Mohon tunggu...
Anin Dita
Anin Dita Mohon Tunggu... Guru - Guru yang agak lupa menulis...

Hidup ini cuma numpang snorkeling... Nikmati Indahnya, telan asinnya, maknai mabuk lautnya...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tana Toraja dan Makassar

16 Mei 2015   04:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dita is BACK!!!

Bukan saya tidak jalan-jalan, tapi saya sudah jarang menulis. Kalau saya tidak menuliskan yang satu ini, saya merasa itu dosa besar! Hehehe... Terlalu indah untuk disimpan sendiri.

Seperti kemarin-kemarin, ransel saya sudah bosan di rumah! Kami memutuskan untuk pergi. Saya dan teman saya, Sari, mengatur semuanya. Kami sampai di Makassar tanggal 5 April 2015. Landing pukul 10:00 dan sudah dijemput oleh Pak Amping, yang akan mengantarkan kami kemanapun kami pergi selama 4 hari. He's a nice man! Mobilnya nyaman untuk kami pakai ke Toraja yang 8 jam dari Makassar... It's sounds forever but NOT that bad AT ALL!! Pemandangan sepanjang perjalanan SANGATLAH INDAH!

Perhentian pertama kami adalah di kota Pangkep. Makan siang dengan Sop Saudara dan udang bakar... Hmmmm... saudara-lah saya dengan orang Makassar! hehehe...

Perhentian kami kedua adalah sebuah kedai sederhana di Enrekang, yang menjual snack, coto dan minuman tapi yang paling 'menjual' dari tempat itu adalah pemandangan Gunung Nona. AMAZINGLY BEAUTIFUL! You don't need any fancy to enjoy the mountain view, tea/coffee and seat at the balcony!

[caption id="attachment_362314" align="aligncenter" width="300" caption="Gunung Nona, Enrekang. Masih penting, minumannya apa???"]

1429777875307081067
1429777875307081067
[/caption]

Tana Toraja

Setelah hampir 200 Km melewati jalan yang mengocok perut (karena naik-turun-berkelok) kami tiba di Makale, tempat kami menginap. Sudah cukup gelap untuk menyadari keindahan disekitar kami....

Malam itu juga, kami merancang rute wisata kami dengan pak Martinus. SO EXCITED! Kami sudah tak sabar menunggu pagi...

Hari kedua, keliling Toraja sehari penuh! The real adventure....

Kami berangkat pukul 7:30 menuju Rantepao untuk bertemu dengan Pak Martinus. Jarak Makale-Rantepao 32 Km. Waktu tempuh 45 menit kondisi normal. Kami tiba di Rantepao dan berangkat dengan Pak Martinus ke tempat singgah pertama Bori' Parinding. Desa megalith. Konon jika ada laki-laki yang meminang perempuan dari desa ini, ia diwajibkan membawa batu sebagai bagian dari mahar. How cool is that???!!! Disini, jenazah dimakamkan di batu-batu besar yang dilobangi, bukan goa. Satu batu besar, biasanya untuk satu keluarga. Bila keluarga tidak punya batu untuk di klaim atau space di batu keluarga sudah terisi penuh, maka makam keluarga selanjutnya terbuat dari semen, seperti kamar. Hari itu kami sempat melihat persiapan pesta adat yang melibatkan warga desa. Membuat pondok dan memotong babi untuk di makan bersama. Saya menemukan kemiripan suasana dengan Bali ketika mereka menyiapkan upacara agama. Sakral dan penuh makna...

[caption id="attachment_362350" align="aligncenter" width="300" caption="Persiapan upacara adat (Bori"]

14297902691628577495
14297902691628577495
[/caption]

[caption id="attachment_362351" align="aligncenter" width="300" caption="Makam Batu, Bori"]

1429790339680710512
1429790339680710512
[/caption]

[caption id="attachment_362352" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu berukir kepala kerbau, menandakan jenazah yang bersemayam di dalamnya adalah bangsawan."]

14297904151279936294
14297904151279936294
[/caption]

Next destination, masih di hari yang sama, kami naik ke ujung bukit sebelah, Batutumonga. Dimana kami bisa melihat Toraja dari ketinggian... Maaf, teknologi secanggih apapun dan media apapun yang saya dan anda gunakan, tidak akan bisa mewakili apa yang saya rasakan disana... TERLALU INDAH bila hanya diwakilkan dengan video dan foto. Bawalah sendiri mata dan hati anda kesana, anda akan mengerti apa yang saya maksud...

Lupa saya tambahkan, jalan kami menuju tempat-tempat yang indah ini, tidak selalu indah... Tidak hanya jalan yang sempit, berbatu dan berkelok. Sekali lagi, it's worth beautiful...

[caption id="attachment_362354" align="aligncenter" width="300" caption="Batutumonga"]

1429790857503204114
1429790857503204114
[/caption]

Kami merasa beruntung hari itu karena bisa menyaksikan upacara (pesta) perayaan (maaf) kematian. Mereka menyebutnya pesta. Sebagai tamu (yang sebetulnya tidak diundang), guide kami menyarankan untuk membawa buah tangan untuk tuan rumah. Biasanya rokok atau kopi. Boleh juga babi atau kerbau. Mereka berduka, tapi juga bersyukur bisa menerima banyak tamu yang ikut menghormati leluhur mereka, orang tua mereka... Kematian dirayakan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa pada hidup mereka. Kami berdua, makan di pondok yang mereka bangun di sekeliling Tongkonan mereka. Kami tidak diperkenankan duduk di Tongkonan, karena tidak sembarang orang boleh duduk di Tongkonan pada saat pesta berlangsung. Kami dihormati selayaknya tamu. Duduk, disuguhi kopi/teh, makanan kecil, lalu kemudian makan siang... WOW!!! They treat every single one the same way! Karena kami muslim, mereka membuatkan kami makanan non-babi. Favorit saya hari itu, kopi Toraja!!! It has beautiful taste. Sampai-sampai ketika pihak keluarga akan mengambil kopi saya, saya bilang, "Tolong di tinggal, kopi ibu enak sekali!"

Ibu itu membalas, "Saya mau kasih makan"

I insist, "Terima kasih, ibu, tapi tolong kopinya ditinggal saja... Kopi ibu enak sekali!"

Datanglah makanan kami, sayur dan ikan. Special moslem menu.

[caption id="attachment_362319" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah kopi dahsyat itu! "]

1429778349604924261
1429778349604924261
[/caption]

Ada bapak-bapak pemangku adat yang memimpin upacara tersebut, bicara setiap ada hantaran (babi/kerbau) datang. Bapak tersebut menyebutkan dari siapa hantaran itu berasal dan berapa. Hal ini terdengar seperti barter, karena keluarga yang menerima hantaran tersebut, harus membalas jumlah yang sama atau mungkin lebih dari jumlah yang diterima hari itu dari tamu-tamu yang datang. Keluarga yang datang sebagai tamu, disambut oleh 2 orang perempuan dan satu laki-laki berpakaian adat. Laki-laki ini membawa tombak dan tameng, jalan dengan sedikit menari mengantarkan tamu ke ruang pondok yang khusus untuk menerima tamu.

[caption id="attachment_362320" align="aligncenter" width="300" caption="Upacara penyambutan tamu."]

1429778431149813211
1429778431149813211
[/caption]

[caption id="attachment_362322" align="aligncenter" width="300" caption="1...."]

14297785621879047460
14297785621879047460
[/caption]

Tiba di bagian pemotongan hewan... Para babi yang jumlahnya ratusan disembelih satu-persatu,  lalu dibakar untuk menghilangkan bulunya, lalu dipotong untuk dimasak. Sekalipun itu babi, sama miris mendengar rintihannya...

Untuk kerbau, butuh lahan yang lebih luas untuk menumbangkannya... Tali kerbau diikatkan pada pasak yang telah disiapkan, ketika kerbau mulai tenang, penjagal akan menebaskan golok, sekali tebas, tumbanglah! Ngeri... tapi itulah adat.

Harga babi dan kerbau, cukup fantastis di Toraja. Babi, 5-15 juta. Kerbau lebih fantastik lagi!!! Kerbau biasa,

[caption id="attachment_362324" align="aligncenter" width="300" caption="2..."]

1429778604907165020
1429778604907165020
[/caption]

[caption id="attachment_362327" align="aligncenter" width="300" caption="3!"]

14297786551474495909
14297786551474495909
[/caption]

harganya bisa 20-60jt, biasa itu maksudnya kerbau yang bisa dikembangbiakkan. Kerbau Balian, kerbau jantan yang dikebiri, harganya bisa ratusan juta rupiah. Kerbau Saleko, kerbau belang yang langka. Langka karena punya mitos yang sama seperti kucing jantan belang tiga. Kerbau Saleko bisa berharga milyaran rupiah! WOW!!!

Ingat tanduk kerbau yang dipajang rapi di depan Tongkonan? Dari situlah kita bisa tau, berapa kerbau yang sudah pernah dipotong untuk pesta.

Tentu pesta seperti ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bagi keluarga sederhana, mereka hanya akan memotong babi untuk dimakan bersama. Guide kami pun sempat curhat tentang ini....

"Kami merantau untuk membiayai adat kami, mbak... Hidup dengan adat seperti ini tidak murah."

Setelah kami melihat sebagian upacara, kami menuju ke tempat selanjutnya. Baby grave di Kambira. Bayi yang belum tumbuh giginya, akan dikuburkan di dalam batang pohon yang di lubangi. Setelah jenazah dimasukkan, lubang ditutup dengan ijuk. Tidak ada pesta atau upacara besar untuk kematian bayi. Kadang bayi hanya akan dikuburkan di pekarangan rumah.

Next, kami menuju Lemo. Tempat dimana jenazah leluhur orang Toraja disemayamkan diatas tebing. Tebing batu ini cukup tinggi dan suasana sekitarnya sunyi syahdu... Entah karena sedang sepi pengunjung atau memang begitu setiap harinya. Hanya ada beberapa toko souvenir, dan ruko baru yang sedang dibangun. Di Lemo, kami melihat patung kayu yang disusun berbaris dengan pakaian lengkap dan konon dibuat mirip dengan leluhur yang bersemayam disana. Patung kayu ini disebut Tau-tau. Masih ada anak cucu yang mengganti pakaiannya setiap 5 tahun sekali. Penggantian pakaian ini pun juga dilaksanakan dengan upacara adat terlebih dahulu. Tapi tidak hari itu.

Berikutnya kami ke Londa, dimana jenazah disemayamkan di gua. Semakin tinggi posisi jenazah disemayamkan di gua itu, menunjukkan bahwa jenazah tersebut adalah bangsawan. Seperti yang nampak digambar, peti disusun sedemikian rupa didalam gua. Ada yang baru dan lama. Beberapa peti, dipenuhi oleh rokok, minuman, dan makanan yang merupakan buah tangan dari keluarga yang mengunjungi makam leluhurnya. Keluarga meletakkan apa yang menjadi kegemaran mendiang semasa hidupnya. Ada cerita menarik dari dalam gua ini. Cerita Romeo dan Juliet dari Toraja. Semasa hidupnya, mereka ditentang untuk bersatu, tapi mereka disemayamkan berdampingan. Untuk masuk ke dalam gua ini, kami ditemani oleh pemandu lokal dengan petromaks yang menerangi jalan kami dan bercerita tentang apa yang ada di dalam gua.

Tujuan terakhir kami hari itu adalah Ke'te Kesu. Desa wisata. Dahulunya ini adalah kompleks keluarga, 1 keluarga yang akhirnya dijadikan desa wisata. Leluhur yang pernah menempati tongkonan-tongkonan ini disemayamkan di belakangnya. Tongkonan ini masih dipugar berkala, untuk memelihara kelestariannya. Perlu diketahui, bahwa mengumpulkan material untuk membuat Tongkonan tidaklah mudah dan cukup mahal! Ya mungkin satu Tongkonan bisa menghabiskan dana 300jt bahkan lebih, belum termasuk upacaranya! WOW!

Dari Ke'te Kesu, kami berhenti di pasar Rantepao untuk membeli oleh-oleh. Banyak yang bisa kita bawa dari Toraja. Kain, tas monte, assesoris, snack khas Toraja, dan KOPI!!! Robusta? Arabica? Ada di Toko Rezeki. They have a peaceful smell on earth!!! Tinggal pilih, kopi apa yang kita mau, Robusta atau Arabica, berapa banyak, bayar, masukkan dalam gilingan dan kedamaian itu akan terkemas rapi untuk dibawa kemanapun kita mau! Fresh heaven!

Sudah larut ketika kami kembali ke hotel... Besok pagi kami akan memulai petualangan kami yang baru, dan lebih pagi!

Makassar

Keesokan harinya, kami berangkat pagi-pagi 5:30 WITA untuk kembali ke Makassar. Mengingat jauhnya perjalanan kami dan masih banyak yang ingin kami kunjungi, kami merasa harus bangun sepagi itu... Untung ada Pak Amping yang sabar untuk bangun pagi dan mendengarkan kecerewetan kami lebih pagi dari sebelumnya. Seperti saat kami berangkat, kami berhenti di beberapa titik yang indah. Matahari terbit dan kabut yang turun dari gunung. BEYOND WONDERFUL! Maha besar Allah atas keindahan ciptaanNYA.

Tepat tengah hari hari, kami tiba di Rammang-rammang. Gugusan pegunungan karst. Hanya kami yang bergerak dari dermaga. Bapak tukang perahu pun kurang banyak bercerita. Ditengah perjalanan kami, ada beberapa perahu dayung berpapasan dengan kami. Anak-anak yang pulang sekolah, mendayung sendiri kapalnya untuk sampai ke rumah. Saya tidak membayangkan ada perkampungan terapung di Rammang-rammang. Hanya tidak bisa membayangkan bagaimana bisa mereka hidup dengan nyamuk yang pasti jumlahnya 10.000 : 1! Mangrove dan palm air kan real estate nyamuk! 10 menit, kami tiba di sebuah perkampungan yang terletak di tengah gugusan karst. Sekali lagi, saya merasakan sunyi nan syahdu... Ada aktivitas tapi tidak gaduh... Ada yang bicara tapi tidak riuh... Ah...damainya... Andai saya bisa membawa suasana desa Rammang-rammang ke tulisan ini dengan lebih nyata, tapi kata-kata hanya bisa menggambarkan keindahan dengan terbatas.

Setelah puas menikmati damai ditengah gugusan karst, kami kembali ke dermaga untuk melanjutkan perjalanan ke situs purbakala Leang-leang.

Leang-leang adalah bahasa Makassar yang artinya gua. Disini kami tidak menemukan gua yang berisi jenazah, seperti di Toraja, tapi gua-gua yang memiliki bukti purbakala berupa gambar di dinding guanya. Diperkirakan pada masa itu gua-gua tersebut setengahnya ada di dalam lautan. Bukti dari dugaan tersebut adalah dengan adanya fosil cangkang kerang yang menyatu dengan batuan gua dan adanya pasir putih yang kita temui di pinggir pantai ada di depan mulut gua. Bila dilihat dari letah Leang-leang dan pantai, cukuplah jauh. Belum lagi batuan karang hitam yang menghampar disepanjang jalan menuju Leang-leang dan semakin banyak di sekitar gua. Menakjubkan saat menyadari bahwa tanah yang saya pijak saat itu adalah lautan dimasa lampau. Setelah satu jam kami berkeliling, kami kembali ke Makassar.

Makan sore menjelang malam di Coto Nusantara depan pelabuhan peti kemas Makassar. Karena terlalu lapar dan enak, lupa untuk mengabadikan apa yang kami makan dalam bentuk foto (he he... ga penting yak?!).

Kami lanjutkan perjalanan kami ke Jln. Somba Opu untuk belanja oleh-oleh. Sempat kaget karena banyak oleh-oleh dari Toraja yang dijual disini dan lebih murah!! Setelah selesai berbelanja, kami check in di hotel yang hanya dibelakang Jln. Somba Opu, Jln. Penghibur, yang tinggal 10 langkah ke pantai Losari. Kami sempatkan jalan-jalan sebentar, makan pisang epe', dan tidur!

Keesokan paginya, tidak terlalu pagi dari 2 hari sebelumnya, dan ini adalah hari terakhir kami di Makassar. Kami check out dari hotel pukul 8:00 pagi, sengaja tidak sarapan di hotel karena masih penasaran dengan Sop Serigala dan Sop Konro!  Kali ini kami punya fotonya! Ha ha! Penerbangan kami pukul 13:30.  Masih banyak waktu untuk sedikit jalan-jalan. Kami ke Fort Rotterdam dan makam Pangeran Diponegoro.

But wait... kami harus sarapan! Sop Serigala! Ngeri sih namanya, tapi sebenarnya rasanya enak! Letaknya di Jln. Serigala. Buka jam 9, kami rela menunggu 30 menit, bahkan sebelum gerobak sopnya datang! Lewat jam 10 pagi, sudah beda cerita, macet dan antre untuk makan disana. Rasanya memang gurih. Seperti coto dengan campuran kelapa parut sangrai dikuahnya, mau daging atau campur jeroan, pakai telor atau tidak, sama enaknya! Hmmmm....

Setelah selesai sarapan, kami ke Fort Rotterdam. Benteng yang dibuat oleh Belanda, masih terawat, dan ada ber-AC! Benteng ini menghadap ke laut. Didalam benteng itu juga terdapat museum La Galigo dan tempat Pangeran Diponegoro ditahan. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang museum ini. Setelah berkeliling di Fort Rotterdam, dan museum La Galigo, kami melanjutkan ke tujuan berikutnya, makam Pangeran Diponegoro.

Tujuan terakhir kami sebelum pulang ke Surabaya adalah makan Sop Konro Karebosi. Karena terdengar wajib bagi kami untuk mencobanya... dan selesailah petualangan kami di Toraja dan Makassar.

Budget details and contact number:


  • Guide keliling Toraja 1 hari : Rp. 400.000.
  • Entrance ticket (Bori', Kambira, Lemo, Londa, Ke'te Kesu) : @Rp. 10.000/orang. Londa ada biaya tambahan guide dan petromax.
  • Mobil L300 (include driver dan bahan bakar) :  Rp. 650.000/hari
  • Sewa perahu di Rammang-rammang: Rp. 250.000/kapal.
    1 kapal bisa diisi 4 orang.

  • Fort Rotterdam (tanpa guide): Sumbangan sukarela.
  • Museum La Galigo : Rp. 5000
  • Guide and car rental contact: Martinus - 082149490708


Selamat berpetualang!

Dita

April 23, 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun