Mohon tunggu...
Wahyu Riska Elsa Pratiwi
Wahyu Riska Elsa Pratiwi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A student university in Maulana Malik Ibrahim(MMI)State Islamic University Malang take a Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Logika Cinta

27 November 2014   04:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta ini. Kadang-kadang memang tak ada logika

Isi semua hasrat dalam hati. Yang hanya ingin bisa memiliki

Dirimu hanya untuk sesaat

Teman-teman mungkin tidak asing dengan penggalan lagu diatas. Iyah, itu lagu hits berjudul Tak Ada Logika yang dinyanyikan penyanyi Indonesia bernama Agnes Monica atau yang sekarang lebih dikenal dengan sapaan Agnes Mo.

Ketika membaca materi “pembentukan konsep, logika, dan pengambilan keputusan” seketika saya langsung teringat dengan lagu diatas. Mungkin karena sama-sama memiliki kata logika di dalamnya. Logika sendiri iadalah ilmu berpikir. Berpikir diartikan dalam buku Psikologi Kognitif karangan Solso sebagai “proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, perngabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, dan kecerdasan”. Untuk lebih mudahnya berpikir adalah sebuah proses untuk menemukan sebuah isu dalam pikiran. Isu sendiri merupakan suatu hal yang belum benar dan perlu dicari tau kebenarannya. Untuk itulah kita melakukan proses berpikir.

“Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama” (Solso, 2009). Sebuah sistem penalaran/keabsahan argumen yang hingga sekarang masih terus digunakan adalah silogisme yang diperkenalkan oleh Aristoteles. Silogisme memiliki tiga langkah diantaranya premis mayor, premis minor, dan konklusi atau kesimpulan.

Premis MayorSeluruh laki-laki menyukai olahraga sepakbola

Premis MinorLee Min Hoo adalah laki-laki

KonklusiJadi, Lee Min Hoo menyukai olahraga sepakbola

Tentu hal seremeh ini bisa teman-teman pahami. Konklusi didapatkan ketika penalaran silogistik diakui benar, itu dilihat lewat premis mayor dan minor yang telah sesuai atau benar.

Sebuah konklusi dihasilkan melalui serangkaian proses penalaran yang terbagi atas dua yaitu deduktif dan induktif. Konklusi dengan penalaran deduktif adalah teknik logis di mana konklusi terkait digambarkan dari lebih banyak prinsip dasar (Solso, 2009).

Johnson-Laird (1995) berhasil mengkategorisasikan 4 kemungkinan dalam studi ilmiah tentang logika deduktif (Solso, 2009)

1.Kesimpulan Relasional, berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebalah kanan dari, dan setelah.

2.Kesimpulan preposional, berdasakan negasi dan dalam koneksi seperti jika, atau, dan.

3.Silogisme, berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian. (contohnya, seluruh psikolog brillian)

4.Menerjemahkan kesimpulan kuantitatif, misalnya beberapa pudel Perancis lebih mahal daripada jenis anjing yang lain.

Nah, sebuah studi yang dilakukan oleh Clement dan Fahmagne (1986) menyataka ahwa pengetahuan dunia dan gambaran mental berhubungan dengan penalaran logis.

Kemudian konklusi dengan penalaran induktif, dimana hal ini berguna dalam pengambilan keputusan terhadap suatu pilihan yang kesimpulannya berdasarkan yang dirasa sebagai pilihan terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Induktif sendiri secara harfiah adalah proses penalaran dari khusus ke umum.

Manusia sebagai mahluk yang menggunakan logika dalam menyelesaikan masalahnya dan menentukan pilihan dalam membuat keputusan-keputusan penting tentu menggunakan akalnya dengan kemampuan rasionalitasnya. Namun, kita tau mudah memang mengambil keputusan saat kita berada di persimpangan jalan dan bingung hendak melangkah ke arah mana diri kita. Ke kanan atau kiri? Maju atau kembali mundur? Itu adalah keputusan yang mudah. Namun bila sudah menyangkut soal hati, perasaan dan cinta akhirnya manusia menyadari bahwa ia adalah kaum rasional yang pada umumnya cenderung irasional dalam mengambil keputusan.

Yah, cinta memang sulit untuk di logikakan.

Mohon maaf atas kekurangan artikel ini. Silahkan bertanya bila ada yang pelru didiskusikan.

Sumber Referensi :

Solso. Robert, dkk. 2009. Psikologi Kognitif. Jakarta:Erlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun