Mohon tunggu...
Wuanlu Balatjai
Wuanlu Balatjai Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ilmu Teologi

saya Juan V Balatjai, saya menyelesaikan studi S1 di Universitas Kristens Satya Wacana. hobi saya yaitu bermain bola dan bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Keresahan Wiliam ketika kembali ke desa

15 Januari 2025   21:56 Diperbarui: 15 Januari 2025   21:56 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar dua tahun lebih seorang anak muda meninggalkan desanya, untuk berpetualang dan mengembara demi mengisi kekosongan otaknya. Dua tahun lebih berada di tanah rantau serta berada di dunia perkuliahan sekitar 4 tahun, Wiliam memiliki kerinduan kembali ke desanya yaitu "Sesewet", selain memiliki kerinduan ia juga memiliki harapan yang besar untuk desanya agar dapat menjadi tempat yang memberikan udara yang segar untuk setiap kehidupan masyarakat. Udara yang dimaksud ini bukan untuk di hirup sama halnya H2O/Oksigen, tetapi hal ini berbicara tentang dampak positif yang diberikan oleh desa melalui setiap pemangku kepentingan yang ada di desa, seperti lembaga desa (pemerintah desa, Badan Permusyaratan Desa), lembaga keagamaan (gereja) dan lembaga adat (dewan adat).

Wiliam kembali ketika menyelesaikan studinya di "Iniuriam tres". Wiliam melihat bahwa desanya tidak mengalami perubahan, khususnya kehidupan masyarakat- para anak muda sibuk dengan minuman keras kurangnya keprihatinan dari kelompok pemuda atau komunitas pemuda baik yang ada di desa (karang taruna), dan gereja (pemuda gereja) "Pemangku kepentingan di desanya. Di desanya karang taruna mengalami stagnant/tidak berfungsi, maka tentu saja bisa dikatakan bahwa karang taruna di desanya Wiliam "Sesewet" sementara ini sedang tertidur, sedangkan di gereja kelompok pemuda hanya sibuk dengan pelayanan yang terbatas dengan tembok (para pemuda sibuk dengan menghafal lagu rohani dan menghafal doa bapa kami), jadi hanya sebatas menghafal saja.

Para kaum muda tidak diberikan ruang untuk dapat mendalami dan terlibat dalam perubahan sosial yang terjadi saat ini, mereka di biarkan mati dengan secara sengaja oleh pemangku kepentingan, mereka di anggap tidak penting untuk desa dan gereja. Jadi hanya satu kalimat yaitu "Peduli Pemuda dan Desa"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun