(http://id.wikipedia.org/wiki/Yin_dan_Yang)
Kembali ke Kufic.
Begitulah, piring dengan Kufic itu dijadikan sebagai media pembawa pesan dakwah dengan simbol yang lebih diterima karena menyentuh rasa keindahan, estetika.
Marion mengajak Hanum melihat karya lain yang terdapat Kufic di dalamnya. Tapi kali ini bukan di peninggalan peradaban Islam.
Vierge a I’Enfant-The Virgin and the Child: Ugolino di Nerio 1315-1320
Lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus, yang jelas dilukis oleh nonmuslim. Marion meminta Hanum untuk mengamati lukisan itu dengan teliti. Lebih tepatnya di bagian hijab/jilbab. Eh, tapi ini bukan soal Bunda Maria yang selalu digambarkan menggunakan hijab, (Walaupun saya sepakat kalau bunda Maria saja menggunakan jilbab, bagaimana mungkin ada yang mengimani beliau tapi malah melarang menggunakan jilbab, hehe), tapi ini tentang pola hias yang terdapat di hijab Bunda Maria. Sulit terbaca, tapi Marion sangat yakin bahwa itu adalah tulisan Arab. Dan itu adalah ‘Laa Ilaa ha Illallah’
Ya. Hijab Bunda Maria itu bertuliskan kalimat Tauhid, ‘Laa Ilaa ha Illallah’…
Mana mungkin seorang nonmuslim menuliskan kalimat Tauhid di karyanya. Apa dia sudah gila?
Marion menjelaskan itu bukan Kufic, tapi Pseudo Kufic. Pseido Kufic adalah coretan-coretan imitasi tulisan Arab, dengan kata lain: tulisan Arab yang dibuat oleh orang yang sebenarnya tidak tahu atau tidak paham tulisan Arab. Ini ditemukan di banyak karya lukisan, patung bahkan di mantel raja Eropa yang digunakan pada hari pengangkatannya sebagai raja.
“Menilik latar belakang para pelukis yang sebagian besar nonmuslim, tidak mungkin mereka membuat pesan rahasia di lukisan Bunda Maria… Kecuali satu hal…”
Kecuali?