Tempat terakhir yang penulis kunjungi merupakan sebuah masjid berwarna kuning yang dinamakan Mesjid Raya Sultan Riau Penyengat yang didirikan pada tahun 1803. Mesjid mengalami proses renovasi pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman sekitar tahun 1832. Jumlah keseluruhan menara dan kubah di Mesjid Sultan Riau ini sebanyak 17 buah, yang melambangkan jumlah rakaat sholat fardhu lima waktu dalam sehari semalam. Terdapat pula dua buah rumah sotoh yang terletak di sisi kiri dan kanan mesjid, rumah ini dapat digunakan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan atau musafir dan bisa juga digunakan sebagai tempat menyelenggarakan musyawarah.
Dari Anas bin Malik, “Sesungguhnya ziarah itu akan melunakkan hati, mengundang air mata dan mengingatkan pada hari kiamat.” (HR Al Hakim)
Selepas ke Pulau Penyengat, tujuan selanjutnya dari Blog trip kali ini adalah Vihara Avalokiteswara Graha. Berkunjung ke vihara terbesar di Asia Tenggara, Kompasianer disuguhkan dengan pandangan yang teduh. Rerumputan dan perkebunan buah naga terhampar begitu saja di depan Vihara ini. Hal yang unik lainnya dari vihara ini adalah adanya patung dewi kwan im atau dalam bahasa sansekertanya dikenal sebagai avalokitesvara (sekarang kita tahu kenapa namanya Vihara Avalokiteswara), dalam bentuk raksasa. Bentuknya yang raksasa setinggi 16,8 meter ini kemudian dilapisi dengan emas 22 karat. Tidak salah kemudian kalau Museum Rekor Indonesia atau Muri menobatkannya sebagai Patung Dewi Kuan Im terbesar yang ada di dalam ruangan.
Kemegahan vihara ini juga ditambah dengan ukiran tiangnya yang berbentuk naga, serta dua puluh tiga patung-patung raksasa yang terletak dibawah bukit tempat tersebut berada.
Sebagai tempat beribadah umat Budha, vihara yang dibangun oleh komunitas masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang ini terbuka untuk umum. Bagi wisatawan domestik dan mancanegara yang ingin berkunjung ke tempat ini sangatlah mudah, karena letaknya yang mencolok di sisi kiri jalur lintas Tanjungpinang –Tanjunguban. Bertempat di Batu 14 Kelurahan Air Raja atau 14 kilometer dari pusat Kota Tanjungpinang, vihara ini bisa dicapai dalam waktu sekitar 15-20 menit dari Pelabuhan Sri Bintan Pura.
Tak terasa sudah satu jam kami berada di Vihara ini, perjalanan pun dilanjutkan ke Bintan Resorts. Seperti juga penulis yang beranjak ke destinasi selanjutnya, begitu juga tulisan ini yang bersambung ke tulisan berikutnya.
Terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H