Kemudian bagaimana retorika politik disetiap kepemimpinan Presiden RI kita??
Setiap pemimpin mempunyai retorikanya masing-masing dalam menyampaikan pidato, terutama untuk kepentingan politik. Kita telah merdeka
hampir 76 tahun, melalui beberapa era sistem kepemimpinan, mulai dari zaman pak Soekarno hingga sekarang dimasa kepemimpinan pak Joko Widodo. Dari kepemimpinan Era Orde Lama => Orde Baru => Era Reformasi => Era Pasca Orde Baru => sekarang Era Demokrasi.
Hingga saat ini ada total ada 7 presiden yang pernah dan masih menjalankan tugas menjadi seorang pemimpin atau orang nomer satu di RI. Masih ingat siapa-siapa saja presiden RI?? Ada bung karno, pak harto, bapak BJ Habibie, pak gusdur, ibu Mega, pak SBY dan pak jokowi.
b. Gerilya Politik dibalik Isu-isu Kemanusiaan
Jika pembahasan di atas mengenai retorika politik, ada juga tentang gerilya politik. Apa itu? Berkaitan dengan retorika politik sebab sama-sama dibahas dalam politik. Nah jika retorika politik itu telaah dari sosok seni bebicara dalam pidato politik seseorang, maka gerilya politik ini telaah dari perang masing-masing gagasan di setiap pihak/ oposisi dalam tata politik.
Gerilya politik disebut sebagai gerakan politik ilegal atau seperti gerakan yang bertujuan merongrong (merusak/merugikan/menjatuhkan secara berangsur-angsur) dengan jalan terselubung utnuk memasukkan keinginan politiknya. Intinya dia melakukan sesuatu ada niat dibaliknya. Pahamlah kita sebagai yang pernah ikut dalam pesta demokrasi.
Apalagi kita sendiri belajar memaknai suatu tanda-tanda dalam politik. Terkait dengan isu-isu kemanusiaan. Isu kemanusiaan ada bebarapa
macamnya, antara lain isu terkait dengan kemiskinan, konflik atau perang, dan wabah penyakit. Kaitannya dengan gerilya politik bagaimana? Biasanya sering kita jumpai saat katakanlah musim politik, itu cukup banyak ada beberapa program bantuan atau sumbangan atau kegiatan-kegiatan yang digencar/digenjotkan. Ini dilakukan oleh seseorang yang maju atau yang bakal calon, katakannlah sebagai contoh pilgub.
Kami pemateri belum pantas membicarakan hal yang cukup dalam terkait dengan politik, hanya saja kami memberikan refresentasi dari hasil apa yang kami lihat, rasakan, baca dan lainnya. Kami minta maaf jika ada salah ungkapan dari kata maupun kalimat dalam naskah presentasi materi kami ini.Lanjut dengan pembahasan. Sebagai salah satu contoh saja, sekarang kita sedang dilanda dengan cobaan atas hadirnya wabah virus corona atau Covid-19.
Nah jika kita telaah banyak sekarang bahkan banyak sekali orang-orang yang memberikan sumbangan/bantuan kepada masyarakat dalam membantu mengahadapi pademi virus corona. Namun saat kita melihat adanya suatu tanda katakanlah contoh bantuan sembako dari walikota Bengkulu, dimana terselip di kardus yang berisi bantuan itu ada label.
Memang hak-nya untuk memberi label pada bantuannya, hanya saja kenapa harus dilabelkan kardus berisi bantuan tersebut. Tanpa adanya label kami rasa yang menerima bantuan juga tau kalo itu bantuan dari walikota. Seharusnya yang namanya bantuan/ sedekah/ dll, itukan
ikhlas, tanpa menginginkan timbal balik atau terdapat niat dibelakangnya.
Ditambahlagi hal tersebut diberitakan, dan itu terlihat sekali ingin mengambil muka di masyarakat dengan kata-kata jargon “Bengkulu Religius, Aman dll”. Padahal kalo bilang Bengkulu berarti semua wilayah daerah Bengkulu (semua kabupaten/kota) yang dimaksudkan. Padahal disetiap kabupaten/kota punya pemimpin daerah masing-masing, dan apalagi seorang gubernur masih menjabat (ada gubernurnya).
Kemudian parahnya lagi, sekarang banyak dijumpai spanduk/ pamlet “bakal calon pilgub Bengkulu, yang sudah terpampang besar dipinggir jalan, yang parahnyanya ada di beberapa sekolah juga ada. Padahal calon yang bakal maju tersebut masih menjabat sebagai pemimpin wilayah. Ini kami masukkan salah satu yang kami lihat bagaimana politik itu masih berjalan walaupun ditengah wabah penyakit. Hal ini membuktikan bahwa politik itu sesuatu yang tidak bisa untuk ditoleransi.