya untuk memberi label pada bantuannya, hanya saja kenapa harus dilabelkan kardus berisi bantuan tersebut. Tanpa adanya label kami rasa yang menerima bantuan juga tau kalo itu bantuan dari walikota. Seharusnya yang namanya bantuan/ sedekah/ dll, itukan
ikhlas, tanpa menginginkan timbal balik atau terdapat niat dibelakangnya.

Ditambahlagi hal tersebut diberitakan, dan itu terlihat sekali ingin mengambil muka di masyarakat dengan kata-kata jargon “Bengkulu Religius, Aman dll”. Padahal kalo bilang Bengkulu berarti semua wilayah daerah Bengkulu (semua kabupaten/kota) yang dimaksudkan. Padahal disetiap kabupaten/kota punya pemimpin daerah masing-masing, dan apalagi seorang gubernur masih menjabat (ada gubernurnya).

Kemudian parahnya lagi, sekarang banyak dijumpai spanduk/ pamlet “bakal calon pilgub Bengkulu, yang sudah terpampang besar dipinggir jalan, yang parahnyanya ada di beberapa sekolah juga ada. Padahal calon yang bakal maju tersebut masih menjabat sebagai pemimpin wilayah. Ini kami masukkan salah satu yang kami lihat bagaimana politik itu masih berjalan walaupun ditengah wabah penyakit. Hal ini membuktikan bahwa politik itu sesuatu yang tidak bisa untuk ditoleransi.

c. Film Nasional dan Tayangan Youtube

Setiap film punya maksud kenapa diangkat, kenapa dijadikan film dan film hadir tentunyabukan sekedar untuk menghibur saja tetapi punya sesuatu (makna/pesan) di dalamnya. Film nasional itu film yang seperti apa sih?

Bagi kami film nasional adalah film yang ditujukan untuk membangkitkan/ membangun semangat nasionalisme bagi rakyat Indonesia. Salah satu contoh filmnya yakni tentang film “Soekarno” yang mana film ini hadir untuk memndedikasikan perjalanan serta perjuangan sosok bung karno.

Banyak sekali film nasional jika mau disebukan semuanya, hanya satu film nasional memang juga punya arti film yang tayang di nasional (bukan daerah tapi di nasional/ seluruh Indonesia). Apakah film “Dilan 1999” “Dua Garis Biru” masuk ke dalam film nasional?? Sangat boleh teman-teman memberikan argumentasinya, karena kamipun belum berani mengatakan iya atau belum.

Lalu apakah sebuah film atau tanyangan youtube berkaitan dengan komunikasi politik didalamnya? Iya, dalam film atau tanyangan di youtube jika kita melihat dari sisi politiknya, bisa iya terdapat karena saat sosok seseorang itu diangkat dalam suatu film, berarti sosok seseorang itu punya nilai di mata masyarakat.

Di media massa pun, sering kita jumpailah di televisi (salah satu media massa elektronik), apalagi di suatu statiun TV di dalam acara beritanya, ada terdapat tanyangan yang kita bisa mangatakan “kok berita si ini terus?” yang ditanyangkan/ diberitakan. 

Nah jika kita pahami ternyata media massa pun telah masuk dalam politik, tidak semua tapi, namun ada beberapa. Dan media massa itu sangat menjadi faktor pendukung pihak politik. Intinya kepemilikan media massa juga mempengaruhi framing beritanya (sajiannya) untuk mengiring opini para khalayak. Siapa saja orang politik yang memiliki kepemilikan dalam media? Surya Paloh, Aburizal Bakrie, Hary Tanoe.

Sekian dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun