Wahai cik adik jangan merajuk
Maafkan kami si Bujang Lapuk
Jikalau salah tolonglah tunjuk
Kamilah rela hai kena ketuk Nandung-nandung dayang senandung Wahai saudari maafkan kami
Â
Sekali lagi terngiang bait lagu yang didendangkan oleh anak Teuku Nyak Puteh ditelinga penulis. Bait lagu yang berasal dari film yang ditonton penulis di kapal ferry tadi. Segera kami memberitahukan ke supir angkutan kota agar ketempat yang dituju. Alhamdulillah bertepatan dengan kami sampai, bus yang ditumpangi rombongan pun tepat berada didepan kami.
Selanjutnya briefing rombongan dan makan siang di rumah makan khas minang tersebut, serta pembagian atribut peserta yang harus dikenakan. Makanya pembaca jangan merasa aneh kalau melihat foto-foto dengan atribut yang seragam.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menuju ke Pulau Penyengat. Pulau yang berseberangan dengan Pulau Bintan dan tampak cantik jika dilihat dari teras rumah makan tempat kami berkumpul. Sebelum menyebrang ke Penyengat kami menuju ke pelabuhan penyeberangan yang terletak di belakang Pelabuhan Sri Bintan Pura. Pelabuhan penyeberangan ke Penyengat lebih sederhana. Hanya muat kendaraan bermotor roda dua saja, bercat kuning dan berornamen melayu pada sekelilingnya.
[caption caption="Pelabuhan ke Penyengat"]
Sekitar lima belas menit perjalanan yang ditempuh untuk jarak antara Tanjungpinang dan Penyengat. Kendaraan yang bisa digunakan hanya kapal sejenis pompong, dan tidak banyak memuat penumpang.
[caption caption="pompong ke Pulau Penyengat"]