“Kecuali… dia tidak sengaja,” ucap Marion pendek.
Tidak sengaja?
“Ya tidak sengaja. Mereka tidak mengetahui arti tulisan yang mereka coret.”
Hanum di halaman 169 bahkan memperjelas perasaan anehnya dengan menulis:
Tidak sengaja? Bagaimana mungkin seorang pelukis tak tahu apa yang dia lukis?
Tapi, ya begitulah. Mereka tidak tahu. Tidak paham.
Awal abad ke-12 peradaban Islam sangat maju. Hasil tenun, tekstil, dan kerajinan tangan orang-orang muslim yang begitu berkualitas dan dengan corak warna bermacam-macam menyebar hingga ke Eropa. Semua hasil industri yang beraneka ragam itu tidak lepas dari pahatan atau bordir bertuliskan kalimat tauhid. Dan begitulah, hasil seni rupa muslim menjadi trend di Eropa. Mereka menggunakan barang-barang karya orang muslim dalam kehidupan sehari-hari.
“Mungkin pelukis zaman Kegelapan Eropa melukis sosok Bunda Maria dengan model yang memakai kain berlafal Tauhid? Dan dia tak sengaja melukisnya?” tanya Hanum untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Begitulah. Para pelukis realis itu melukis berdasarkan apa yang mereka lihat. Mereka melukiskan lafal Al-Qur’an yang sebenarnya tidak mereka pahami. Itu juga sebabnya tulisan itu sulit terbaca, tulisannya tidak sempurna. Ya karena ditulis oleh orang yang tidak paham maksudnya.
Begitulah.
Percakapan Marion dan Hanum yang begitu mencengangkan.