Mohon tunggu...
sasongko nur indriyo
sasongko nur indriyo Mohon Tunggu... -

Karena Dia kita ada, karena Dia kita tiada, Dialah segala-galanya. Sisakan kesenangan anda didunia ini untuk bekal anda diakherat. Dalam tujuh hari seminggu, mengapa tak bisa anda tahan , segala nafsu, rasa lapar dan rasa haus dua hari saja dalam seminggu , " puasa sunah senen kamis". Dalam dua puluh empat jam sehari, mengapa tak bisa kau sisakan waktu barang satu dua jam habis isya dan subuh untuk membaca surat surat dari sang maha pemberi , " baca Al Qur'an", sekaligus memahami. Dalam waktu kurang lebih 6 - 8 jam tidurmu, mengapa tidak ambil 15 menit atau lebih untuk sholat tahajud. Bersiaplah, menyiapkan bekal anda di akherat, siapa tahu Allah sebentar lagi akan memanggil kita. Bila saat panggilan itu tiba, jangankan untuk beribadah, menangispun kita tak akan punya waktu lagi. Subhanallah walhamdulillah walaillahailallah allahuakbar.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Wayang Oplosan di Bumi Gendeng Seri 1

10 Januari 2014   14:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13898358011818163263

[caption id="attachment_290320" align="alignright" width="300" caption="kumbang dan bunga koleksi pribadi"][/caption] Syahdan penguasa Bumi Gendeng mengadakan Haul mantan pepundennya yang terkenal pluralis dijamannya. Ditengah keramaian para peziarahnya hadirlah Sang Raja diraja yang dulu pernah menjadi sahabat dan muridnya. Hadir pula para kurawa yang dulu pernah ditelikung dan terkungkung, dibantu berdiri dan bermartabat kembali, sehingga memuja muja penolongnya bak sepenuh dewa. Dan ada lagi para kurcaci yang membagi bagi sebotol kesturi agar bau yang tak sedap tidak muncul menyengat ditengah kerumunan para tamu dan tuan rumah penyelenggara. Ditengah kerumunan tersebut ada seorang yang merasa dirinya seorang pluralis yang terpluralis, entah mengapa makanan ini begitu terkenal dan seakan akan. akan membikin badan semakin kuat dan sehat bila memakannya. Padahal tuhan sang pencipta telah mengatakan dalam firmannya yang tertulis dalam kitab suci . Kaum Nas dan Ya pasti kembalinya ditempat yang jelek. Ini jelas jelas agama samawi itu saja sudah diultimatum demikian apalagi yang diluar samawi, mestinya lebih lagi. Seseorang ini mungkin karena masih terpengaruh minuman oplosannya atau tarian gendengnya , malah semakin gendeng. mendirikan pesantren gendeng, dengan para muridnya yang pastinya akan mendapat ilmu gendeng karena gurunya gendeng. Bekoar koar dengan embel2 gendengnya yang menawan, berceramah di wilayah persimpangan dengan bangganya bahwa ini sama itu sama kita sama, qt pluralis.......   Padahal sudah diingatkan mereka itu diingatkan ndak diingatkan sama saja, lha ibaratnya mereka itu bisu tuli dan buta ya bagaimana mereka bisa kembali. Bahkan sudah diingatkan juga mereka tidak akan puas sebelum engkau memeluk agamanya.,.....lha pripun tho sampeyan iki??? Wayang Oplosan di Bumi Gendeng syah dan mulai dipentaskan dimalam gerimis yang menyiram bumi, banyak kalangan yang hadir warna warni, karena pluralis kan tidak satu warna,....Dengan dalang terkenal karena sesorahnya di manca dan manci diakui oleh intelektual seluruh Bumi Gendeng. Dialog perdana yang diperdengarkan Le thole Sawer,....beliau ini salah seorang pengamat politik Bumi Gendeng,....beliau berkata ,...pripun nggih niku sing gadah tv kok kampanye terus ditivinya tiap hari , padahal belum waktunya pilihan belum waktunya pilpres, lha nanti kalau pas waktunya malah koit khan muspro sia2,...... Ya ndak apa2 to Pak dhe. keponakannya yang sudah lulus MBA , memotong, lhawong tipi tipinya sendiri arep main sendiri sejam sampai 24 jam yo ben to Pak dhe. Salahnya sendiri kok mau nonton, apa ya gak bosen, nonton calon ning iklan. Mengko /nanti kalau jadi ya paling ,jadi presiden iklan. Wah bener juga ponakanku MBA iki , pinter tenan cah Ki, pantes kalau punya titel MBA (Makin Bau Aja /ra tau adus)... Bersambung,....to be countinue,...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun