Mohon tunggu...
Wahyu Satriyo Wicaksono
Wahyu Satriyo Wicaksono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Komentator pun harus punya data, karena kasihan yang dikomentarin. twitter @wsatriyow website : bataminenglish.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bersenang-senanglah Kalian di Bintan (Catatan 1)

3 November 2015   19:48 Diperbarui: 3 November 2015   21:55 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setibanya di Pulau Penyengat atau Pulau Inderasakti penulis disambut oleh deretan rumah pelantar. Rumah khas di Pulau Penyengat. Selanjutnya tentu pembaca akan bertanya-tanya kenapa namanya Pulau Penyengat sih?? mungkin hal ini yang pertama terbersit di benak mereka yang bukan merupakan penduduk asli Kepulauan Riau.

[caption caption="rumah pelantar"]

[/caption]

Penyengat sendiri bukan bau yang menyengat dan bukan pula sejenis tanaman. Nama penyengat diberikan karena ada kejadian pelaut yang melanggar pantangan saat mengambil air di pulau tersebut, akibatnya mereka disengat oleh ratusan serangga berbisa. Nah binatang yang menyengat ini lalu dipanggil dengan sebutan Penyengat, sampai sekarang pulau tempat kejadian tersebut dipanggil Pulau Penyengat. Untuk orang Belanda, dikenal dengan nama Pulau Mars. Terlepas dari peristiwa yang melatarbelakangi pemberian nama dari pulau ini, bagi penulis sendiri, Pulau Penyengat adalah sejarah.

Pulau Penyengat merupakan hadiah mas kawin pemberian Sultan Mahmud Marhum Besar atau yang lebih dikenal dengan Marhum Mesjid atau Mahmud Shah III, seorang penguasa dari Kerajaan Johor kepada Engku Puteri Raja Hamidah atau Engku Puteri, yang namanya dijadikan nama alun-alun Kota Batam. Oleh sebab inilah penulis mengucapkan hamdalah di awal tulisan, karena mengajak pasangan hidup penulis ke Pulau Bintan setelah menikah. Bisa dibayangkan jika sebelum menikah, penulis membawanya ke Pulau Bintan dan mendengar bahwa ada orang tempatan yang memberikan mas kawin sebuah pulau (bercanda yah Cucum Suminar).

Banyak orang yang berkunjung ke Penyengat, tidak untuk melihat bangunan-bangunan megah, (karena tidak ada bangunan yang super wah disana) atau sekedar ingin merasakan kuliner khas melayu lingga (tidak ada juga restoran, hanya warung-warung makan sederhana), tetapi mereka ke Penyengat untuk kembali ke masa lampau. Menelusuri kelok-kelok sejarah, terutama asal usul sejarah bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu.

Bahasa Melayu digunakan di empat negara di ASEAN, meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei. Ditutur oleh penduduk melayu yang tinggal di Thailand Selatan, Filipina, Kemboja, Vietnam, Sri Lanka dan Afrika Selatan. Hal ini membuat Bahasa Melayu menduduki peringkat ke empat penutur terbanyak setelah bahasa Mandarin, Inggris dan Hindi.

Wisatawan dapat berkeliling dengan menggunakan sepeda dan ojek. Untuk sepeda wisatawan hanya merogoh kocek sebesar Rp15.000/jam. Sedangkan untuk ojek, pengunjung hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp25.000/jam.

[caption caption="rental motor dan sepeda"]

[/caption]

Kunjungan pertama penulis ke Penyengat adalah mengunjungi Komplek Makam Raja Hamidah. Komplek makam ini berisi makam Raja Hamidah, Raja Ahmad (Penasihat Kerajaan), Raja Ali Haji (Pujangga Kerajaan), Raja Abdullah dan Raja Aisyah.

Pujangga Kerajaan Raja Ali Haji termahsyur dengan karyanya Gurindam Dua Belas yang berisi nasehat. Gurindam sendiri merupakan karya sastra yang memiliki bentuk berupa dua baris puisi berakhiran a-a atau akhiran yang berbunyi sama. Hubungan antara baris pertama dan kedua biasanya sebab-akibat ataupun syarat-hasil.

Selain komplek Makam Raja Hamidah, penulis juga mengunjungi Balai Adat Melayu Indera Perkasa. Di bawah balai adat inilah terdapat sumur air yang merupakan tempat kejadian disengatnya pelaut yang melanggar pantangan. Balai adat Indera Perkasa hanyalah sebuah replika sebenarnya dari rumah adat Melayu yang ada di Pulau Penyengat. Balai adat ini sendiri berbentuk rumah panggung khas melayu, yang terbuat dari kayu. Kegunaanya untuk menyambut atau mengadakan perjamuan bagi tetamu atau orang-orang penting. Di dalam Balai adat sendiri terdapat beberapa perlengkapan adat Melayu serta perlengkapan aktraksi kesenian yang digunakan untuk menjamu tamu-tamu tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun