Mohon tunggu...
Writerpreneur Indonesia
Writerpreneur Indonesia Mohon Tunggu... -

Akun 'kloningan' ini dibuat sehubungan dengan proyek pembuatan buku berjudul (sementara) "Writerpreneur, Membangun Bisnis Digital dari Menulis" yang bakal diterbitkan Elex Media Komputindo. Tulisan-tulisan senada bisa dilihat di facebook writerpreneurindonesia, blog Writerpreneur Indonesia dan twitter @writerpreneur_i

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bagaimana Memilih Genre untuk Cerita Fiksi?

15 Desember 2016   08:55 Diperbarui: 15 Desember 2016   09:12 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajah Mada Rebirth di Google Play Store ~ Dok. Pribadi

Anda ingin menjadi penulis, dan memutuskan untuk membuat kisah fiksi. Kisah fiksi seperti apa yang ingin Anda tulis? Genre apa yang dipilih?

Saat ini ada belasan genre dan sub genre yang eksis di dunia penerbitan, terutama di ranah digital. Namun secara umum, ada beberapa genre utama yakni romance, misteri, thriller, fiksi ilmiah, aksi dan petualangan, fantasi dan erotica.

Dengan begitu banyaknya genre fiksi yang ada, bagaimana memilih yang paling cocok?

Biasanya, yang dianjurkan adalah, pilih genre yang Anda sukai.

Bagaimana menentukan apakah sebuah genre itu Anda sukai atau tidak? Caranya mudah saja. Yakni dengan mengingat tipe novel seperti apa yang ingin Anda baca, yang Anda beli setiap bulan.

Jika Anda senang membaca novel tentang percintaan dengan lika-likunya, maka tema itu yang bisa Anda pilih untuk ditulis.

Jika menyukai novel dengan tema misteri, misalnya misteri pembunuhan, Anda bisa mencoba menulis kisah misteri.

Jika senang fiksi ilmiah, Anda bisa menulis kisah fiksi ilmiah.

Menulis tema yang disukai akan terasa mudah karena kita memang menyukai topik itu, dan proses penulisan akan terasa sebagai "petualangan" yang mendebarkan.

Saya, misalnya, sejak remaja menyukai cerita silat. Rasa-rasanya semua judul cersil karya Kho Ping Ho sudah saya baca. Begitu juga dengan beberapa kisah terkenal karya Chin Yung dan Khu Lung. Tak heran jika kisah fiksi pertama yang saya buat dan dipublikasi di dunia maya adalah cerita silat dengan setting Tiongkok kuno. Kisah yang diberi judul Thian Po atawa Pusaka Langit itu saya upload di indozone (situs di mana anggotanya bisa membagi berbagai cerita, baik karya sendiri maupun milik orang lain) dan lumayan disukai. 

Cersil Thian Po di indozone ~ dok. pribadi
Cersil Thian Po di indozone ~ dok. pribadi
Sampai sekarang, saya masih menerima email dari pembaca Thian Po yang mencoba membujuk agar saya melanjutkan kisahnya yang menggantung. Sayang dalam waktu dekat kelihatannya saya belum bisa melanjutkan kisahnya, karena alasan teknis (rada konyol), yakni saya sudah lupa password yang digunakan di indozone, hehehe.

Novel pertama saya yang diterbitkan juga bergenre cersil, berkisah tentang bagaimana para pendekar Malesung (Minahasa kuno) menghadapi serbuan pasukan kerajaan Majapahit.

Satu genre

Idealnya memang, penulis konsentrasi pada satu genre sehingga pembaca bisa dengan mudah mengidentifikasi. Itu sebabnya kita tahu kalau Agatha Christie itu identik dengan cerita kriminal, Enid Blyton penulis cerita anak, John Grisham penulis bertema hukum, Dan Brown penulis kisah misteri berbalut konspirasi, dan seterusnya.

Jika kemudian mencoba genre lain, pengarang tertentu memilih menggunakan nama samaran, seperti yang dilakukan JK Rowling. Karena terlanjur dikenal sebagai penulis fantasi bertema sihir, ketika Rowling ingin menulis genre crime modern, dia menggunakan nama pena Roberth Galbraith.

Tapi bukan berarti seorang harus terpaku pada satu genre. Banyak pengarang terkenal yang bisa menghasilkan karya dari genre yang beragam. Di Indonesia, Arswendo Atmowiloto contohnya. Mas Wendo bisa membuat cerita "silat Jawa" dengan sangat apik melalui Senopati Pamungkas, dan juga menghasilkan kisah bertema kemanusiaan yang menyentuh melalui Keluarga Cemara, kisah bertema misteri detektif melalui Imung, dan sejumlah kisah bertema keluarga, termasuk kisah fiksi hasil refleksi ketika dipenjara.

Pengarang lain yang juga piawai menulis lintas genre adalah Seno Gumira Ajidarma.

Genre kombinasi

Rata-rata pengarang hanya memasukkan satu genre pada kisah yang dibuat. Bagaimana dengan mengombinasikan dua atau lebih genre dalam satu cerita? Itu bisa saja.

Stephen King merupakan contoh pengarang yang suka mencampur-adukkan beberapa genre dalam cerita yang dibuatnya. Sekalipun lebih dikenal sebagai penulis kisah horror, terkadang King memasukkan berbagai unsur, seperti dark fantasy, science fantasy, horror, dan Western seperti pada serial Dark Tower yang kini sementara difilmkan.

Serial Dark Tower dengan genre kombinasi ~ deadline.com
Serial Dark Tower dengan genre kombinasi ~ deadline.com
Pengarang terkenal lain, Michael Crichton, juga senang mengombinasikan unsur fiksi ilmiah dengan thriller, seperti pada novel Jurassic Park, Congo dan Timeline, yang semuanya sudah difilmkan. Salah satu serial yang sekarang lumayan disukai di HBO yakni Westworld, diangkat dari karya Cricthon. Westworld memadukan unsur fiksi ilmiah dengan dunia cowboy wild west.

Menggabungkan beberapa genre dalam satu kisah itu sangat mengasyikkan, terutama jika dimaksudkan untuk bersenang-senang dan melampiaskan ide yang membanjir.

Saya, misalnya, selain suka cerita silat, juga punya minat yang sangat besar pada fiksi ilmiah, terutama yang terkait dengan penjelajahan angkasa luar dan mesin waktu. Beberapa waktu lalu, saya punya ide membuat cerita yang menggabungkan fiksi ilmiah dengan cerita silat. Proyek iseng bernuansa eksperimental ini saya kerjakan sebagai selingan jika lagi suntuk menyelesaikan sejumlah proyek utama.

Dan akhirnya, kisah genre gado-gado yang diberi judul Gajah Mada Rebirth, Cinta Dua Dunia ini rampung juga, dan telah dipasarkan di sejumlah ritel seperti iBook Apple-iTunes, Kobo, Inktera dan 24Symbol. Kisah ini juga sudah tersedia di Google Play Store.

Gajah Mada Rebirth di Google Play Store ~ Dok. Pribadi
Gajah Mada Rebirth di Google Play Store ~ Dok. Pribadi
Gajah Mada Rebirth berkisah tentang pemuda dari era masa kini, Bagas, yang menjadi kelinci percobaan mesin waktu. Dia terdampar di era Majapahit dan terlibat dalam intrik pemberontakan yang dilancarkan Ra Kuti cs. Bagas tak mampu berbuat banyak sehingga pemberontakan Kuti berhasil. Ketika Bagas bisa kembali ke masa kini, dia menjumpai realita yang berbeda. Republik Indonesia telah lenyap, diganti negara-negara kecil. Rupanya, perubahan sejarah di masa lalu ketika pemberontakan Ra Kuti berhasil, telah mengubah sejarah dan melenyapkan Indonesia. Bagas pun terpaksa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki distorsi sejarah.

g1a-5851f73c737a61da0d16b0b1.png
g1a-5851f73c737a61da0d16b0b1.png
Genre dan selera pembaca

Sekalipun yang dianjurkan adalah menulis genre yang disukai, jika naskah itu dimaksudkan untuk proyek komersil (akan diajukan ke penerbit papan atas untuk diterbitkan), tak ada salahnya jika kita menyimak apa tren yang berkembang.

Untuk pasar internasional, terutama di Kindle Amazon yang menjadi pasar utama buku digital dunia, tren selalu berubah. Ada suatu masa ketika kisah tentang vampire dan manusia serigala sangat disukai, seiring dengan populernya serial Twilight, lalu ada tren cerita untuk young adult sebagai dampak novel Hunger Games. Lalu ada tren kisah erotis gara-gara novel 50 Shades of Grey, dan seterusnya.

Di Indonesia, ada suatu masa ketika buku berbalut humor konyol ala Raditya Dika menjadi sangat populer. Lalu ada genre kisah cinta berbalut religi, kisah cinta dengan setting luar negeri, dan sebagainya,

Ketika suatu genre sedang tren, banyak penulis yang ikut-ikutan menulis genre itu sehingga pasar kebanjiran buku dengan tema tertentu sehingga menjadi jenuh.

Di Indonesia banyak pengarang yang berusaha sekuat tenaga supaya tulisannya menjadi konyol ala Raditya Dika. Ada beberapa yang sukses namun umumnya gagal.

Jadi, tak masalah jika Anda menulis fiksi mengikuti tren yang populer, namun jangan terlalu memaksakan diri. Jika memaksakan menulis genre yang sebenarnya tidak disukai hanya karena tren itu populer, hasilnya akan telihat pada naskah yang terkesan tanggung.

Kalau begitu, genre seperti apa yang bisa dipilih oleh penulis pemula? Genre yang paling aman, dan juga relatif mudah adalah percintaan.

Kisah percintaan mudah dibuat karena dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tema cinta juga yang paling disukai pembaca.

Untuk tahap awal, Anda bisa memodifikasi pengalaman pribadi, atau pengalaman bercinta kerabat, atau tetangga, atau Anda me-reka sendiri bagaimana alurnya.

Anda bisa memulai dengan menulis cerita pendek.

Jadi, jika ingin menulis fiksi, mulailah bercinta, eh maksudnya, mulailah menulis kisah cinta, hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun