Dalam kimia, peserta didik umumnya memandang grafik sebagai alat untuk menunjukan hasil eksperimen. Jika dalam matematika grafik umumnya berupa suatu fungsi, dalam kimia, grafik hasil percobaan akan melibatkan galat yang terjadi selama percobaan, dan karenanya maka data-data hasil percobaan bukan merupakan titik-titik yang dapat dihubungkan untuk mendapatkan fungsi seperti dalam matematika (Emily Rose Seeber, 2019).
Kalorimetri reaksi netralisasi
Kalorimetri adalah metode untuk menentukan entalpi reaksi dengan menggunakan kalorimeter. Sedangkan Kalorimeter adalah alat untuk membuat kondisi semi terisolasi dan dipakai untuk menentukan perubahan kalor. Alat disamping adalah kalorimeter sederhana yang dibuat dari 2 buah gelas plastik.
Raksi antara asam cuka dengan NaOH adalah reaksi netralisasi. Dimana reaksi yang terjadi adalah
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Secara umum reaksi netralisasi adalah reaksi eksotermis, yang artinya suhu larutan akan meningkat karena menerima energi dari sistem (reaksi). Kalor (q) hasil reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
q = m. c. 𝜟T
namun sering dipakai asumsi bahwa massa jenis larutan sama dengan massa jenis air sehingga total volume dalam kalorimeter sama dengan massanya, maka persamaannya dapat ditulis lagi sebagai
q = V. c. 𝜟T
Dimana v adalah volume total (ml) larutan dalam kalorimeter, c = kapasitas kalor (J / ml oC ) dan 𝜟T adalah perubahan suhu yang terjadi karena reaksi.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis pre-test dan post-test (terlampir) yang dilakukan dengan t-test paired two sample for means didapatkan perbedaan yang cukup signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan kemampuan peserta didik dalam menggambar grafik.
Sedangkan berdasarkan metode N-gain didapatkan 4 peserta didik dengan peningkatan yang sedang dan 15 peserta didik dengan peningkatan yang tinggi. Hal ini menunjukan proses PBL yang dilakukan cukup dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengambar grafik.
Dari hasil penilaian keterampilan didapatkan semua peserta didik dapat melakukan percobaan dengan baik. Namun ada beberapa peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam komponen-komponen menggambar grafik (data di Refleksi guru)
Dari penilaian gotong royong dari 19 peserta didik didapatkan 11 orang dapat bergotong royng dengan sangat baik, 7 orang dapat bergotong royong dengan baik dan 1 orang yang cukup mampu dalam bergotong royong.
Di buat sendiri
Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran berbasis PBL dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membuat grafik (berpikir kritis), hal yang sama di ungkapkan oleh Elaine H. J dkk (2010) yaitu melalui PBL peserta didik selain mendapat pengetahuan tentang subject terkait, juga akan mendapatkan soft skill berupa berpikir kritis dan kolaborasi.