Tulisan ini adalah hasil latihan Training ”Train the Trainer” yang saya ceritakan di sini, yang diselenggarakan oleh HRD kantor kami (jenis perusahaan EPC) tanggal 13-15 Mei 2002 di Hotel Treva-Jakarta, diikuti 31 peserta. Judul aslinya adalah "Berpikir 21 Kali Sebelum Pamit” dengan sedikit modifikasi.
Boleh jadi kita merasa heran atau penasaran terhadap rekan kerja kita yang kurang bersemangat, tidak betahan dan mudah pindah kerja, padahal menurut kita di kantor kita oke-oke saja, sangat nyaman dan tak ada masalah. Yakinlah bahwa karyawan resign adalah suatu kondisi yang wajar dan mudah-mudahan telah melalui proses/pertimbangan yang matang.
Kata betah erat hubungannya dengan kesetiaan, loyalitas, kecocokan ataupun kepuasan. Dari keragaman peserta training yang mempunyai masa kerja 6 bulan s.d 20 tahun, hal-hal/faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan (puas dan tidak puas) dengan sedikit ilustrasi adalah sbb:
1. Gaji. Ini sering menjadi alasan utama keluarnya karyawan, tanggung jawab pekerjaan ringan dengan gaji besar yang menggiurkan tentulah yang diharapkan.
2. Kondisi fisik pekerjaan. Senangnya “jalan-jalan” dikasih pekerjaan di divisi procurement, dan sering melaksanakan FAT (Factory Acceptance Test) ke manca negara; senangnya “bergaul” ditempatkan di bagian Marketing; dll ... berarti cocok!
3. Hubungan kerja karyawan dan perusahaan. Kebanyakan karyawan menginginkan ikatan permanen dari pada temporer (karyawan kontrak), namun di masa lalu banyak yang senang ikatan kontrak, karena gajinya lebih besar dan lowongan pekerjaan masih banyak.
4. Atasan langsung. Tentu lebih menyenangkan bila mempunyai atasan yang bisa menjadi teladan dan memberi motivasi/spirit kepada anak buahnya. Apalagi kebetulan mempunyai hobi yang sama dan suka ngasih fulus.
5. Rekan kerja. Biasanya sih mengharapkan rekan kerja yang baik-baik, penuh pengertian, bisa saling membantu dan … bisa jadi sambatan kalau kondisi finansial sedang krisis, hehehe.
6. Jam kerja. Ada yang menyukai jam kerja biasa, yang memungkinkan masih adanya interaksi dengan keluarga di luar jam kerja. Ada perusahaan yang menerapkan flexitime, yaitu bisa mengatur jam kedatangan dan pulang kerja sesuai dengan keinginan, dalam rangka mempertimbangkan kondisi perjalanan dan keperluan mengantar anak sekolah.
7. Suasana kerja. Inginnya suasana kerja yang agak rileks, tidak terlalu formil tetapi progress pekerjaan tetap menjadi prioritas. Beberapa perusahaan bahkan membolehkan karyawan menggunakan pakaian casual.
8. Kebebasan memilih metoda kerja. Menyenangkan bila atasan menghargai metoda kerja kreasi sendiri, tidak memaksakan metoda yang sudah given, yang kadang out of date, menyulitkan dan malah memperlambat pekerjaan.
9. Penghargaan perusahaan terhadap kinerja karyawan. Ini biasanya diujudkan dalam bentuk sloting/grade kepangkatan dan pemberian jabatan yang bisa berkorelasi dengan salary atau pendapatan. Makin tinggi grade-nya makin besar salary-nya.
10. Lokasi kantor. Lebih menyenangkan/ menguntungkan bila dekat tempat tinggal karyawan dan tidak melewati Three in one atau jalur-jalur kemacetan. Karena rumah tinggalnya kejauhan, ada yang terpaksa kos di belakang kantor.
11. Cara karyawan dimanajeriali/diawasi. Inginnya pengawasan longgar, tidak ditunggui saat bekerja di depan komputer, toleransi tinggi terhadap kesalahan, nir-sangsi, dll.
12. Perhatian terhadap gagasan karyawan. Usul ini itu disetujui atasan ... tentu lebih membesarkan hati.
13. Variasi pekerjaan.Kebanyakan karyawan lebih senang bila bisa berganti jenis pekerjaan, apalagi sudah mulai bosan dengan satu pekerjaan yang dianggap monoton, atau bisa pindah tempat kerja misal di HO/home office, field office, luar negeri, dll.
14. Jenjang Karir. Kesempatan untuk mendapatkan promosi/karir memungkinkan/ada; aman dari “penjegalan”, jauh dari diskriminasi/membedakan SARA, dll
15. Adil/Sama rata sama rasa, grade sama perbedaan salary-nya tidak terlalu menyolok, tidak ada istilah like and dislike,diskriminasi dari atasan/pemilik perusahaan. (Sedikit perbedaan, biasanya di kontraktor EPC sih yang lanyah bahasa inggris, karirnya akan cepat menanjak).
16. Kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan menyalurkan bakat. Sangat menyenangkan bila kantor menyediakan alat musik, sarana olahraga, fittness, dll yang sesuai dengan hobinya, apalagi sering mengadakan malam kesenian sebagai ajang pendeklarasian eksistensi dan kemampuan diri.
17. Jangka waktu. Adanya keyakinan bahwa perusahaan akan berumur panjang, tidak kawatir di PHK ditengah jalan, syukur-syukur yang bisa menjamin sampai pensiun dan setelah pensiun. Faktor ini (biasanya perusahaan Jepang) bisa berpengaruh terhadap loyalitas dan integritas karyawan.
18. Tanggung jawab yang diberikan. Karyawan umumnya sih ingin tanggung jawab ringan dengan salary yang besar. Namun bagi karyawan spesial justru mencari tantangan dengan tidak menolak setiap penugasan/tanggung jawab dari atasan.
19. Keamanan dan keselamatan kerja. Dengan sistem prosedur kerja yang baik dan jelas, dukungan security dan property division yang handal tentu lebih menentramkan dalam bekerja.
20. Menambah pengalaman/pengetahuan. Sangat senang bila banyak senior yang profesional dan tidak pelit membagi ilmu, kebebasan penggunaan internet, perpustakaan dll.
21. Bisa memungkinkan mendapatkan pasangan hidup bagi yang masih bujangan/single. Yang ini nggak perlu penjelasan, sudah banyak contoh di kantor kami, mungkin juga di kantor pembaca.
22. Pendapatan lainnya selain gaji pokok, misalnya: bonus, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan jabatan, tunjangan HP/pulsa, dll.
23. Nama besar perusahaan. Terasa membanggakan dan menyenangkan bila orang mengetahui kalau kita bekerja di suatu perusahaan yang besar atau terkenal, karyawan sering masih tetap loyal meski salary kurang memuaskan.
24. Anak buah, kalau didukung anak buah yang capable dan cukup jumlahnya, bisa beres dan nyaman dalam bekerja. Jika tidak, harus pintar-pintarnya mengatur strategi dan perlu siap mental jika mendapatkan komplain atasan atau rekan kerja, akibat pekerjaan yang tidak beres.
25. Kesempatan berjumpa dengan orang terkenal/ ngetop yang di-“kagumi” yang kebetulan berada di kantor itu, yang diharap akan mempengaruhi, memberi inspirasi atau memperluas wawasannya.
******
Mungkin pembaca bisa menambah atau mengurangi dan tidak ada salahnya memberikan masukan sehingga judul tulisan inipun bisa berubah, saran penulis jangan banyak-banyak, karena kebanyakan berpikir … bisa jadi nggak resign-resign! Hehehe....
Dari 25 faktor di atas masing-masing bisa ditentukan bobotnya, tentu saja bobot satu faktor berbeda untuk karyawan satu dengan yang lainnya. Kalau secara general kita samakan, maka bilamana Anda banyak puasnya, katakanlah masing-masing 70%, saya sarankan untuk tidak perlu resign meninggalkan perusahaan, cukup pamit cuti saja; tetapi bila rata-rata 40% puas, maka tidak ada salahnya tiap hari memelototi lowongan pekerjaan di koran atau internet.
TETAPI bila satu faktor saja tidak puas 100% (mutlak), ini sudah cukup membuat karyawan hengkang, misal: inginnya di divisi procurement namun ditempatkan di divisi engineering, inginnya permanen namun masih kontrak terus, pinginnya di ‘lapangan’ namun ditempatkan di HO yang jarang ada uang lemburnya, dll.
KHUSUS untuk faktor no 1: Gaji, bilamana Anda kurang puas, dan ingin resign, terlebih dahulu bandingkan gaji perusahaan yang akan dimasuki (GB=Gaji baru) dengan gaji sekarang (GL=Gaji Lama), rumusnya sbb: (rumus ini hadiah dari instruktur training di atas yaituBp Bambang Haryanto)
1. GB=1,5 kali total take home pay per year GL, jangan diambil!
2. GB=2kali total take home pay per year GL, pikir-pikir!
3. GB=2,5 kali total take home pay per year GL, ambil!
4. GB=3 kali total take home pay per year GL, sabet!
Mengapa batasannya 2,5 kali, hal ini sebagai “allowance” bila urusan administrasi dengan tempat kerja lama belum clear (mungkin masih punya utang) dan KOMPENSASI terhadap faktor-faktorlainnya di tempat kerja baru yang tidak sesuai harapan, misalnya ketemu atasan yang otoriter, ketemu rekan kerja yang “kurang bersahabat”, kerja selalu diawasi, tidak ada kesempatan promosi, permanendll.
Jadi, sebelum say goodbye, bisa berpikir 25 kali! (Depok, 19 Agustus 2013)
---------------------------
Sumber Ilustrasi : Microsoft Clip Art
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H