Mohon tunggu...
WS Thok
WS Thok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Jawa-Timur, besar di Jawa-Tengah, kuliah di DI Yogyakarta, berkeluarga dan tinggal di Jawa-Barat, pernah bekerja di DKI Jakarta. Tak cuma 'nguplek' di Jawa saja, bersama Kompasiana ingin lebih melihat Dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Gugontuhon) Larangan Menepuk Pantat Perempuan

13 Mei 2017   10:08 Diperbarui: 13 Mei 2017   10:58 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Prawiro Winarsa dalam “Serat Gugontuhon” mencatat 148 buah gugontuhon 1). Dari catatan itu banyak yang tidak saya ketahui sebelumnya. Bagi saya apa yang menjadi nasihat orangtua jaman dulu sepertinya masih relevan untuk diterapkan di jaman sekarang.


O ya, untuk mengetahui seberapa besar orang jaman sekarang berapresiasi terhadap gugontuhon, sengaja saya kirim contoh di atas kepada mantan teman-teman SMA melalui WA. Berikut hasil/tanggapan-tanggapannya.


• Yen diceblek kaget...uyahe kakehan... Suloyo to...? (Kalau ditepuk kaget...garamnya jadi kebanyakan...komplain kan?

Nek sing nyeblek, wong lanang udu bojone, kuwi pelecehan, akibate merasa kelara lara, sedih..masak dadi ora enak. Nek sing nyeblek bojone, ora konsentrasi le masak, dadi kasinen, opo cemplang..(Kalau yang menepuk pantat bukan suaminya itu namanya pelecehan, berakibat sakit hati, sedih sehingga masakannya kurang enak. Jika yang menepuk suaminya berakibat kurang konsentrasi sehingga terlalu asin tidak enak).

• Nek wong wedok, jarang nyeblek bokonge wong wedok, ndhak dikiro lesbi..😁 (Kalau perempuan jarang nenepuk pantat perempuan, nanti dikira lesbi).

• (Saya nenanyakan jika yang menepuk pantat adalah anaknya sendiri) Biasane sing nyeblek mesti isih balita, lha kuwi yo ngganggu konsentrasi mergo mesti karo nangis ngrusuhi...😁😁 dadi cemplang masakanne. (Biasanya yang menepuk pantat adalah anak yang masih balita, itu tentu saja mengganggu konsentrasi karena pasti pakai nangis dan mengganggu.)


Itulah, pada dasarnya menepuk pantat perempuan bagaimanapun dihindari. Nasihat kuno nenek moyang kita masih relevan. (Depok, 13 Mei 2017).

_______________________________
1) http://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/62-adat-dan-tradisi/242-gugon-tuhon-prawira-winarsa-1911-1222

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun