Sepuluh tahun masa perkenalan dan dua puluh lima tahun kebersamaan kalian dalam pernikahan sungguh bukan waktu yang tak sebentar, bukan?!
Dan selama itu pulalah dia sudah kebal dengan semua sumpah serapah dari mulut kasarmu, dia masih tetap memaafkanmu, bahkan sekalipun kau hinakan dia di hadapanku dengan menyebutnya sebagai supirmu alih-alih sebagai pasanganmu; ibu dari anak-anakmu, dia masih tetap sudi memaafkanmu bahkan rela merendahkan dirinya di hadapanku memintakan maafku untuk semua salahmu padaku.
Sungguh, aku tak habis pikir untuk apa dia lakukan semua itu?!
Mungkin demi anak-anak kalian atau demi status dan citra kalian sebagai keluarga yang harmonis di hadapan keluarga besar kalian, mungkin.
Andai aku perempuan itu, lebih dari tiga puluh tahun kebersamaan, sekali saja kata makian keluar dari mulutmu sebagai pasangaku; ayah dari anak-anakku, maka usai sudah statusmu sebagai ayah dari anak-anak Sam!
Ah!
Tapi dia kan bukan aku!
Jadi, dia tak akan pernah melakukan hal gila tersebut, Sam.
Aku kagum?...
Aku justru merasa kasihan pada dia Sam!
Perempuan baik – meski tidak terlalu baik juga sih, menyebalkan kadang – dia seharusnya mendapat pasangan yang lebih baik darimu Sam, seorang laki-laki yang sejati; bukan laki-laki pengecut seperti dirimu, Sam, yang bahkan untuk mengakui kesalahanmu padaku saja kau tak punya nyali!