“Peradaban Perawan”
Perkaranya mudah saja
Hanya yang memiliki keindahan
dan kerucut di dua dadanya
Yang putingnya membarakan nafsu
begitu paruh jenjang
yang meliuk-liuk menawarkan dosa
Siapa yang menawan
siapa yang tertawan
Pada peradaban perawan
yang moralnya tergantung-gantung
di etalase jalanan
Ah, bukan lagi moral
Ketika saling tonton-menonton
Pada kemaluan masing-masing
sehingga dengus nafas ditapak percumbuan
gadaikan moral murah-murah saja
Amarah resah lepas sudah
Kain-kain tak lagi berbadan
Ah, apa hendak dikata
perawan-perawan tak lagi berbadan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H