Mohon tunggu...
D Wuala Tanggopu
D Wuala Tanggopu Mohon Tunggu... Administrasi - Murid

Murid kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lioka dan Tabarano: Menitip Asa, Menanti Listrik 44 Tahun

30 Mei 2012   07:31 Diperbarui: 6 Juni 2016   22:42 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Pemerintah melalui Presiden SBY secara resmi menghimbau penghematan energi kepada seluruh rakyat Indonesia, ada dua dusun di Kab. Luwu Timur yang sejak dulu sudah mempraktikkannya. Karena mereka memang belum menikmati listrik dan BBM harus selalu mereka hemat. Jadi ketika mereka menyaksikan pidato tersebut lewat televisi yang dihidupkan dengan generator kecil berbahan bakar BBM, mereka hanya meringis. Dikhianati negara sendiri dan dibelakangi sebuah perusahaan besar yang tidak menganggap kehadiran mereka.

[caption id="attachment_191474" align="aligncenter" width="623" caption="Lioka & Tabarano"][/caption]

Dusun Lioka dan Dusun Tabarano adalah dua kampung yang masuk konstelasi wilayah terdampak operasi PT Inco (Sekarang PT Vale Indonesia Tbk). Karena itu, kedua dusun yang masuk dalam wilayah Kecamatan Towuti dan Wasuponda, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan ini juga termasuk daerah pemberdayaan utama PT Inco.

Namun nahasnya kedua dusun ini tidak seberuntung yang lain. Saat yang lain bergelimang listrik dan cahaya lampu di malam hari, kedua dusun ini masih menggunakan pelita minyak tanah atau generator pribadi untuk dihidupkan beberapa jam setiap malam, yang sangat membebani karena mahalnya BBM.

Berbagai usaha mereka lakukan, dari memohon kepada PT Inco sampai menghadap ke PLN Palopo (ketika itu masih Kab. Luwu, dengan ibukota Palopo), sampai berhadapan dengan DPRD Luwu Timur.

Sempat pula mereka mendapat bantuan genset besar berbahan bakar BBM dari PT Inco, tetapi hanya digunakan singkat saja, terkendala bahan bakar dan keterbatasan masyarakat soal pendanaannya.

Ali Bastian Wuala, tokoh masyarakat Dusun Lioka mengatakan bahwa mereka telah berjuang sejak dulu dan mulai intensif sejak tahun 2004. Tuntutan utama mereka adalah perlakuan yang setara. Jika daerah-daerah di sekeliling mereka seperti Sorowako, Wasuponda, Wawondula, Matompi, Timampuu, Togo sampai Malili memdapatkan hibah listrik dari PT Inco yang dikelola PLN, mengapa mereka tidak? Segala fasilitas listrik di daerah ini memang di sediakan oleh PT Inco. Mulai dari sumber listriknya, sekarang ada total 3 (tiga) PLTA yang sudah dibangun oleh PT Inco, sampai gardu dan jaringan listriknya.

13383625142122601365
13383625142122601365
Ali Bastian Wuala; Tiang listrik beton; sutet PT Inco di Tabarano & Lioka

Dalam situs resminya, PT Inco mengklaim bahwa ada 5 MW yang dihibahkan kepada PLN untuk dikelola bagi masyarakat Luwu Timur dari sekitar 365 MW output total 3 (tiga) PLTA yang sudah dibangun. Namun sebuah artikel di situs online bisnis-kti.com menyebutkan bahwa baru ada 0.6 MW yang disalurkan kepada masyarakat dari 3 MW yang sudah dijanjikan oleh PT Inco.

Sejak tahun 1987, PT Inco sudah mulai membukukan keuntungan sebesar US$ 1 Juta. Pada tahun 1988 sebesar US$ 174 juta dan US$ 182 juta pada tahun 1989 (Tempo 24/3/1990). Berdasarkan laporan tahunan 2010, PT Inco sudah membukukan keuntungan bersih sebesar US$ 2.653 juta antara 2006 sampai 2010 saja. Keengganan untuk menghibahkan sebagian dari keuntungan tersebut adalah sepenuhnya hak PT Inco yang sudah mendapat restu dari Pemerintah Pusat, sekaligus selalu membayar sejumlah uang kepada Pemerintah Pusat sebagai royalti hasil bumi, sewa tanah dan pajak air. Keenganan karena memahami sejumlah uang sebesar kira-kira US$ 0.1 juta untuk penyediaan listrik di Dusun Lioka dan Tabarano tersebut adalah biaya bagi perusahaan yang notabene dikelola olehorang-orang Indonesia juga.

13383626972059197210
13383626972059197210
PLTA Balambano dan Sorowako

Ironi terbesar bagi masyarakat kedua dusun tersebut adalah karena jaringan sutet dari ketiga PLTA tersebut ke plant site di Sorowako melalui kedua dusun tersebut. Memandangi menara-menara listrik megah dan kabel-kabel menjuntai seakan mengejek keseharian mereka selama 44 tahun operasi PT Inco di tanah mereka.

Bersamaan dengan beralihnya kepemilikan kepada PT Vale, fajar baru harapan mereka terbit. Setelah sempat tersendat, janji PT vale untuk memberikan listrik untuk kedua dusun tersebut nampaknya akan terwujud.

Tiang-tiang listrik beton produksi WIKA mulai disebar dari Wawondula ke arah Dusun Lioka. Rencananya tiang-tiang tersebut akan mulai dipasang pada tanggal 2 juni mendatang. Perjuangan panjang dan kesabaran warga Dusun Lioka dan Tabarano untuk mendapatkan berkah cahaya lampu listrik untuk anak-anak mereka belajar di malam hari, mendapatkan informasi serta terhubung dengan dunia luar serat kemungkinan-kemungkinan lain dengan pemakaian energi yang lebih murah akan segera terwujud.

Semoga bukan sekadar janji tersendat lagi dari PT Vale Indonesia Tbk yang sekarang dipimpin oleh Presiden Direktur Niko Kanter dan Wakilnya Bernardus Irmanto.

(Wasuponda, 30 Mei 2012)
Sutet: Saluran udara tegangan ekstra tinggi Sumber foto dok pribadi,
PLTA Balambano:ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun