Citra
Jerman, 25 Agustus 2013
7.00 P.M.
Sejak tadi pagi Aku memang disibukkan dengan beragam pekerjaan yang menumpuk. Setelah kedatangan para warga Indonesia yang berdomisili di Jerman untuk pendataan, Yah pendataan pemilihan yang ditunggu-tunggu yaitu Pemilihan Calon Presiden tahun 2013 ini memang sebentar lagi. Kurang lebih 3 minggu lagi. Yah memang terdapat beberapa mekanisme yang sedikit berbeda ketika melakukan pemilihan di luar negeri diantaranya calon pemilih dipastikan benar warga negara Indonesia yang secara resmi bertempat tinggal di Jerman dan telah mempunyai hak pilih pada PEMILU tahun 2013. Berikut tahapannya :
1.Pastikan bahwa nama anda tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) di situs TPSLN. Apabila nama anda belum tercantum dalam DPTLN, anda dapat mendaftarkan diri melalui website TPSLN atau melaporkan diri di KBRI/KJRI setempat.
2.Semua pemilih terdaftar akan menerima Surat Pemberitahuan Pemilih dari Panitia Pemilih Luar Negeri lewat POS.
3.Sesuai dengan TPSLN masing-masing, pemilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan memilih secara langsung di TPSLN atau melalui POS:
- Apabila anda akan memilih langsung di TPSLN, anda dapat hadir di hari dan tempat yang telah ditentukan dengan membawa Surat Pemberitahuan Pemilih dan paspor yang berlaku.
- Apabila anda akan memilih lewat POS, anda harus mengikuti prosedur yang tercantum di Surat Pemberitahuan Pemilih.
Aku bersama pegawai kedutaan memang bertugas memberikan full service untuk kemudahan pemilih warga Negara Indonesia yang berdomisili di Jerman. Tapi ada satu hal yang mengusik hatiku. Kedatangan Mail Boy tadi siang yang mengantarkan surat beramplop Biru. Saking sibuknya surat itu hanya kuletakkan di laci meja kerjaku. Karena sedari pagi hingga sore calon pemilih datang bergantian tanpa henti entah bertanya seputar visi misi calon Presiden yang baru atau bertanya seputar tetek bengek proses pemilihan. Baru malam ini aku bisa bernafas sedikit lega setalah file-file tertata rapi di komputer. Aku pun membuka laci mengambil amplop biru yang sudah membuatku penasaran sejak siang tadi. Ku baca isi undangan itu seksama. “Reuni SMA setelah 20 Tahun? Ide gila si Bagas pasti” Ujarku sambal terkekeh. Tapi aku senang sekali. Aku pikir tidak akan ada acara reuni SMA karena kami semua memang walau masih saling berhubungan tapi lebih sering lewat media sosial seperti FB, Twitter dan BBM atau Line untuk no. handphone sendiri teman-teman sudah banyak yang mengganti nomor mereka dan ada juga yang pindah kerja di luar kota bahkan luar negeri sepertiku sehingga terpaksa mengganti nomor lama. Aku penasaran bagaimana rupa Hanum, Si Kucluk Joko dan Bagas. Yah Bagas si eksentrik ini. Apa kami masih bisa seru-seruan seperti dulu, menikmati indahnya udara malam di pantai Bira? Makan coto Makassar gak bayar? Dan tidur di Fly Over saat tahun baru? Apa ia masih mengingat malam terakhir perjalanan kami di Bira? Yah Bagas. Aku berharap ia tidak melupakannya. Aku ingin tertawa mengingat diriku yang di usia 38 tahun ini masih belum memiliki pasangan hidup. Tidak hanya lantaran kesibukan kerja tapi aku tahu pasti ini lantaran hatiku yang tidak bisa melepaskan diri lagi. Aku sudah terpenjarakan oleh cinta yang selama ini hanya tersimpan, tertutup rapat dalam hati. Cinta untuk seorang lelaki yang kini aku pun tak tau keberadaannya di mana. Sejak kelulusan SMA itu ia menghilang seperti di telan bumi.
Bagas
Makassar, 20 Agustus 2013
8.00 a.m.
“Saya rasa pengembangan hotel di Singapura dan Thailand memang langkah yang tepat pak. Disamping pelayanan hotel kita yang disenangi oleh para turis dari Asia. Juga prediksi kondisi ekonomi yang cukup stabil untuk akhir tahun ini” Ujar Ketua staf Marketing and Sales Director hotelku yang menggebu-gebu menjabarkan prospek hotel ini untuk tahun yang akan mendatang. Aku sih setuju-setuju saja melihat dana yang dimiliki perusahaan memang mampu mencover ambisi bisnis perusahaan. Yah, cita-citaku adalah membangun hotel Clarion yang berbintang lima ini di seluruh dunia. Dimulai dari Asia. Hotel yang berbintang lima menurutku bukanlah hotel yang sekedar luas, dipenuhi perabotan mewah dan fasilitas yang luar bisa keren tapi hotel yang seperti rumah sendiri. Hotel yang pelayanannya mampu memanjakan penghuninya dan membuatnya betah tinggal lama-lama di hotel. “bagaimana Pak Bagas? Apa proyek ini segera bisa dilakukan?” pertanyaan stafku ini mengagetkanku yang tengah asik dengan pikiranku sendiri. “Hmm, Iyah tentu saja terlebih citra hotel ini juga sudah mumpuni. Jadi layak untuk kita membuka cabang di Singapura dan Thailand melihat kondisi pariwisata disana juga amat baik. Perkembangan hotel kita di Malaysia dan Manila juga sangat signifikan. Tolong segala dokumen dipersiapkan secepatnya” kataku tegas menanggapi pertanyaan si staf. Semua orang di ruangan rapat itu tersenyum dan bertepuk tangan mendengarkan jawabanku. Citra?heh. Aku kaget sendiri. Kenapa aku menggunakan kata itu. Kenapa bukan image saja lebih catchy. Kata itu yang mengusik otakku selama dua puluh tahun ini. “CITRA”. Sahabat yang kutinggalkan tanpa pamit begitu saja. Ada rasa bersalah padanya, Hanum, dan Joko. Tapi bagaimana laki-laki ini bisa menjelaskan pada wanita itu tentang perasaannya yang sudah lewat dua puluh tahun. Apa dia memiliki perasaan yang sama dulu? Hmm, apa dia sudah menikah? Ngg atau mungkin ia sudah memiliki anak secantik dan semenyenangkan seperti dirinya. Aku membayangkan gambaran wajah teduh itu. Citra wanita yang membuah hatiku masih berdegup kecang saat namanya tak sengaja kusebut.
Pantai Bira
Bulukumba Sulawesi Selatan th. 1993
Hari itu kami bersyukur. Saling bersuka cita di hamparan luas pasir putih yang indah ditemani suara-suara burung yang berkicau di luasnya langit biru dan ditemani merdunya suaru debur ombak laut biru pantai Bira. Bersama-sama kami melaksanakan shalat maghrib dan berdoa bersama atas kelulusan kami di SMA Semesta Makassar. Kami mengadakan syukuran dengan melakukan bakti sosial pada warga sekitar wilayah bulukumba, pembersihan pantai Bira dan rekreasi menikmati pantai ini dengan menggelar kemah di sekitar pantai Bira. Yah kami sudah selangkah menggapai mimpi-mimpi kami.
Malam itu hari terakhir kami di Bira. Kamu menggelar pertunjukan seni. Ada drama, music dan tari, pantomim, band, acoustic atau sekedar stand up comedy. Seru sekali. Malam itu aku berniat mengutarakan perasaanku pada Citra. Hanum dan Joko sudah berusaha membantuku. Mereka sudah merancang skenario yang pas sehingga aku bisa menyatakan cinta di moment yang tepat. Akan ada kembang api menjelang akhir pentas drama dan disitulah aku akan memeragakan pantomim menunjukkan perasaanku kepada Citra. Sudah tiga tahun kami bersahabat dan sudah tiga tahun pula aku menyimpan perasaan ini. Namun entah apa ini tindakan yang benar menunjukkan cinta kepada seorang sahabat. Maksudku cinta dari seorang lelaki kepada wanita. Aku agak sedikit ragu. Karena sebentar lagi kami akan melanjutkan kuliah di Universitas kebanggan kami masing-masing. Citra, ia sudah barang tentu melanjutkan di Freie Universität Berlin. Bahagianya. Namun, tidak denganku. Aku dipaksa oleh ibuku untuk mengikuti kemauan ayah tiriku untuk melanjutkan studi di Belanda. Aku memang menginginkan mengambil jurusan Manajemen Bisnis tapi mengikuti mau ayah tiriku sungguh aku benci. Aku rasa ia hanya ingin aku enyah dari kehidupan ibu dan dia. Ia memang membenciku sedari awal ia masuk ke rumah. Dan aku? Tentu saja aku membencinya juga. Aku tahu melawan ayah tiriku sama saja menyakiti hati ibuku.
Kembali pada skenario pernyataan cintaku. Aku gagal. Sebuah kejadian menggemparkan kami. Membuatku melupakan moment itu. Salah satu teman kami di atas pentas drama itu pingsan ia kesulitan bernafas. Setauku ia tidak memiliki riwayat penyakit asma. Tentu saja aku yang sudah bersiap melakukan pantomim panik dan segera menuju ke arahnya untuk melihat kondisinya. Kami membawanya ke puskesmas terdekat. Indahnya kembang api yang menghiasi langit malam Bira tidak kami hiraukan. Berdasarkan diagnosa dokter teman kami mengalami efek pasca tertusuk bulu babi. Usut punya usut saat berenang tadi tidak sengaja ia tertusuk bulu babi dan ia tidak menceritakannya kepada kami. Ia pikir hanya akan terasa efek gatal saja. Ternyata parah juga efek tertusuk bulu babi ini ckckck. Racunnya yang membuatnya mengalami rasa gatal di beberapa anggota tubuh yang tertusuk hingga ia akhirnya kesulitan bernafas. Sungguh skenario yang terjadi tanpa direncanakan. Apa mungkin ini rencana Tuhan. Agar aku tidak jadi menyatakan cinta pada Citra. Entahlah. Tapi setelah itu memang aku dan dia tidak bisa bertemu lagi. Ia terlalu sibuk mengurus beasiswanya ke Jerman dan aku pada akhirnya mengambil tawaran ayah tiriku setelah ibu memohon dan membujukku untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas ternama di Belanda. Saking kesalnya dengan ayah tiriku aku tidak sempat berpamitan dengan sahabat-sahabatku Joko, Hanum, juga Citra.
Aku mencoba hidup positif. Dengan melupakan perasaan-perasaan benciku pada ayah tiriku dan mengingat kebaikan-kebaikannya. Ia membiayai kuliahku full dan universitas ini memang tepat, nyaman sebagai tempat studi. Aku yang terlewat membenci ayah tiriku karena tidak bisa menerima ibu yang menikah lagi. Padahal wajar saja. Bukankah ibu masih muda sekali ketika ayah wafat. Dan kebencianku menciptakan persepsi yang salah pada ayah tiriku. Aku selalu menganggap bahwa ayah membenciku dan ia ingin aku enyah dalam kehidupan percintaannya bersama ibu. Padahal sudah beberapa kali ayah tiriku itu mengajak ku menonton pertandingan bola di Negara asalnya itu, Belanda. Yah ia tahu klub favoritku Ajax Amsterdam. Tapi aku selalu menghiraukannya. Huh, terbesit rasa bersalah juga dalam benakku. Mengingat di Belanda aku tinggal di rumah Oom Van Cook, adik dari ayah tiriku. Ahh, mengingat kesalahanku selama menjadi anak tirinya saja sudah membuatku sedih. Apalagi bila mengingat Citra. Wanita yang selama ini tidak berhenti mengisi relung hatiku. Ah,, Tuhan apa aku siap datang ke reuni itu. Melihat Citra yang tangannya digandeng mesra oleh pria yang menjadi suaminya kini. Huh.. aku menghembuskan nafasku berat.
Joko
District PC Hoofstraat , Belanda
Aku sudah menemukan pakaian yang cocok untuk kupakai di Konferensi Menulis di Ubud Bali dan pakaian itu juga yang akan kugunakan untuk reuni. Maklum laki-laki sepertiku sebenarnya malas berbelanja. Distrik PC Hoofstraat dianggap sebagai tempat belanja paling ramah dan akrab di Belanda. Tiap toko memberikan pelayanan yang ramah dan menyambut hangat tamu-tamu yang berjalan atau datang ke toko-toko mereka. Ada atmosfer yang mengundang para turis untuk berkunjung dan berlama-lama di sana. PC Hoofstraat, yang diambil dari nama sejarawan Belanda, Hoof, menjadi tempat berkumpulnya barang-barang dan merek-merek mahal dari seluruh dunia namun kualitasnya tentu jempolan. Letaknya di jantung kota Amsterdam. Dekat dengan stasiun kereta, menyediakan banyak wisata kuliner dan minum. Banyak kafe dan resto yang menawarkan bermacam makanan dan minuman yang berbeda dari tempat-tempat lain. Aku kini di salah satu kafe yang menawarkan wafel terlezat di Belanda. Kuamati setelan jas biru, scraf biru serta celana kain biru semuanya biru kecuali kemeja putih polos. Yah, cocok sekali biru. Pantas saja ia mengambil tema reuni ini dengan dress code biru. Warna ini kan kesukaannya Bagas. Apakah hati Bagas masih biru kelam? Biru kelabu? karena kegagalan cinta yang lalu? Sampai-sampai ia tidak berpamitan ketika kuliah di Belanda. Bahkan tidak mengabari kami ketika S1-nya selesai. Kalau saja aku tidak sengaja bertemu dengannya di Bandara Sultan Hasanuddin tentu aku tidak tau ia juga melanjutkan kuliahnya di Belanda. Ia ternyata mengambil penerbangan yang sama denganku hahaha. Kami bertemu saat mengambil bagasi. Aku tidak membahas soal Citra. Aku lebih penasaran kenapa ia tidak mengabari perihal kepergiannya ke Belanda. Ternyata ini menyangkut masalah ayah tirinya yang memintanya kuliah ke sana. Aku pun sering bertemu dan menghabiskan weekend dengannya beberapa kali di Belanda saat waktu luang kuliah. Tidak sekalipun ia mengungkit soal Citra. Entahlah ia pura-pura sudah melupakannya, tidak hendak mengingatnya atau memang sudah lupa. Kami tidak banyak bercerita tentang masa SMA. Lebih sering bercerita tentang keinginan kami melanjutkan S2. Katanya ia ingin melanjutkan S2 di Australia. Aku sudah tidak sabar dengan reuni SMA Semesta. Reuni biru. Aku kangen kebersamaan dengan Hanum, Citra dan Bagas. Sulit memang menemui Hanum dan Citra dulu. Karena libur kuliah mereka berbeda denganku dan Bagas.
To Be Continued
Refleksi Psikologis :
Melupakan dan mengingat adalah aktivitas keseharian kita. Segala informasi yang bertebaran dalam paruh waktu kehidupan kita belum tentu dapat tersimpan dengan baik dalam memori. Mengingat nomor handphone teman atau pin BB yang baru saja disebutkan seringkali tidak mudah. Bahkan terkadang baru saja kita melakukan sesuatu, seperti menyimpan buku, dan bermaksud mengambil buku itu kembali, sudah tidak ingat lagi terakhir menyimpannya dimana. Saat kita berkenalan dan mencoba mengingat nama orang lain pun bukan perkara yang mudah. Kita sering terlupa bukan karena hal-hal itu tidak penting. Apa sih yang salah pada diri kita? Tentu karena daya ingat kita yang tidak mumpuni dalam memanggil kembali ingatan kita. Hal ini dipengaruhi dengan memori kita yang jarang kita gunakan. Ingat semakin sering kita bergelut dengan ingatan kita semakin tajam memori kita. Kita ibaratkan ingatan bak otot yang perlu dilatih terus agar ia kencang dan kuat. Prosesnya gini, dengan adanya pemusatan perhatian/atensi pada stimuli dalam lingkungan akan meningkatkan kecendrungan memori memasuki system sensori dan STM, pengulangan dan pemeliharaan akan menjaga informasi tetap di dalam STM dan pengulangan elaborative mendorong informasi STM ke LTM. Ada begitu banyak teknik-teknik mengingat yang sebetulnya mampu kita gunakan. Yaitu teknik mnemonic.
Mnemonic merupakan suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Ada beberapa sarana untuk membantu kinerja memori seperti bantuan catatan, alat teleprompter, indeks visual, panduan buku referensi, metode loci dll.
a.Metode Loci, ialah suatu metode yang mengasosiasikan objek-objek tertentu dengan tempat-tempat tertentu
b.Sistem kata bergantung, memiliki sejumlah ragam, namun ide dasarnya adalah seseorang mempelajari serangkaian kata yang berfungsi sebagai gantungan untuk menggantungkan item-item yang dihapalkan. Salah satu caranya yaitu dengan membayangkan sebuah interaksi antara kata yang digunakan sebagai penggantung dengan kata yang harus diingat.
c.Metode Kata kunci, berguna dalam upaya mempelajari kosa kata Bahasa asing. Caranya dengan mengasosiasikan dua kata melalui pencitraan.
d.Teknik-teknik verbal,. Salah satunya menggunakan teknik akronim, yaitu kata yang dibentuk berdasarkan huruf-huruf pertama dalam sebuah frase atau kumpulan kata-kata.
Contoh: Kita ingin menghapalkan sebuah daftar yang berisi nama tokoh penting dalam Psikologi Kognitif- Shepard, Craik, Rumelhart, Anderson, Bower, Broadbent, Loftus, Estes, Posner, Luria, Atkonson, Yarbus, Erickson, Reyner, Vygotsky, Intons-Peterson, Piaget, Stenberg- anda dapat membentuk anagram dari huruf-huruf pertama menjadi akronim ini: SCRABBLE PLAYER VIPS
Kemudian bagaimana cara melupakan sesuatu yang pernah lekat dalam ingatan? Jawabnya singkat tidak perlu dipikirkan kembali. Pada cerpen diatas Citra dan Bagas masih saling mengingat kenangan yang terjadi dimasa lalu, masa SMA mereka. Keduanya juga masih menyimpan perasaan yang sama karena ingatan mereka dipengaruhi oleh emosi. Semakin berusaha keras melupakan maka pastinya semakin ingat. Karena pikiran intens mencari cara melupakan, tetapi yang dilupakan hadir dalam pikiran. Kawan teruslah mengingat yang baik dan melupakan yang tidak menyenangkan yah. Untuk Kehidupan yang lebih baik dan positif. J
Referensi :
http://www.diasporamemilih.com/cara-memilih-dari-luar-negeri
Psikologi Kognitif, Robert L. Solso, Otto H. Maclin, dan M. Kimberly Maclin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H